Monday, June 3, 2024

Wajib Haji: Melontar Jamrah


 

Umat Islam yang berusaha menjalankan syariat Islam dalam hidupnya tentu mengimpikan melaksanakan ibadah haji dan umrah. Ibadah haji merupakan salah satu di antaranya rukun Islam. Namun demikian, dalam praktiknya ibadah haji di tanah haram tidak terlepas dari ibadah umrah. Bagi kita yang masih awam tentunya akan banyak bertanya-tanya bagaimana pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Supaya mampu menjawab pertanyaan kita bersama tersebut, pada kesempatan kali ini akan membahas mengenai wajib haji: Melontar Jamrah.

 

A. Pengertian Melontar Jamrah

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan arti melontar adalah melempar. Sementara jamrah dalam KBBI berarti batu kecil; kerikil; kumpulan batu kecil. Selain itu juga diartikan sebagai tugu di Mina yang menjadi sasaran lemparan batu (dalam ibadah haji) sebagai simbol tempat melempar setan yang menggoda Nabi Ibrahim, Ismail, dan Siti Hajar ketika Ibrahim melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih Ismail sebagai ujian ketaatan kepada-Nya. Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan bahwa melontar jamrah adalah melontar batu kerikil ke arah jamrah Sughra (Ula), Tsaniyah (Wustha) dan Kubra (Aqabah) dengan niat mengenai objek jamrah (marma) dan kerikil masuk ke dalam lubang marma. Melontar jamrah dilakukan pada hari nahar dan hari tasyrik. Buku Bimbingan Praktis Manasik Haji KBIH MTA tahun 2016 menyebutkan bahwa lontar jamrah adalah melontar dengan batu kerikil yang mengenai marma (jamrah Ula, Wustha, dan Aqabah) pada hari nahar dan hari tasyrik. Hari nahar yaitu langgal 10 Zulhijah, dinamakan hari nahar karena pada hari itu dilaksanakannya penyembelihan hewan kurban dan atau dam. Sementara hari tasyrik adalah hari-hari pada tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijah. Pada hari-hari tersebut jemaah haji berada di Mina untuk melontar jamrah dan mabit.

 

Hadis Ke-1

صحيح مسلم ٢٢٩٨: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ عَنْ هِشَامٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَى مِنًى فَأَتَى الْجَمْرَةَ فَرَمَاهَا ثُمَّ أَتَى مَنْزِلَهُ بِمِنًى وَنَحَرَ ثُمَّ قَالَ لِلْحَلَّاقِ: خُذْ. وَأَشَارَ إِلَى جَانِبِهِ الْأَيْمَنِ ثُمَّ الْأَيْسَرِ، ثُمَّ جَعَلَ يُعْطِيهِ النَّاسَ. و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَابْنُ نُمَيْرٍ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالُوا أَخْبَرَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ عَنْ هِشَامٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ أَمَّا أَبُو بَكْرٍ فَقَالَ فِي رِوَايَتِهِ لِلْحَلَّاقِ هَا وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى الْجَانِبِ الْأَيْمَنِ هَكَذَا فَقَسَمَ شَعَرَهُ بَيْنَ مَنْ يَلِيهِ قَالَ ثُمَّ أَشَارَ إِلَى الْحَلَّاقِ وَإِلَى الْجَانِبِ الْأَيْسَرِ فَحَلَقَهُ فَأَعْطَاهُ أُمَّ سُلَيْمٍ وَأَمَّا فِي رِوَايَةِ أَبِي كُرَيْبٍ قَالَ فَبَدَأَ بِالشِّقِّ الْأَيْمَنِ فَوَزَّعَهُ الشَّعَرَةَ وَالشَّعَرَتَيْنِ بَيْنَ النَّاسِ ثُمَّ قَالَ بِالْأَيْسَرِ فَصَنَعَ بِهِ مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ هَا هُنَا أَبُو طَلْحَةَ فَدَفَعَهُ إِلَى أَبِي طَلْحَةَ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2298: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, telah mengabarkan kepada kami Hafsh bin Ghiyats dari Hisyam dari Muhammad bin Sirin dari Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah SAW datang ke Mina, lalu beliau datang ke tempat jamrah dan melemparnya. Kemudian beliau datang ke tempat singgahnya di Mina dan menyembelih hadyu. Kemudian beliau bersabda kepada tukang cukur, “Ambillah”, dan beliau menunjuk (kepala beliau) sebelah kanan, kemudian sebelah kiri, kemudian beliau memberikan rambutnya kepada orang-orang. Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Ibnu Numair dan Abu Kuraib, mereka berkata: telah mengabarkan kepada kami Hafsh bin Ghiyats dari Hisyam dengan isnad ini. Adapun Abu Bakr, maka ia berkata dalam riwayatnya: (Beliau bersabda kepada tukang cukur): "HAA (cukurlah rambutku)." Beliau sambil memberi isyarat ke arah kepala bagian kanannya seperti ini. Lalu beliau membagi-bagikan rambutnya kepada mereka yang berada di dekat beliau. Setelah itu beliau memberi isyarat kembali ke arah kepadala bagian kiri, maka tukang cukur itu pun mencukurnya, dan beliau pun memberikan rambut itu kepada Ummu Sulaim. Adapun dalam riwayat Abu Kuraib ia menyebutkan: Tukang cukur itu pun memulainya dari rambut sebelah kanan seraya membagikannya kepada orang-orang, baru pindah ke sebelah kiri dan juga berbuat seperti itu. Kemudian beliau bersabda: "Ambilah ini wahai Abu Thalhah." Akhirnya beliau pun memberikannya kepada Abu Thalhah.

