Monday, June 24, 2024

Wajib Haji: Tawaf Wada


Umat Islam yang berusaha menjalankan syariat Islam dalam hidupnya tentu mengimpikan melaksanakan ibadah haji dan umrah. Ibadah haji merupakan salah satu di antaranya rukun Islam. Namun demikian, dalam praktiknya ibadah haji di tanah haram tidak terlepas dari ibadah umrah. Bagi kita yang masih awam tentunya akan banyak bertanya-tanya bagaimana pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Supaya mampu menjawab pertanyaan kita bersama tersebut, pada kesempatan kali ini akan membahas mengenai wajib haji: Tawaf Wada.

 

A. Pengertian Tawaf Wada

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan arti tawaf adalah bentuk ibadah dengan berjalan mengelilingi Kakbah tujuh kali (arahnya berlawanan dengan jarum jam atau Kakbah ada di sebelah kiri kita) sambil berdoa. Buku Bimbingan Praktis Manasik Haji KBIH MTA tahun 2016 menyebutkan bahwa tawaf adalah mengelilingi Kakbah sebanyak tujuh kali, di mana Kakbah selalu berada sebelah kiri dimulai dan diakhiri pada arah sejajar dari Hajar Aswad. Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan bahwa perjalanan tawaf mengelilingi Kakbah tujuh kali putaran harus dalam keadaan suci dari hadas dan najis. Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan bahwa tawaf wada' merupakan penghormatan akhir kepada Baitullah.

 

B. Hukum Tawaf Wada

Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan bahwa hukum tawaf wada menurut Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i, Imam Ahmad, dan kebanyakan ulama, hukum tawaf wada' adalah wajib bagi jamaah haji yang akan meninggalkan Makkah. Jemaah yang meninggalkan tawaf wada' dikenakan dam satu ekor kambing berdasarkan hadis Riwayat Bukhari Muslim bahwa Nabi SAW memberikan rukhsah (keringanan) kepada perempuan yang haid untuk tidak tawaf wada.

 

Hadis Ke-1

صحيح البخاري ١٦٣٦: حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ ابْنِ طَاوُسٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: أُمِرَ النَّاسُ أَنْ يَكُونَ آخِرُ عَهْدِهِمْ بِالْبَيْتِ إِلَّا أَنَّهُ خُفِّفَ عَنْ الْحَائِضِ.

Artinya: Shahih Bukhari nomor 1636: Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Ibnu Thawus dari Bapaknya dari Ibnu 'Abbas RA berkata: “Diperintahkan pada manusia supaya akhir masa mereka adalah (tawaf) di Baitullah, hanya saja beliau memberi keringanan terhadap perempuan yang sedang haid.”

 

Hadis Ke-2

صحيح مسلم ٢٣٥١: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَاللَّفْظُ لِسَعِيدٍ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ ابْنِ طَاوُسٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: أُمِرَ النَّاسُ أَنْ يَكُونَ آخِرُ عَهْدِهِمْ بِالْبَيْتِ إِلَّا أَنَّهُ خُفِّفَ عَنْ الْمَرْأَةِ الْحَائِضِ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2351: Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Manshur dan Abu Bakr bin Abu Syaibah, lafalnya miliknya Sa'id, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Ibnu Thawus dari Bapaknya dari Ibnu Abbas ia berkata: “Diperintahkan pada manusia supaya akhir masa mereka adalah (tawaf) di Baitullah, hanya saja beliau memberi keringanan dari perempuan yang sedang haid.”

 

Hadis Ke-3

صحيح البخاري ١٦٣٨: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْقَاسِمِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ صَفِيَّةَ بِنْتَ حُيَيٍّ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَاضَتْ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: أَحَابِسَتُنَا هِيَ؟ قَالُوا: إِنَّهَا قَدْ أَفَاضَتْ. قَالَ: فَلَا إِذًا.

Artinya: Shahih Bukhari nomor 1638: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf, telah mengabarkan kepada kami Malik dari 'Abdurrahman bin Al Qasim dari Bapaknya dari 'Aisyah RA, bahwasanya Shafiyah binti Huyaiyin istri Nabi SAW haid, maka aku menceritakan hal itu kepada Rasulullah SAW, maka beliau bersabda, “Apakah dia akan menahan kita (untuk pulang)?” Para shahabat menjawab, “Sesungguhnya Shafiyah sudah melakukan tawaf ifadhah.” Beliau bersabda, “Jika demikian, maka tidak (menyebabkan kita tertahan untuk melanjutkan perjalanan).”

 

Berdasar hadis yang ada disimpulkan bahwa hukum tawaf wada adalah wajib sebab rukhsah hanya berlaku dalam hal yang wajib. Perempuan yang haid atau nifas tidak diwajibkan melakukan tawaf wada'. Penghormatan kepada Baitullah cukup dilakukan dengan berdoa di depan pintu gerbang Masjidil Haram. Menurut pendapat Imam Malik, Dawud, dan lbnu Mundzir, hukum tawaf wada' adatah sunah. Seseorang yang tidak mengerjakan tawaf wada' tidak diharuskan  membayar dam. Menurut Imam Malik, orang sakit atau uzur dapat mengikuti pendapat ini.

 

C. Waktu Tawaf Wada

Ketentuan waktu tawaf wada adalah ketika hendak meninggalkan Makkah. Terdapat riwayat bahwa Nabi SAW ke Baitullah untuk mengerjakan tawaf wada setelah melakukan lempar jamrah di Mina. Hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ke-4

صحيح البخاري ١٦٣٧: حَدَّثَنَا أَصْبَغُ بْنُ الْفَرَجِ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ عَنْ قَتَادَةَ أَنَّ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حَدَّثَهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ وَالْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ ثُمَّ رَقَدَ رَقْدَةً بِالْمُحَصَّبِ ثُمَّ رَكِبَ إِلَى الْبَيْتِ فَطَافَ بِهِ. تَابَعَهُ اللَّيْثُ حَدَّثَنِي خَالِدٌ عَنْ سَعِيدٍ عَنْ قَتَادَةَ أَنَّ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حَدَّثَهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Artinya: Shahih Bukhari nomor 1637: Telah menceritakan kepada kami Ashbagh bin Al Faraj, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb dari 'Amru bin Al Harits dari Qatadah bahwa Anas bin Malik RA menceritakan kepadanya bahwasannya Nabi SAW salat Zuhur, ‘Asar, Magrib dan ‘Isya, kemudian tidur di Muhashshab (tempat melempar jamrah di Mina), kemudian beliau menaiki kendaraannya ke Baitullah, lalu beliau tawaf di sana.” Hadis ini dikuatkan pula oleh Al Laits, telah menceritakan kepada saya Khalid dari Sa'id dari Qatadah bahwa Anas bin Malik RA menceritakan kepadanya dari Nabi SAW.

 

Hadis Ke-5

صحيح مسلم ٢١١٧: و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ أَفْلَحَ بْنِ حُمَيْدٍ عَنْ الْقَاسِمِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُهِلِّينَ بِالْحَجِّ فِي أَشْهُرِ الْحَجِّ وَفِي حُرُمِ الْحَجِّ وَلَيَالِي الْحَجِّ حَتَّى نَزَلْنَا بِسَرِفَ فَخَرَجَ إِلَى أَصْحَابِهِ فَقَالَ مَنْ لَمْ يَكُنْ مَعَهُ مِنْكُمْ هَدْيٌ فَأَحَبَّ أَنْ يَجْعَلَهَا عُمْرَةً فَلْيَفْعَلْ وَمَنْ كَانَ مَعَهُ هَدْيٌ فَلَا فَمِنْهُمْ الْآخِذُ بِهَا وَالتَّارِكُ لَهَا مِمَّنْ لَمْ يَكُنْ مَعَهُ هَدْيٌ فَأَمَّا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ مَعَهُ الْهَدْيُ وَمَعَ رِجَالٍ مِنْ أَصْحَابِهِ لَهُمْ قُوَّةٌ فَدَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا أَبْكِي فَقَالَ مَا يُبْكِيكِ قُلْتُ سَمِعْتُ كَلَامَكَ مَعَ أَصْحَابِكَ فَسَمِعْتُ بِالْعُمْرَةِ قَالَ وَمَا لَكِ قُلْتُ لَا أُصَلِّي قَالَ فَلَا يَضُرُّكِ فَكُونِي فِي حَجِّكِ فَعَسَى اللَّهُ أَنْ يَرْزُقَكِيهَا وَإِنَّمَا أَنْتِ مِنْ بَنَاتِ آدَمَ كَتَبَ اللَّهُ عَلَيْكِ مَا كَتَبَ عَلَيْهِنَّ قَالَتْ فَخَرَجْتُ فِي حَجَّتِي حَتَّى نَزَلْنَا مِنًى فَتَطَهَّرْتُ ثُمَّ طُفْنَا بِالْبَيْتِ وَنَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُحَصَّبَ فَدَعَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ أَبِي بَكْرٍ فَقَالَ اخْرُجْ بِأُخْتِكَ مِنْ الْحَرَمِ فَلْتُهِلَّ بِعُمْرَةٍ ثُمَّ لِتَطُفْ بِالْبَيْتِ فَإِنِّي أَنْتَظِرُكُمَا هَا هُنَا قَالَتْ فَخَرَجْنَا فَأَهْلَلْتُ ثُمَّ طُفْتُ بِالْبَيْتِ وَبِالصَّفَا وَالْمَرْوَةِ فَجِئْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي مَنْزِلِهِ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ فَقَالَ هَلْ فَرَغْتِ قُلْتُ نَعَمْ فَآذَنَ فِي أَصْحَابِهِ بِالرَّحِيلِ فَخَرَجَ فَمَرَّ بِالْبَيْتِ فَطَافَ بِهِ قَبْلَ صَلَاةِ الصُّبْحِ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَدِينَةِ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2117: Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair, telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Sulaiman dari Aflah bin Humaid dari Al Qasim dari 'Aisyah RA, ia berkata: Kami pernah keluar bersama Rasulullah SAW di bulan-bulan haji untuk menunaikan Ibadah haji, melewati hari dan malam-malam haji hingga kami singgah di Saraf. Kemudian beliau pun keluar menemui para sahabatnya dan bersabda: "Siapa yang tidak membawa hadyu (hewan kurban) dan ia suka bila menjadikan (ihramnya) sebagai Umrah, maka hendaklah ia melakukannya. Sedangkan siapa yang mempunyai hadyu (hewan kurban) maka janganlah ia melakukannya." Maka sebagian sahabat pun ada yang melakukannya, dan sebagian yang lain ada juga yang tidak, yakni mereka yang tidak membawa hadyu. Adapun Rasulullah SAW, maka beliau membawa hadyu, demikian juga beberapa sahabatnya yang kuat. Kemudian Rasulullah SAW masuk menemuiku (ke dalam kemahku), sementara saat itu aku sedang menangis, maka beliau pun bertanya: "Apa yang menyebabkanmu menangis?" Aku menjawab: "Aku telah mendengar perkataan engkau dengan para sahabat, maka aku pun mendengar ucapan umrah." Beliau bertanya lagi: "Ada apa denganmu?" Aku menjawab: "(Sekarang) aku tidak salat (karena sedang haid)." Akhirnya beliau bersabda: "Hal itu tidaklah merugikanmu, lakukanlah ibadah hajimu. Semoga Allah memberimu pahala umrah. Kamu hanyalah anak keturunan Adam yang Allah telah tetapkan sebagaimana apa yang ditetapkan pada kaum wanita." Lalu aku pun keluar untuk haji hingga kami singgah di Mina. Kemudian aku bersuci dan melakukan tawaf di Baitullah, dan Rasulullah SAW singgah di Al Muhashshab. Lalu beliau memanggil Abdurrahman bin Abu Bakar dan bersabda: "Keluarlah bersama saudara perempuanmu dari Al Haram hingga ia dapat melakukan ihram untuk umrah dan tawaf di Baitullah, sedangkan aku menunggu kalian berdua di tempat ini." Akhirnya kami segera keluar, lalu aku berihram (untuk umrah) dan melakukan tawaf di Baitullah serta Sa'i antara Safa dan Marwah. Sesudah itu, kami kembali menemui Rasulullah SAW di tempat persinggahannya yakni di malam hari. Lalu beliau bertanya: "Apakah kamu telah selesai (mengerjakan umrah)?" Aku menjawab: "Ya." Akhirnya beliau mengumumkan kepada para sahabatnya untuk melanjutkan perjalanan. Kemudian beliau melewati Baitullah, maka beliau pun tawaf di Kakbah sebelum salat Subuh dan barulah beliau keluar menuju Madinah.