 

B. Hukum Melontar Jamrah

Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan bahwa hukum seseorang melontar jamrah adalah wajib; bila tidak melaksanakannya dikenakan dam/ fidyah.

 

C. Membaca Talbiyah Hingga Sampai Jamrah

Ketika hendak melontar jamrah Aqabah, Rasulullah tidak henti-hentinya mengucap talbiyah. Adapun hadis yang menerangkan tentang hal tersebut adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ke-2

صحيح البخاري ١٥٧٤: حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ يُونُسَ الْأَيْلِيِّ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا كَانَ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ عَرَفَةَ إِلَى الْمُزْدَلِفَةِ ثُمَّ أَرْدَفَ الْفَضْلَ مِنْ الْمُزْدَلِفَةِ إِلَى مِنًى قَالَ فَكِلَاهُمَا قَالَا لَمْ يَزَلْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُلَبِّي حَتَّى رَمَى جَمْرَةَ الْعَقَبَةِ.

Artinya: Shahih Bukhari nomor 1574: Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada kami Wahb bin Jarir, telah menceritakan kepada kami Bapakku dari Yunus Al Ailiy dari Az Zuhriy dari 'Ubaidullah bin Abdullah dari Ibnu 'Abbas RA bahwasannya dahulu Usamah bin Zaid RA membonceng Nabi SAW dari ‘Arafah ke Muzdalifah, kemudian beliau memboncengkan Fadhl dari Muzdalifah ke Mina. (Ibnu ‘Abbas) berkata, “Mereka (yakni Usamah dan Fadhl) mengatakan, “Tiada henti-hentinya Nabi SAW mengucapkan talbiyah sehingga beliau melempar jamrah ‘Aqabah.”

 

Hadis Ke-3

صحيح مسلم ٢٢٤٧: و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَعَلِيُّ بْنُ خَشْرَمٍ كِلَاهُمَا عَنْ عِيسَى بْنِ يُونُسَ قَالَ ابْنُ خَشْرَمٍ أَخْبَرَنَا عِيسَى عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي عَطَاءٌ أَخْبَرَنِي ابْنُ عَبَّاسٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْدَفَ الْفَضْلَ مِنْ جَمْعٍ. قَالَ فَأَخْبَرَنِي ابْنُ عَبَّاسٍ أَنَّ الْفَضْلَ أَخْبَرَهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَزَلْ يُلَبِّي حَتَّى رَمَى جَمْرَةَ الْعَقَبَةِ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2247: Dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim dan Ali bin Khasyram, keduanya dari Isa bin Yunus. Ibnu Khasyram berkata: telah mengabarkan kepada kami Isa dari Ibnu Juraij, telah mengabarkan kepadaku Atha` telah mengabarkan kepadaku Ibnu Abbas bahwasanya Nabi SAW memboncengkan Fadhl dari Jam’ (Muzdalifah). ‘Atha’ berkata: Mengkabarkan kepadaku Ibnu ‘Abbas, bahwa Fadhl mengkabarkannya, bahwa Nabi SAW tidak henti-hentinya membaca talbiyah sehingga beliau melempar jamrah ‘Aqabah.