 

Baik jemaah haji gelombang I yang segera pulang ke tanah air maupun gelombang II yang hendak bertolak ke ke Madinah diwajibkan melakukan tawaf wada'. Tawaf wada' dikerjakan saat jemaah haji akan meninggalkan Makkah.

 

D. Ketika Tawaf dalam Keadaan Suci

Jamaah haji dalam melaksanakan tawaf harus dalam keadaan suci. Oleh sebab itu, bagi yang sedang berhadas bendaknya bersuci. Supaya suci dari hadas kecil adalah dengan berwudu atau tayamum bagi musafir. Bagi perempuan yang sedang haid tidak diperkenankan untuk melakukan tawaf. Keharusan jamaah haji dalam keadaan suci ketika tawaf adalah sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-6

صحيح البخاري ١٥٣٣: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عِيسَى حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ نَوْفَلٍ الْقُرَشِيِّ أَنَّهُ سَأَلَ عُرْوَةَ بْنَ الزُّبَيْرِ فَقَالَ: قَدْ حَجَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَتْنِي عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهُ أَوَّلُ شَيْءٍ بَدَأَ بِهِ حِينَ قَدِمَ أَنَّهُ تَوَضَّأَ ثُمَّ طَافَ بِالْبَيْتِ ثُمَّ لَمْ تَكُنْ عُمْرَةً ثُمَّ حَجَّ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَكَانَ أَوَّلَ شَيْءٍ بَدَأَ بِهِ الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ ثُمَّ لَمْ تَكُنْ عُمْرَةً ثُمَّ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ مِثْلُ ذَلِكَ ثُمَّ حَجَّ عُثْمَانُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَرَأَيْتُهُ أَوَّلُ شَيْءٍ بَدَأَ بِهِ الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ ثُمَّ لَمْ تَكُنْ عُمْرَةً ثُمَّ مُعَاوِيَةُ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ ثُمَّ حَجَجْتُ مَعَ أَبِي الزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ فَكَانَ أَوَّلَ شَيْءٍ بَدَأَ بِهِ الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ ثُمَّ لَمْ تَكُنْ عُمْرَةً ثُمَّ رَأَيْتُ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارَ يَفْعَلُونَ ذَلِكَ ثُمَّ لَمْ تَكُنْ عُمْرَةً ثُمَّ آخِرُ مَنْ رَأَيْتُ فَعَلَ ذَلِكَ ابْنُ عُمَرَ ثُمَّ لَمْ يَنْقُضْهَا عُمْرَةً وَهَذَا ابْنُ عُمَرَ عِنْدَهُمْ فَلَا يَسْأَلُونَهُ وَلَا أَحَدٌ مِمَّنْ مَضَى مَا كَانُوا يَبْدَءُونَ بِشَيْءٍ حَتَّى يَضَعُوا أَقْدَامَهُمْ مِنْ الطَّوَافِ بِالْبَيْتِ ثُمَّ لَا يَحِلُّونَ وَقَدْ رَأَيْتُ أُمِّي وَخَالَتِي حِينَ تَقْدَمَانِ لَا تَبْتَدِئَانِ بِشَيْءٍ أَوَّلَ مِنْ الْبَيْتِ تَطُوفَانِ بِهِ ثُمَّ إِنَّهُمَا لَا تَحِلَّانِ وَقَدْ أَخْبَرَتْنِي أُمِّي أَنَّهَا أَهَلَّتْ هِيَ وَأُخْتُهَا وَالزُّبَيْرُ وَفُلَانٌ وَفُلَانٌ بِعُمْرَةٍ فَلَمَّا مَسَحُوا الرُّكْنَ حَلُّوا.

Artinya: Shahih Bukhari nomor 1533: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin 'Isa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb berkata: telah mengabarkan kepada saya 'Amru bin Al Harits dari Muhammad bin 'Abdurrahman bin Nawfal Al Furasyi bahwa dia bertanya kepada 'Urwah bin Az Zubair, maka ia berkata: Sungguh Rasulullah SAW telah berhaji, dan ‘Aisyah RA mengkabarkan kepadaku bahwasanya pertama-tama yang Nabi lakukan ketika tiba di Makkah adalah beliau berwudu, kemudian tawaf di Baitullah dan tidak melaksanakan 'umrah. Kemudian Abu Bakar RA melaksanakan haji dan yang pertama dilakukannya adalah tawaf di Baitullah dan tidak melaksanakan 'umrah. Kemudian 'Umar RA melaksanakan haji dan melakukannya seperti itu. Kemudian 'Utsman melaksanakan haji dan aku melihatnya apa yang dilakukannya pertama kali adalah tawaf di Baitullah dan tidak melaksanakan 'umrah. Kemudian Mu'awiyah dan 'Abdullah bin 'Umar juga melaksanakan haji seperti itu. Kemudian aku melaksanakan haji bersama bapakku Az Zubair bin Al 'Awam dan yang pertama dilakukannya adalah tawaf di Baitullah dan tidak melaksanakan 'umrah. Kemudian aku melihat Kaum Muhajirin dan Anshar melaksanakan haji seperti itu juga, tidak melaksanakan 'umrah. Dan orang yang terakhir aku lihat melakukan seperti itu adalah Ibnu 'Umar, dia tidak mengubahnya menjadi 'umrah', Dan inilah Ibnu 'Umar, orang-orang tidak bertanya kepadanya, tidak pula seorangpun (yang masih hidup) dari orang-orang yang terdahulu, mereka tidak memulai sesuatu manasik hingga mereka menginjakkan kaki untuk melaksanakan tawaf di Baitullah, lalu mereka tidak bertahallul setelah itu. Sungguh aku telah melihat ibu dan bibiku ketika keduanya melaksanakan haji, keduanya tidak memulai mengerjakan sesuatu melainkan tawaf di Baitullah kemudian keduanya tidak bertahallul". Dan ibuku telah mengabarkan kepada saya bahwa dia dan saudara perempuannya dan Az Zubair serta fulan dan fulan berniat ihram untuk umrah, setelah mereka mengusap Ar Rukun (Al Hajar Al Aswad) maka mereka bertahallul.

 

Bagi perempuan yang sedang haid tidak diperkenankan untuk tawaf. Pada matan ada yang disebutkan dengan nifas. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-7

صحيح البخاري ٢٩٤: حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْقَاسِمِ عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: خَرَجْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا نَذْكُرُ إِلَّا الْحَجَّ، فَلَمَّا جِئْنَا سَرِفَ طَمِثْتُ فَدَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا أَبْكِي، فَقَالَ: مَا يُبْكِيكِ. قُلْتُ: لَوَدِدْتُ وَاللَّهِ أَنِّي لَمْ أَحُجَّ الْعَامَ. قَالَ: لَعَلَّكِ نُفِسْتِ؟ قُلْتُ: نَعَمْ. قَالَ: فَإِنَّ ذَلِكِ شَيْءٌ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَى بَنَاتِ آدَمَ، فَافْعَلِي مَا يَفْعَلُ الْحَاجُّ غَيْرَ أَنْ لَا تَطُوفِي بِالْبَيْتِ حَتَّى تَطْهُرِي

Artinya: Shahih Bukhari nomor 294: Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim berkata: telah menceritakan kepadaku 'Abdul 'Aziz bin Abu Salamah dari 'Abdurrahman bin 'Abdullah Al Qasim dari Al Qasim bin Muhammad dari 'Aisyah ia berkata: Kami keluar bersama Rasulullah SAW, kami tidak berniat selain haji. Setelah sampai di Sarif aku haid, lalu Nabi SAW datang kepadaku, pada waktu itu aku sedang menangis. Beliau SAW bertanya, “Mengapa engkau menangis?” Aku menjawab, “Demi Allah, aku lebih suka kalau tidak melaksanakan haji tahun ini.” Beliau bertanya, “Mungkin kamu datang nifas (haid)?” Aku menjawab, “Ya.” Beliau bersabda, “Itu merupakan ketetapan Allah bagi perempuan anak Adam. Kerjakanlah apa yang dikerjakan oleh orang yang berhaji, tetapi jangan melakukan tawaf di sekeliling Kakbah sehingga kamu suci.”

 

Hadis Ke-8

صحيح مسلم ٢١١٤: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ جَمِيعًا عَنْ ابْنِ عُيَيْنَةَ قَالَ عَمْرٌو حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْقَاسِمِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: خَرَجْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا نَرَى إِلَّا الْحَجَّ. حَتَّى إِذَا كُنَّا بِسَرِفَ أَوْ قَرِيبًا مِنْهَا حِضْتُ فَدَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا أَبْكِي. فَقَالَ: أَنَفِسْتِ (يَعْنِي الْحَيْضَةَ قَالَتْ) قُلْتُ: نَعَمْ. قَالَ: إِنَّ هَذَا شَيْءٌ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَى بَنَاتِ آدَمَ. فَاقْضِي مَا يَقْضِي الْحَاجُّ غَيْرَ أَنْ لَا تَطُوفِي بِالْبَيْتِ حَتَّى تَغْتَسِلِي. قَالَتْ: وَضَحَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ نِسَائِهِ بِالْبَقَرِ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2114: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Amru An Naqid dan Zuhair bin Harb semuanya dari Ibnu Uyainah. Amru berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Abdurrahman bin Al Qasim dari Bapaknya dari Aisyah RA, ia berkata: Kami keluar bersama Nabi SAW, kami tidak berniat kecuali berhaji, hingga ketika sampai di Sarif atau dekat dengan tempat itu aku kedatangan haid. Lalu Nabi SAW datang kepadaku, dan ketika itu aku sedang menangis. Lalu beliau bertanya, “Apakah kamu datang nifas (maksudnya haid.” Lalu ‘Aisyah berkata): Aku menjawab, “Ya.” Beliau bersabda, “Ini adalah sesuatu yang telah Allah tetapkan bagi wanita anak Adam. Lakukanlah apa-apa yang dilakukan orang yang berhaji, tetapi jangan melakukan tawaf di Baitullah sehingga kamu mandi.” ‘Aisyah berkata, “Dan Rasulullah SAW menyembelih lembu untuk istri-istrinya.”

 

E. Tata Cara Tawaf

Cara tawaf adalah dengan berjalan di sebelah kanan Hajar Aswad dengan berjalan cepat tiga putaran dan berjalan biasa empat putaran. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-9

صحيح مسلم ٢١٣٩: و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ آدَمَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ مَكَّةَ أَتَى الْحَجَرَ فَاسْتَلَمَهُ. ثُمَّ مَشَى عَلَى يَمِينِهِ. فَرَمَلَ ثَلَاثًا وَمَشَى أَرْبَعًا.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2139: Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim, telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Adam, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Ja'far bin Muhammad dari Bapaknya dari Jabir bin Abdullah RA bawasanya Rasulullah SAW ketika tiba di Makkah beliau lalu datang ke tempat Hajar Aswad, lalu beliau menjamahnya, kemudian beliau berjalan di sebelah kanannya, beliau berjalan cepat tiga putaran dan berjalan biasa empat putaran.

 

Hadis Ke-10

صحيح مسلم ٢٢١١: و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ حَدَّثَنَا حَاتِمٌ يَعْنِي ابْنَ إِسْمَعِيلَ عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا طَافَ فِي الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ أَوَّلَ مَا يَقْدَمُ فَإِنَّهُ يَسْعَى ثَلَاثَةَ أَطْوَافٍ بِالْبَيْتِ ثُمَّ يَمْشِي أَرْبَعَةً ثُمَّ يُصَلِّي سَجْدَتَيْنِ ثُمَّ يَطُوفُ بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ.