 

Hadis Ke-4

صحيح مسلم ٢٢٤٨: و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ رُمْحٍ أَخْبَرَنِي اللَّيْثُ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ أَبِي مَعْبَدٍ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ الْفَضْلِ بْنِ عَبَّاسٍ وَكَانَ رَدِيفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ قَالَ فِي عَشِيَّةِ عَرَفَةَ وَغَدَاةِ جَمْعٍ لِلنَّاسِ حِينَ دَفَعُوا عَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ وَهُوَ كَافٌّ نَاقَتَهُ حَتَّى دَخَلَ مُحَسِّرًا وَهُوَ مِنْ مِنًى قَالَ عَلَيْكُمْ بِحَصَى الْخَذْفِ الَّذِي يُرْمَى بِهِ الْجَمْرَةُ وَقَالَ لَمْ يَزَلْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُلَبِّي حَتَّى رَمَى الْجَمْرَةَ. و حَدَّثَنِيهِ زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ غَيْرَ أَنَّهُ لَمْ يَذْكُرْ فِي الْحَدِيثِ وَلَمْ يَزَلْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُلَبِّي حَتَّى رَمَى الْجَمْرَةَ وَزَادَ فِي حَدِيثِهِ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُشِيرُ بِيَدِهِ كَمَا يَخْذِفُ الْإِنْسَانُ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2248: Dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, telah menceritakan kepada kami Laits. Dalam riwayat lain, dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Rumh, telah mengabarkan kepadaku Laits dari Abu Zubair dari Abu Ma'bad maula Ibnu Abbas, dari Ibnu Abbas dari Al Fadll bin Abbas yang dahulu membonceng Rasulullah SAW, bahwasanya beliau bersabda kepada orang banyak pada sore hari ‘Arafah dan pagi hari Muzdalifah, “Tenanglah kalian, pelan-pelanlah.” Ketika itu beliau mengekang kendali untanya sehingga sampai di Muhassir, daerah Mina, beliau bersabda, “Carilah kerikil untuk melempar jamrah nanti.” Dan Fadhl berkata, “Rasulullah SAW tidak henti-hentinya membaca talbiyah sampai beliau melempar jamrah. Dan telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari Ibnu Juraij, telah mengabarkan kepadaku Abu Zubair dengan isnad ini, hanya saja ia tidak menyebutkan di dalam hadis: "Rasulullah SAW senantiasa membaca talbiyah hingga beliau selesai melempar jamrah." Dan ia menambahkan: "Nabi SAW memberi isyarat dengan tangannya, sebagaimana manusia melempar."

 

Hadis Ke-5

سنن النسائي ٢٩٧٠: أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ أَبِي مَعْبَدٍ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ الْفَضْلِ بْنِ عَبَّاسٍ وَكَانَ رَدِيفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي عَشِيَّةِ عَرَفَةَ وَغَدَاةِ جَمْعٍ لِلنَّاسِ حِينَ دَفَعُوا عَلَيْكُمْ السَّكِينَةَ وَهُوَ كَافٌّ نَاقَتَهُ حَتَّى إِذَا دَخَلَ مُحَسِّرًا وَهُوَ مِنْ مِنًى قَالَ عَلَيْكُمْ بِحَصَى الْخَذْفِ الَّذِي يُرْمَى بِهِ فَلَمْ يَزَلْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُلَبِّي حَتَّى رَمَى الْجَمْرَةَ.

Artinya: Sunan Nasa'i nomor 2970: Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Abu Az Zubair dari Abu Ma'bad maula Ibnu Abbas dari Ibnu Abbas dari Al Fadhl bin Abbas dan dahulu ia membonceng Rasulullah SAW, bahwasanya Rasulullah SAW pada sore hari ‘Arafah (ketika meninggalkan ‘Arafah) maupun ketika pagi hari Jami’ (ketika meninggalkan Muzdalifah), ketika berangkat beliau bersabda, “’Alaikumus sakiinah” (Tenanglah kalian, perlahanlah), dan beliau sambil mengekang kendali untanya, sehingga ketika sampai di Muhassir daerah Mina, beliau bersabda, “Carilah kerikil untuk melempar jamrah,” dan terus menerus beliau bertalbiyah sehingga beliau melempar jamrah.

 

D. Waktu Melontar Jamrah

Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan tentang waktu melontar jamrah. Adapun ketentuan di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Melontar jamrah Aqabah dilakukan pada 10 Zulhijah dimulai sejak lewat tengah malam dan lebih afdal dilakukan setelah Matahari terbit (waktu Duha). Namun, mengingat padatnya jemaah haji yang melontar pada waktu itu, dianjurkan melontar dilakukan mulai siang hari. Adapun dalil terkait waktu melontar jamrah Aqabah pada tanggal 10 Zulhijah adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ke-6

سنن الترمذي ٨١٧: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ الْمَسْعُودِيِّ عَنْ الْحَكَمِ عَنْ مِقْسَمٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدَّمَ ضَعَفَةَ أَهْلِهِ وَقَالَ لَا تَرْمُوا الْجَمْرَةَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ. قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ ابْنِ عَبَّاسٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا الْحَدِيثِ عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ لَمْ يَرَوْا بَأْسًا أَنْ يَتَقَدَّمَ الضَّعَفَةُ مِنْ الْمُزْدَلِفَةِ بِلَيْلٍ يَصِيرُونَ إِلَى مِنًى و قَالَ أَكْثَرُ أَهْلِ الْعِلْمِ بِحَدِيثِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُمْ لَا يَرْمُونَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ وَرَخَّصَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ فِي أَنْ يَرْمُوا بِلَيْلٍ وَالْعَمَلُ عَلَى حَدِيثِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُمْ لَا يَرْمُونَ وَهُوَ قَوْلُ الثَّوْرِيِّ وَالشَّافِعِيِّ.