Artinya: Shahih nomor Muslim 2211: Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abbad, telah menceritakan kepada kami Hatim bin Isma'il dari Musa bin Uqbah dari Nafi' dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah SAW ketika tawaf dalam haji dan ‘umrah, mula-mula yang beliau lakukan adalah berjalan cepat tiga kali putaran mengelilingi Kakbah, kemudian berjalan biasa empat kali putaran, kemudian salat dua rakaat, kemudian sa’i antara Safa dan Marwah.

 

Melalui hadis yang ada dapat diketahui bahwa tata cara tawaf adalah menjamah Hajar Aswad, kemudian mengelilingi Kakbah sebanyak tujuh kali. Adapun ketika tawaf dipersyaratkan suci dari hadas. Bagi orang laki-laki meletakkan bagian tengah kain ihramnya di bawah ketiak kanan dan menaruh ujung kain di atas pundak sebelah kiri tertutup, sedang pundak kanan terbuka. Adapun ketika mengelilingi, dimulai dari sebelah kanan Hajar Aswad. Arah putarannya berlawanan dengan arah jarum jam. Tiga putaran awal dilakukan dengan berjalan cepat, sedangkan empat kali putaran sisanya dengan berjalan biasa. Setelah selesai melakukan tujuh putaran, kemudian salat dua rakaat di makam Ibrahim. Kemudian kembali menuju Hajar Aswad, lalu menciumnya. 

 

F. Menjamah Mencium Hajar Aswad dan Menjamah Rukun Yamani Tanpa Menciumnya

Tentang mencium Hajar Aswad di dalam tawaf kalau bisa mencium Hajar Aswad. Bila tidak memungkinkan mencium Hajar Aswad, bisa dengan menjamah Hajar Aswad. Hal itu juga bisa dengan menjamah Hajar Aswad dengan tangan keudian mencium tangan. Bisa pula menjamah Hajar Aswad dengan tongkat kemudian tongkatnya dicium. Kalau tidak bisa menjamah dengan tongkat, maka berisyarat dengan tongkatnya. Apabila kesemuanya tidak dapat dilaksanakan, cukup membaca “Laa ilaaha illallooh, Alloohu akbar.” Hal tersebut boleh berisyarat dengan tangan atau cukup menghadap Hajar Aswad. Adapun dalilnya adalah sebagai berikut.

 

1. Mencium Hajar Aswad

Terkait mencium Hajar Aswad dilakukan oleh Rasulullah dan disampaikan oleh Umar bin Khaththab. Adapun dalilnya adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ke-11

سنن ابن ماجه ٢٩٣٤: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا عَاصِمٌ الْأَحْوَلُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَرْجِسَ قَالَ: رَأَيْتُ الْأُصَيْلِعَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ يُقَبِّلُ الْحَجَرَ وَيَقُولُ إِنِّي لَأُقَبِّلُكَ وَإِنِّي لَأَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لَا تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعُ وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ.

Artinya: Sunan Ibnu Majah nomor 2934: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Ali bin Muhammad, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah: telah menceritakan kepada kami 'Ashim bin Al Ahwal dari Abdullah bin Sarjis, ia berkata: "Aku melihat Al Ushaili (seorang yang gundul) Umar bin Khaththab RA mencium Hajar Aswad, dan beliau berkata, “Sesungguhnya aku menciummu, dan aku tahu bahwa kamu adalah batu yang tidak bisa mendatangkan mudarat dan tidak pula manfaat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu, aku tidak akan menciummu.”

 

Hadis Ke-12

صحيح البخاري ١٤٩٤: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَابِسِ بْنِ رَبِيعَةَ عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّهُ جَاءَ إِلَى الْحَجَرِ الْأَسْوَدِ فَقَبَّلَهُ فَقَالَ إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لَا تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعُ وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ.

Artinya: Shahih Bukhari nomor 1494: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir, telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Al A'masy dari Ibrahim dari 'Abis bin Rabi'ah dari 'Umar RA bahwasanya ia datang menuju Hajar Aswad lalu menciumnya. Maka ia berkata, “Sesungguhnya aku tahu bahwa kamu adalah batu yang tidak bisa mendatangkan mudarat dan tidak pula manfaat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu, aku tidak akan menciummu.”

 

2. Menjamah Hajar Aswad

Menjamah maksudnya adalah menyentuh dengan jari, meraba, atau memegang. Adapun menjamah Hajar Aswad bisa dikatakan menyentuh Hajar Aswad. Adapun dalilnya adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ke-13

صحيح مسلم ٢٢٢٢: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا اللَّيْثُ ح و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ: لَمْ أَرَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُ مِنْ الْبَيْتِ إِلَّا الرُّكْنَيْنِ الْيَمَانِيَيْنِ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2222: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, telah mengabarkan kepada kami Laits. Dalam riwayat lain, dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Laits dari Ibnu Syihab dari Salim bin Abdullah dari Abdullah bin Umar bahwasanya ia berkata: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW mengusap dari Baitullah kecuali dua rukun Yamaniy.”

 

Hadis Ke-14

صحيح مسلم ٢٢٢٧: و حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ أَنَّ قَتَادَةَ بْنَ دِعَامَةَ حَدَّثَهُ أَنَّ أَبَا الطُّفَيْلِ الْبَكْرِيَّ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عَبَّاسٍ يَقُولُا: لَمْ أَرَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَلِمُ غَيْرَ الرُّكْنَيْنِ الْيَمَانِيَيْنِ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2227: Dan telah menceritakan kepadaku Abu Thahir, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb, telah mengabarkan kepada kami Amru bin Harits bahwa Qatadah bin Di'amah, telah menceritakan kepadanya bahwa Abu Thufail Al Bakri telah menceritakan kepadanya, bahwa ia mendengar Ibnu Abbas berkata: Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW menjamah selain dua rukun Yamaniy.”