Artinya: Sunan Tirmidzi nomor 817: Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Waki' dari Al Mas'udi dari Al Hakam dari Miqsam dari Ibnu Abbas bahwa Nabi SAW memberangkatkan lebih dulu orang-orang yang lemah dari keluarganya dan berkata: "Janganlah kalian melempar jamrah hingga terbit matahari." Abu 'Isa berkata: "Hadis Ibnu Abbas merupakan hadits hasan shahih dan diamalkan oleh para ulama. Mereka berpendapat: bolehnya orang-orang yang lemah untuk berangkat lebih dahulu dari Muzdalifah menuju ke Mina. Kebanyakan ulama juga berpegang pada hadis Nabi SAW, bahwa mereka tidak boleh melempar jamrah hingga matahari terbit. Namun sebagian ulama membolehkan untuk melempar jumrah pada malam hari. Tapi yang menjadi panduan amal ialah hadis Nabi SAW bahwa mereka tidak melempar (kecuali setelah terbit matahari). Ini merupakan pendapat Ats Tsauri dan Syafi'i."

 

Hadis Ke-7

مسند أحمد ١٩٧٨: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ وَمِسْعَرٌ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ كُهَيْلٍ عَنِ الْحَسَنِ الْعُرَنِيِّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَدَّمَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُغَيْلِمَةَ بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ عَلَى حُمُرَاتٍ لَنَا مِنْ جَمْعٍ قَالَ سُفْيَانُ بِلَيْلٍ فَجَعَلَ يَلْطَحُ أَفْخَاذَنَا وَيَقُولُ أُبَيْنَى لَا تَرْمُوا الْجَمْرَةَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ. وَزَادَ سُفْيَانُ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ مَا إِخَالُ أَحَدًا يَعْقِلُ يَرْمِي حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ.

Artinya: Musnad Ahmad nomor 1978: Telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Sufyan dan Mis'ar dari Salamah bin Kuhail dari Al Hasan Al Arabi dari Ibnu 'Abbas, ia berkata: Rasulullah SAW mendahulukan kami anak-anak kecil Bani Abdul Muththalib di atas keledai kami dari Muzdalifah." Sufyan berkata: "Ketika malam hari." Kemudian beliau menepuk paha-paha kami dan bersabda: "Hai anak-anakku jangan melempar jumrah sampai terbit matahari." Sufyan menambah: Ibnu 'Abbas berkata: "Tidak ada seorangpun kecuali mengerti tentang melempar jumrah sampai terbit matahari."

Keterangan: Rawi terputus antara Ibnu Abbas dan Al Hasan Al Arabi sehingga hadis ini adalah hadis munqathi.

 

Hadis Ke-8

سنن أبي داوود ١٦٥٦: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنِي سَلَمَةُ بْنُ كُهَيْلٍ عَنْ الْحَسَنِ الْعُرَنِيِّ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَدَّمَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ الْمُزْدَلِفَةِ أُغَيْلِمَةَ بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ عَلَى حُمُرَاتٍ فَجَعَلَ يَلْطَخُ أَفْخَاذَنَا وَيَقُولُ أُبَيْنِيَّ لَا تَرْمُوا الْجَمْرَةَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ. قَالَ أَبُو دَاوُد اللَّطْخُ الضَّرْبُ اللَّيِّنُ.

Artinya: Sunan Abu Daud nomor 1656: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir, telah mengabarkan kepada kami Sufyan, ia berkata: telah menceritakan kepadaku Salamah bin Kuhail dari Al Hasan Al 'Urabi dari Ibnu Abbas, ia berkata: Rasulullah SAW mendahulukan kami pada malam di Muzdalifah yaitu anak-anak Bani Abdul Muththalib di atas keledai. Kemudian beliau menepuk paha kami dan berkata: "Wahai anak-anakku, janganlah melempar jumrah hingga matahari terbit."