 

3. Menjamah Hajar Aswad dengan Tangan Lalu Mencium Tangan

Menjamah Hajar Aswad bisa dengan tangan lalu menciumnya. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-15

صحيح مسلم ٢٢٢٦: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَابْنُ نُمَيْرٍ جَمِيعًا عَنْ أَبِي خَالِدٍ قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ قَالَ: رَأَيْتُ ابْنَ عُمَرَ يَسْتَلِمُ الْحَجَرَ بِيَدِهِ ثُمَّ قَبَّلَ يَدَهُ وَقَالَ مَا تَرَكْتُهُ مُنْذُ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُهُ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2226: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Ibnu Numair, semuanya dari Abu Khalid. Abu Bakr berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al Ahmar dari Ubaidullah dari Nafi' ia berkata: Saya melihat Ibnu Umar mengusap Hajar Aswad dengan tangannya, kemudian ia mencium tangannya, lalu ia berkata, “Aku tidak pernah meninggalkan (yang demikian itu) sejak aku melihat Rasulullah SAW melakukannya.”

 

4. Menjamah Hajar Aswad dengan Isyarat Tongkat lalu Menciumnya

Menjamah Hajar Aswad bisa pula dilakukan dengan isyarat tongkat kemudian tongkatnya dicium. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-16

صحيح مسلم ٢٢٣٧: و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ حَدَّثَنَا مَعْرُوفُ بْنُ خَرَّبُوذَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا الطُّفَيْلِ يَقُولُا: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَطُوفُ بِالْبَيْتِ وَيَسْتَلِمُ الرُّكْنَ بِمِحْجَنٍ مَعَهُ وَيُقَبِّلُ الْمِحْجَنَ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2237: Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Dawud, telah menceritakan kepada kami Ma'ruf bin Kharrabudz, ia berkata: saya mendengar Abu Thufail berkata: Saya melihat Rasulullah SAW tawaf di Baitullah dan menjamah rukun (Hajar Aswad) dengan tongkat beliau, lalu beliau mencium tongkat itu.”

 

4. Berisyarat dengan Tongkat

Bila jamaah berdesak-desakan, bisa menjamah Hajar Aswad dengan tongkat. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-17

صحيح مسلم ٢٢٣٤: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ: طَافَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْبَيْتِ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ عَلَى رَاحِلَتِهِ يَسْتَلِمُ الْحَجَرَ بِمِحْجَنِهِ لِأَنْ يَرَاهُ النَّاسُ وَلِيُشْرِفَ وَلِيَسْأَلُوهُ فَإِنَّ النَّاسَ غَشُوهُ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2234: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ali bin Mushir dari Ibnu Juraij dari Abu Zubair dari Jabir ia berkata: "Rasulullah SAW tawaf di Baitullah pada haji wada’ di atas untanya, beliau menjamah Hajar Aswad dengan tongkat agar orang-orang melihatnya dan beliau berada di tempat yang tinggi sehingga terlihat, dan supaya orang-orang bertanya kepada beliau, karena orang-orang berdesak-desakan.

 

5. Bila Mencium, Menjamah, Menjamah dengan Isyarat Tongkat Tidak Bisa Maka Cukup Membaca Tahlil dan Takbir

Apabila mencium, menjamah dengan tangan ataupun menjamah dengan tangan lalu mencium tangan, menjamah dengan tongkat, maka bisa dilakukan dengan membaca tahlil dan takbir. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-18

مسند أحمد ١٨٥: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي يَعْفُورٍ الْعَبْدِيِّ قَالَ سَمِعْتُ شَيْخًا بِمَكَّةَ فِي إِمَارَةِ الْحَجَّاجِ يُحَدِّثُ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ يَا عُمَرُ إِنَّكَ رَجُلٌ قَوِيٌّ لَا تُزَاحِمْ عَلَى الْحَجَرِ فَتُؤْذِيَ الضَّعِيفَ إِنْ وَجَدْتَ خَلْوَةً فَاسْتَلِمْهُ وَإِلَّا فَاسْتَقْبِلْهُ فَهَلِّلْ وَكَبِّرْ.

Artinya: Musnad Ahmad nomor 185: Telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Abu Ya'fur Al 'Abdi dia berkata: Aku mendengar seorang syaikh di Makkah pada masa pemerintahan Al Hajjaj bercerita dari Umar bin Al Khaththab RA bahwa sesungguhnya Nabi SAW bersabda kepadanya, “Hai Umar engkau adalah seorang laki-laki yang kuat, janganlah engkau berdesakan pada Hajar Aswad sehingga engkau akan menyusahkan orang yang lemah, jika engkau mendapatkan kesempatan (kosong) maka jamahlah dan jika tidak ada kesempatan maka menghadaplah kepadanya (Hajar Aswad) lalu bacalah tahlil dan takbir (Laa ilaaha illallooh, alloohu akbar).”

Keterangan: dlaif karena dalam sanadnya ada rawi yang tidak disebutkan namanya sehingga hadis ini munqathi’.

 

G. Bacaan Ketika Tawaf dan Bacaan Antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad

Terdapat bacaan ketika tawaf serta bacaan antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad. Berbagai dalil menunjukkan terkait bacaannya.

 

Hadis Ke-19

سنن أبي داوود ١٦١٦: حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ عُبَيْدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ السَّائِبِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا بَيْنَ الرُّكْنَيْنِ: رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Artinya: Sunan Abu Daud nomor 1616: Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Isa bin Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, dari Yahya bin Ubaid dari Bapaknya dari Abdullah bin As Saib, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW berdoa di antara dua rukun (rukun Yamaniy dan Hajar Aswad), “Robbanaa aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa ‘adzaabannaar (Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jagalah kami dari siksa neraka).”

 

Hadis Ke-20

صحيح البخاري ١٥٢٥: حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ الْوَاسِطِيُّ حَدَّثَنَا خَالِدٌ عَنْ خَالِدٍ الْحَذَّاءِ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَافَ بِالْبَيْتِ وَهُوَ عَلَى بَعِيرٍ كُلَّمَا أَتَى عَلَى الرُّكْنِ أَشَارَ إِلَيْهِ بِشَيْءٍ فِي يَدِهِ وَكَبَّرَ.

Artinya: Shahih Bukhari nomor 1525: Telah menceritakan kepadaku Ishaq Al Wasitiy, telah menceritakan kepada kami Khalid dari Khalid Al Hadzdza' dari 'Ikrimah dari Ibnu 'Abbas RA bahwasanya Rasulullah SAW tawaf di Baitullah dan beliau di atas untanya. Setiap kali beliau sampai pada rukun (Hajar Aswad), beliau berisyarat kepadanya dengan sesuatu yang ada di tangan beliau, dan bertakbir.”