 

Hadis Ke-9

سنن أبي داوود ١٦٥٨: حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي فُدَيْكٍ عَنْ الضَّحَّاكِ يَعْنِي ابْنَ عُثْمَانَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ: أَرْسَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأُمِّ سَلَمَةَ لَيْلَةَ النَّحْرِ فَرَمَتْ الْجَمْرَةَ قَبْلَ الْفَجْرِ ثُمَّ مَضَتْ فَأَفَاضَتْ وَكَانَ ذَلِكَ الْيَوْمُ الْيَوْمَ الَّذِي يَكُونُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَعْنِي عِنْدَهَا.

Artinya: Sunan Abu Daud nomor 1658: Telah menceritakan kepada kami Harun bin Abdullah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Fudaik, dari Adh Dhahhak yaitu Ibnu Utsman dari Hisyam bin 'Urwah dari Bapaknya dari Aisyah bahwa ia berkata: Nabi SAW mengutus seseorang untuk menemani Ummu Salamah pada malam hari Nahar untuk melontar jamrah, maka dia melontar jamrah sebelum fajar kemudian berlalu dan pergi. Dan hari itu adalah hari dimana Rasulullah SAW menggilirnya.

 

Hadis Ke-10

صحيح مسلم ٢٢٩٠: و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ وَابْنُ إِدْرِيسَ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ: رَمَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْجَمْرَةَ يَوْمَ النَّحْرِ ضُحًى وَأَمَّا بَعْدُ فَإِذَا زَالَتْ الشَّمْسُ. و حَدَّثَنَاه عَلِيُّ بْنُ خَشْرَمٍ أَخْبَرَنَا عِيسَى أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2290: Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al Ahmar dan Abu Idris dari Ibnu Juraij dari Abu Zubair dari Jabir, ia berkata: "Rasulullah SAW melontar jamrah pada hari Nahar (10 Zulhijah) di waktu Duha; dan sesudah itu (yaitu tanggal 11, 12, dan 13) sesudah matahari tergelincir." Dan telah menceritakan kepada kami Ali bin Khasyram, telah mengabarkan kepada kami Isa, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij, telah mengabarkan kepadaku Abu Zubair bahwa ia mendengar Jabir bin Abdullah berkata: Bahwasanya Nabi SAW. yakni dengan hadis semisalnya.

Keterangan: Waktu melelontar jamrah Aqabah di tanggal 10 Zulhijah afdalnya waktu duha. Waktu melontar ketiga jumrah di hari tasrik, yang afdal adalah setelah tergelincir matahari.

 

2. Waktu melontar pada hari Tasyrik tanggal 11, 12, 13 Zulhijah menurut jumhur ulama dimulai setelah tergelincir Matahari. Namun, Imam Rali'i dan Imam lsnawi dalam mazhab Syafi'i membolehkan melontar sebelum Matahari tergelincir (qabla zawal), yang dimulai sejak terbit fajar. Pendapat tersebut sebagian ulama menilai dla’if/ lemah. Adapun semestinya waktu melontar sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Muslim nomor 2290.

 

3. Untuk keamanan, keselamatan, kenyamanan dan ketertiban dalam melontar jamrah, pemerintah Arab Saudi telah mengatur jadwal waktu melontar bagi jamaah haji setiap negara. Jemaah haji harus mengikuti ketentuan jadwal tersebut dan menghindari waktu-waktu larangan.

 

E. Tata Cara Melontar Jamrah

Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan tentang tata cara melontar jamrah. Adapun tata caranya adalah sebagai berikut.

1. Kerikil mengenai marma dan masuk lubang;

2. Melontar dengan kerikil satu per satu. Melontar dengan tujuh kerikil sekaligus dihitung satu lontaran;

3. Melontar jamarat dengan urutan yang benar, mulai jamrah Sughra, Wustha dan Kubra.

 

Secara umum tata cara melontar jamrah di hari Nahar (10 Zulhijah) dan Tasyrik (11, 12, dan 13 Zulhijah) adalah sama. Namun ketika di hari Nahar hanya melempar jamrah Aqabah saja. Sementara ketika hari Tasyrik melempar jamrah Ula, Wustha, dan Aqabah. Dalil tata cara melempar jamrah di hari Nahar adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ke-11

صحيح مسلم ٢٢٨٢: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ رَمَى عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ جَمْرَةَ الْعَقَبَةِ مِنْ بَطْنِ الْوَادِي بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ يُكَبِّرُ مَعَ كُلِّ حَصَاةٍ قَالَ فَقِيلَ لَهُ إِنَّ أُنَاسًا يَرْمُونَهَا مِنْ فَوْقِهَا. فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ هَذَا وَالَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ مَقَامُ الَّذِي أُنْزِلَتْ عَلَيْهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2282: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al A'masy dari Ibrahim dari Abdurrahman bin Yazid, ia berkata: ‘Abdullah bin Mas’ud melempar jamrah ‘Aqabah dari perut lembah dengan tujuh kerikil dan dia membaca takbir setiap kali melempar. Lalu dikatakan kepadanya, “Sesungguhnya orang-orang sama melemparnya dari atas,” maka ‘Abdullah bin Mas’ud menjawab, “Demi Allah yang tidak ada Tuhan, selain-Nya, inilah tempat berdirinya orang yang diturunkan kepadanya surat Al-Baqarah.”

Keterangan: Disebutkannya “inilah tempat berdirinya orang yang diturunkan kepadanya surat Al-Baqarah,” maksudnya karena dalam surat Al-Baqarah itulah disebutkan pokok-pokok manasik haji.

 

Hadis Ke-12

صحيح مسلم ٢٢٨٤: و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ عَنْ شُعْبَةَ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ الْحَكَمِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ أَنَّهُ حَجَّ مَعَ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ فَرَمَى الْجَمْرَةَ بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ وَجَعَلَ الْبَيْتَ عَنْ يَسَارِهِ وَمِنًى عَنْ يَمِينِهِ. وَقَالَ هَذَا مَقَامُ الَّذِي أُنْزِلَتْ عَلَيْهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ. و حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا شُعْبَةُ بِهَذَا الْإِسْنَادِ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ فَلَمَّا أَتَى جَمْرَةَ الْعَقَبَةِ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 2284: Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Ghundar dari Syu'bah. Dalam riwayat lain, dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dan Muhammad bin Basysyar, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Al Hakam dari Ibrahim dari Abdurrahman bin Yazid bahwasanya dia berhaji bersama ‘Abdullah (bin Mas’ud). Dia melihat ‘Abdullah melempar jamrah dengan tujuh batu kerikil. Dia menjadikan Kakbah di sebelah kirinya, dan Mina di sebelah kanannya. Dia berkata, “Inilah tempat berdirinya orang yang diturunkan kepadanya surat Al-Baqarah (ketika melempar).” Dan telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Mu'adz, telah menceritakan kepada kami Bapakku, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dengan isnad ini, hanya saja ia menyebutkan: "Dan ketika sampai di jamrah Aqabah."

 

Buku Bimbingan Praktis Manasik Haji KBIH MTA tahun 2016 menyebutkan bahwa setelah melontar jamrah Aqabah boleh terus bercukur (tahalul) sehingga sudah bebas dari larangan ihram, kecuali mengumpuli wanita. Setelah melempar jamrah Aqabah, bila terus hendak ke Makkah untuk tawaf Ifadhah juga boleh, dan sudah bebas seluruh larangan ihram kecuali setelah tawaf ifadhah. Setiap melempar jamrah sambil membaca takbir. Adapun dalil tata cara melontar jamrah pada hari tasyrik adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ke-13

صحيح البخاري ١٦٣٣: حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا طَلْحَةُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا يُونُسُ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّهُ كَانَ يَرْمِي الْجَمْرَةَ الدُّنْيَا بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ يُكَبِّرُ عَلَى إِثْرِ كُلِّ حَصَاةٍ ثُمَّ يَتَقَدَّمُ حَتَّى يُسْهِلَ فَيَقُومَ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ فَيَقُومُ طَوِيلًا وَيَدْعُو وَيَرْفَعُ يَدَيْهِ ثُمَّ يَرْمِي الْوُسْطَى ثُمَّ يَأْخُذُ ذَاتَ الشِّمَالِ فَيَسْتَهِلُ وَيَقُومُ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ فَيَقُومُ طَوِيلًا وَيَدْعُو وَيَرْفَعُ يَدَيْهِ وَيَقُومُ طَوِيلًا ثُمَّ يَرْمِي جَمْرَةَ ذَاتِ الْعَقَبَةِ مِنْ بَطْنِ الْوَادِي وَلَا يَقِفُ عِنْدَهَا ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَيَقُولُ هَكَذَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُهُ.

Artinya: Shahih Bukhari nomor 1633: Telah menceritakan kepada kami 'Utsman bin Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Thalhah bin Abu Yahya, telah menceritakan kepada kami Yunus dari Az Zuhriy dari Salim dari Ibnu 'Umar RA bahwasannya dahulu ia melempar jamrah yang dekat (jamrah Ula) dengan tujuh batu kerikil, dan bertakbir pada setiap kali lemparan, kemudian maju sehingga bertempat di tanah yang datar, lalu berdiri dan menghadap kiblat, lalu berdiri lama, dia berdoa sambil mengangkat kedua tangannya. Kemudian ia melempar jumrah Wustha, kemudian mengambil arah sebelah kiri, lalu mendekat dan berdiri menghadap kiblat, lalu ia berdiri lama, ia berdoa sambil mengangkat kedua tangannya, dan ia berdiri lama. Kemudian ia melempar jumrah ‘Aqabah dari perut lembah, dan ia tidak berhenti padanya, kemudian berpaling, lalu (‘Abdullah bin ‘Umar) berkata, “Demikianlah aku melihat Nabi SAW melakukannya.”