 

Hadis Ke-21

سنن ابن ماجه ٢٩٤٨: حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ أَبِي سَوِيَّةَ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ هِشَامٍ يَسْأَلُ عَطَاءَ بْنَ أَبِي رَبَاحٍ عَنْ الرُّكْنِ الْيَمَانِي وَهُوَ يَطُوفُ بِالْبَيْتِ فَقَالَ عَطَاءٌ حَدَّثَنِي أَبُو هُرَيْرَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وُكِلَ بِهِ سَبْعُونَ مَلَكًا فَمَنْ قَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ قَالُوا آمِينَ فَلَمَّا بَلَغَ الرُّكْنِ الْأَسْوَدِ قَالَ يَا أَبَا مُحَمَّدٍ مَا بَلَغَكَ فِي هَذَا الرُّكْنِ الْأَسْوَدِ فَقَالَ عَطَاءٌ حَدَّثَنِي أَبُو هُرَيْرَةَ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ فَاوَضَهُ فَإِنَّمَا يُفَاوِضُ يَدَ الرَّحْمَنِ قَالَ لَهُ ابْنُ هِشَامٍ يَا أَبَا مُحَمَّدٍ فَالطَّوَافُ قَالَ عَطَاءٌ حَدَّثَنِي أَبُو هُرَيْرَةَ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ طَافَ بِالْبَيْتِ سَبْعًا وَلَا يَتَكَلَّمُ إِلَّا بِسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ مُحِيَتْ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ وَكُتِبَتْ لَهُ عَشْرُ حَسَنَاتٍ وَرُفِعَ لَهُ بِهَا عَشْرَةُ دَرَجَاتٍ وَمَنْ طَافَ فَتَكَلَّمَ وَهُوَ فِي تِلْكَ الْحَالِ خَاضَ فِي الرَّحْمَةِ بِرِجْلَيْهِ كَخَائِضِ الْمَاءِ بِرِجْلَيْهِ.

Artinya: Sunan Ibnu Majah nomor 2948: Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar: telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ayyasy: telah menceritakan kepada kami Humaid bin Abu Sawiyyah berkata: Aku mendengar Ibnu Hisyam bertanya pada 'Atha` bin Abu Rabah tentang rukun Yamani sedang ia bertawaf di Kakbah, 'Atha` berkata: telah menceritakan kepadaku Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda: "Padanya ada tujuh puluh malaikat yang menjaganya, siapa saja yang berdoa: Alloohuma inni as’alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fidunyaa wal aakhirah, rabbanaa aatinaa fidunyaa hasanah wa fil aakhirati hasanah wa qinaa ‘adzaban naar (Ya Allah aku berharap kemaafan dan kesehatan dari di dunia dan akhirat wahai Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan akhirat dan jauhkan kami dari api neraka)." Niscaya mereka berkata: "Aamiin (kabulkanlah!)." Ketika ia sampai di rukun Hajar Aswad, ia berkata: "Wahai Abu Muhammad, apa yang engkau ketahui jika sampai di sini?" Atha` berkata: telah menceritakan kepadaku Abu Hurairah bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang berusaha sesungguhnya ia berusaha menggapai tangan Ar Rahman." Ibnu Hisyam berkata kepadanya: ,"Wahai Abu Muhammad, bagaiamana dengan tawaf?" 'Atha` menjawab: Telah menceritakan kepadaku Abu Hurairah bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa tawaf tujuh kali di Baitullah dan tidak berkata-kata melainkan ucapan “Subhaanallooh, walhamdu lillaah, wa laa ilaaha illallooh, walloohu akbar, wa laa haula walaa quwwata illaa billaah” (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah), maka akan dihapus sepuluh dosanya dan dicatat untuknya sepuluh kebaikan serta diangkat untuknya sepuluh derajat. Dan siapa yang bertawaf dengan berkata-kata (tidak berzikir) maka seakan-akan ia berenang pada rahmat Allah dengan kedua kakinya saja (tanpa jasadnya) semisal ia berenang di air dengan kedua kakinya."

Keterangan: Hadis tersebut melalui satu rantai sanad. Terkait rawi yang bernama Humaid bin Abu Sawiyyah, Ibnu Hajar Al Asqalani mengomentari: majhul.

 

Rukun Yamani adalah bagian sudut Kakbah sebelum sudut Hajar Aswad. Tidak ada doa khusus bagi orang yang tawaf, maka orang yang tawaf boleh berdoa apasaja yang ia inginkan. Antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad dituntunkan berdo’a sebagaimana yang dilakukan Nabi, yaitu: “Robbanaa aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa ‘adzaabannaar (Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jagalah kami dari siksa neraka).” Doa dikala tawaf yang lain ialah: “Subhaanallooh, walhamdu lillaah, wa laa ilaaha illallooh, walloohu akbar, wa laa haula walaa quwwata illaa billaah” (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah).

 

H. Tawaf Tujuh Kali dan Salat di Makam Ibrahim

Setelah tawaf tujuh kali, yang dilakukan adalah salat di makam Ibrahim. Berbagai dalil menerangkan hal tersebut. Adapun di antara dalilnya adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ke-22

صحيح البخاري ١٥٢١: حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ: قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَطَافَ بِالْبَيْتِ سَبْعًا وَصَلَّى خَلْفَ الْمَقَامِ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الصَّفَا وَقَدْ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى ( لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ ).

Artinya: Shahih Bukhari nomor 1521: Telah menceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, telah menceritakan kepada kami 'Amru bin Dinar berkata: Aku mendengar Ibnu 'Umar RA berkata: Nabi SAW tiba (di Makkah), lalu tawaf di Baitullah tujuh kali, kemudian salat dua rakaat di belakang makam Ibrahim, kemudian beliau SAW pergi ke Safa (untuk sa’i). Dan Allah Ta’ala telah berfirman (yang artinya), “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian” (QS. Al-Ahzab: 21).