 

Hadis Ke-14

مسند أحمد ٦١١٦: حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ أَخْبَرَنَا يُونُسُ عَنِ الزُّهْرِيِّ قَالَ: بَلَغَنَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَمَى الْجَمْرَةَ الْأُولَى الَّتِي تَلِي الْمَسْجِدَ رَمَاهَا بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ يُكَبِّرُ مَعَ كُلِّ حَصَاةٍ ثُمَّ يَقُومُ أَمَامَهَا فَيَسْتَقْبِلُ الْبَيْتَ رَافِعًا يَدَيْهِ يَدْعُو وَكَانَ يُطِيلُ الْوُقُوفَ ثُمَّ يَرْمِي الثَّانِيَةَ بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ يُكَبِّرُ مَعَ كُلِّ حَصَاةٍ ثُمَّ يَنْصَرِفُ ذَاتَ الْيَسَارِ إِلَى بَطْنِ الْوَادِي فَيَقِفُ وَيَسْتَقْبِلُ الْقِبْلَةَ رَافِعًا يَدَيْهِ يَدْعُو ثُمَّ يَمْضِي حَتَّى يَأْتِيَ الْجَمْرَةَ الَّتِي عِنْدَ الْعَقَبَةِ فَيَرْمِيَهَا بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ يُكَبِّرُ عِنْدَ كُلِّ حَصَاةٍ ثُمَّ يَنْصَرِفُ وَلَا يَقِفُ. قَالَ الزُّهْرِيُّ سَمِعْتُ سَالِمًا يُحَدِّثُ عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِ هَذَا وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَفْعَلُ مِثْلَ هَذَا.

Artinya: Musnad Ahmad nomor 6116: Telah menceritakan kepada kami Usman bin Umar, telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Az Zuhriy, ia berkata: Telah sampai kepada kami bahwasanya Rasulullah SAW jika melempar jumrah yang pertama, yang letaknya disamping masjid (Mina), beliau melemparkan tujuh batu sambil bertakbir pada setiap kali lemparan. Kemudian beliau berdiri di depannya lalu berdo'a menghadap ke Baitullah dengan mengangkat kedua tangannya, dan beliau memanjangkan wukuf (berdiri) kemudian beliau melemparkan jamrah yang kedua dengan tujuh batu sambil bertakbir pada setiap kali lemparan. Kemudian bergerak ke arah kiri menuju tengah-tengah bukit, lalu beliau berdiri dan berdo'a sambil menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangan. Kemudian beliau berjalan hingga sampai di tempat pelemparan jumrah Aqabah. Lalu beliau melempar tujuh buah batu sambil bertakbir pada tiap lemparan, kemudian beliau pergi meninggalkannya dan tidak berhenti lagi. Az Zuhriy berkata: saya mendengar Salim menceritakan (hadis) dari Ibnu Umar dari Nabi SAW yang isinya seperti ini, dan Ibnu Umar juga mengerjakan amalan seperti ini pula.

 

E. Doa Sesudah Melontar Jamrah Aqabah

Terkait doa sesudah melontar jamrah Aqabah, sampai saat ini belum menemukan hadis Nabi SAW yang kuat tentang hal itu. Terdapat riwayat tentang doa sesudah melempar jamrah. Namun hadisnya lemah/ dla’if. Hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ke-15

مسند أحمد ٣٨٥٥: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ لَيْثٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ: كُنْتُ مَعَ عَبْدِ اللَّهِ حَتَّى انْتَهَى إِلَى جَمْرَةِ الْعَقَبَةِ فَقَالَ نَاوِلْنِي أَحْجَارًا قَالَ فَنَاوَلْتُهُ سَبْعَةَ أَحْجَارٍ فَقَالَ لِي خُذْ بِزِمَامِ النَّاقَةِ قَالَ ثُمَّ عَادَ إِلَيْهَا فَرَمَى بِهَا مِنْ بَطْنِ الْوَادِي بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ وَهُوَ رَاكِبٌ يُكَبِّرُ مَعَ كُلِّ حَصَاةٍ وَقَالَ: اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُورًا وَذَنْبًا مَغْفُورًا. ثُمَّ قَالَ هَاهُنَا كَانَ يَقُومُ الَّذِي أُنْزِلَتْ عَلَيْهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ.