 

Hadis Ke-23

سنن النسائي ٢٩١٤: أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ بْنِ سَعِيدِ بْنِ كَثِيرِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ الْوَلِيدِ عَنْ مَالِكٍ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا انْتَهَى إِلَى مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ قَرَأَ ( وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى) فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ فَقَرَأَ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ وَ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ثُمَّ عَادَ إِلَى الرُّكْنِ فَاسْتَلَمَهُ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الصَّفَا.

Artinya: Sunan Nasa'i nomor 2914: Telah mengabarkan kepada kami 'Amr bin Utsman bin Sa'id bin Katsir bin Dinar dari Al Walid dari Malik dari Ja'far bin Muhammad dari Bapaknya dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah SAW setelah sampai di Makam Ibrahim, beliau membaca ayat (yang artinya), “Dan jadikanlah Makam Ibrahim itu tempat untuk salat” (QS. Al-Baqarah: 125), lalu beliau salat dua rakaat, beliau membaca Al-Fatihah, Qul yaa ayyuhal kaafiruun (Al-Kafirun) dan Qul huwalloohu ahad (Al-Ikhlas). Kemudian beliau kembali menuju Hajar Aswad, lalu menciumnya, kemudian keluar menuju ke bukit Safa.”

Keterangan: Makam Ibrahim adalah bekas tapak kaki Nabi Ibrahim ketika membangun Kakbah. Adapun tawaf wada tidak dilanjutkan dengan Sai ke bukit Safa dan Marwah. Selain itu tidak perlu tahalul.

 

I. Hikmah Tawaf Wada

Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan bahwa kata wada' berarti perpisahan. Jadi, tawaf wada' adalah tawaf perpisahan dengan Kakbah Al Musyarrafah, Masjidil Haram, dan sekaligus dengan Tanah Haram Makkah. Tawaf wada' atau tawaf perpisahan ini ada beberapa hat yang dapat diungkapkan dan diharapkan kepada Allah SWT, antara lain:

 

1. Bersyukur kepada Allah SWT atas rahmat-Nya karena atas kehendak-Nyalah seluruh rangkaian ibadah haji atau umrah dapat diselesaikan dengan balk dan maksimal.Berbagai nikmat dan rahmat telah diperoleh selama jemaah menjalankan ibadah haji dan umrah. lnilah nikmat terbesar yang diberikan Allah SWT kepada mereka yang berhaji atau berumrah karena tidak semua umat Islam bisa melaksanakan ibadah ini kendati mereka ingin sekali melaksanakannya. Sebagai dampak dari melaksanakan ibadah haji atau umrah, tak terbayangkan berbagai kenikmatan yang akan diberikan Allah SWT kelak kepada orangorang yang melaksanakannya, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti, lnsya Allah.

 

2. Mengharap kepada Allah SWT agar semua amal ibadah yang dikerjakan, baik berupa pengorbanan tenaga, waktu, uang, serta materi lainnya yang dikeluarkan, dapat diterima oleh Allah SWT dan ibadah haji dan umrah yang mereka kerjakan benar-benar mabrur dan memperoleh balasan yang dijanjikan Allah, surga penuh kenikmatan. Ini karena dalam pelaksanaan ibadah ini tidak ada yang diinginkan kecuali rida, pengampunan, dan balasan pahala dari Allah SWT.

 

3. Perjalanan dari Indonesia ke Tanah Suci Makkah dan kembali ke Tanah Air tentulah perjalanan yang cukup panjang, melelahkan, dan berisiko tinggi serta penuh dengan  tantangan yang berat. Tawaf wada' ini, doa mereka panjatkan kepada Allah SWT agar selama dalam perjalanan senantiasa dilindungi Allah dengan keselamatan dan kesehatan. Perjalanan yang demikian panjang, bahkan semua perjalanan hidup, perlu mendapat lindungan Allah SWT. Dialah yang Maha Bijaksana dan Maha Kuasa mengatur segala perjalanan dan melindungi semuanya.

 

4. Mengerjakan haji merupakan kewajiban sekali seumur hidup, tapi tidak salah pula  bila seseorang ingin mengerjakannya lebih dari satu kali selama hidup. Pertemuan atau berada di Kakbah memiliki makna tersendiri bagi setiap orang yang mengerjakan haji atau umrah. Baitullah bukan sekadar "rumah" yang ditatap sepintas dan kemudian ditinggalkan. Ternyata Baitullah adalah sumber kerinduan bagi setiap jemaah haji karena setiap jemaah yang akan meninggalkan Kakbah ternyata rindu untuk kembali ke sana, bahkan tidak sedikit orang yang meneteskan air mata karenanya. Berbeda ketika orang melihat sesuatu tanpa kesan dan tidak tertarik lagi untuk kali kedua dan seterusnya. Berbeda dengan Kakbah, setelah melihatnya atau berada di sana, muncul keimanan dalam hati. Sebab itu, ketika tawaf wada; setiap jemaah berdoa agar dapat berkunjung kembali ke Baitullah.

 

Demikian di antaranya yang berkaitan dengan haji dan /atau umrah umrah. Semoga yang informasi yang didapat membuat kita punya gambaran mengenai ibadah haji dan umrah. Melalui gambaran yang ada, kita paham tata cara pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Dalil yang kita gunakan untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan/ atau hadis shahih atau setidaknya hasan lidzatihi. Adapun selain dalil yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat dalil yang shahih maupun sharih lainnya yang bisa kita gunakan sebagai landasan hukum ibadah.

 

Penulis menyadari bahwa sampai tulisan ini diterbitkan belum pernah melaksanakan ibadah haji dan umrah. Tulisan ini bukan bermaksud menggurui. Namun sebagai sarana penambah wawasan dan pengingat kembali mengenai manasik haji dan umrah. Adapun saran yang membangun untuk menambah wawasan bersama dari pembaca yang sudah berhaji dan berumrah maupun yang belum adalah sangat diharapkan demi ulasan yang lebih baik sesuai Al-Qur’an dan As-Sunah. Bagi yang belum, semoga Allah meridai kita semuanya untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Semoga kita mampu melaksanakan ibadah haji dan umrah dengan baik dan maksimal sehingga kesempurnaan amal salih tercapai dan akhirnya memperoleh surga sebagaimana janjinya Allah. Aamiin.

 

 

 

No comments:

Post a Comment