Artinya: Musnad Ahmad nomor 3855: Telah menceritakan kepada kami Jarir dari Laits dari Muhammad bin Abdurrahman bin Yazid dari Bapaknya ia berkata: Aku pernah bersama Abdullah (bin Mas’ud) hingga selesai melempar jamrah 'Aqabah, lalu ia berkata: Berilah aku beberapa batu, ia melanjutkan: Lalu aku memberinya tujuh batu, ia menyuruhku: Ambillah tali kekang unta, ia berkata: Kemudian ia kembali melemparnya dari dalam lembah sebanyak tujuh buah kerikil sambil ia bertakbir setiap melempar kerikil dan berdoa: ALLAHUMMAJ'ALHU HAJJAN MABRURAN WA DZANBAN MAGHFURAN (Ya Allah, jadikanlah ia haji mabrur dan dosa yang diampuni). Kemudian ia berkata lagi: Di sinilah dahulu berdirinya orang yang diturunkan kepadanya surat Al-Baqarah.

Keterangan: Terkait rawi yang bernama Laits bin Abi Sulaim bin Zunaim merupakan tabi'in (tidak jumpa Sahabat) dan wafat tahun 148 H. Komentar ulama tentangnya yaitu Abu Zur'ah mengatakan: layyinul hadits, Abu Hatim Ar Rozy mengatakan: dla'iful hadits, Ahmad bin Hambal mengatakan: Mudoribul Hadits, Al Bukhari mengatakan: Shaduuq Yuham. Bukhari meriwayatkan sekitar 2 hadis darinya dan Muslim meriwayatkan sekitar 1 hadis.

 

Selain doa tersebut, ada juga riwayat lainnya. Adapun riwayat lainnya terdapat pada hadis berikut.

 

Hadis Ke-16

السنن الكبرى للبيهقي ٨٨٤٢: أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ عَبْدَانَ، أنبأ أَحْمَدُ بْنُ عُبَيْدٍ الصَّفَّارُ، ثنا بِشْرُ بْنُ مُوسَى، ثنا سُرَيْجُ بْنُ النُّعْمَانِ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ حَكِيمِ بْنِ الأَزْهَرِ الْمَدَنِيُّ، حَدَّثَنِي زَيْدٌ أَبُو أُسَامَةَ، قَالَ: رَأَيْتُ سَالِمَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَعْنِي ابْنَ عُمَرَ، اسْتَبْطَنَ الْوَادِيَ، ثُمَّ رَمَى الْجَمْرَةَ بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ، يُكَبِّرُ مَعَ كُلِّ حَصَاةٍ: اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُورًا وَذَنْبًا مَغْفُورًا وَعَمَلا مَشْكُورًا ، فَسَأَلْتُهُ عَمَّا صَنَعَ، فَقَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرْمِي الْجَمْرَةَ فِي هَذَا الْمَكَانِ، وَيَقُولُ كُلَّمَا رَمَى بِحَصَاةٍ مِثْلَ مَا قُلْتُ، عَبْدُ اللَّهِ بْنُ حَكِيمٍ ضَعِيفٌ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ .

Artinya: Sunan Kabir lil Baihaqi nomor 8842: Telah mengabarkan kepada kami Ali bin Ahmad bin Abdan, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdin Shaffar, telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Musa, telah menceritakan kepada kami Suraij bin An-Nu’man, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Hakim bin Al-Azhar Al-Madani, telah menceritakan kepadaku Zaid Abu Usamah, ia berkata: Aku melihat Salim bin Abdullah yaitu Ibnu Umar memasuki Mina, kemudian ia melempar jamrah dengan tujuh kerikil, dan bertakbir pada setiap kali melempar (ia membaca): Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahumaj-‘alhuhajjan mabrura, wazamban maghfura wa amalan masykuran (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Ya Allah jadikanlah ia haji yang mabrur, dosa yang diampuni dan amal yang disyukuri). Maka aku bertanya tentang apa yang dilakukannya. Dia berkata Bapakku menceritakan bahawa Nabi SAW melontar jamrah di tempat ini, dan dia membaca setiap kali melontar seperti yang aku baca. Seperti yang saya katakan, Abdullah bin Hakim itu lemah, dan Allah Maha Mengetahui.

Keterangan: Terkait rawi yang bernama Abdullah bin Hakim bin Al-Azhar Al-Madani dikomentari Yahya bin Ma’in: laisa tsiqah, Ahmad bin Hanbal mengatakan: laisa bisyai’, Abu Bakr Al Baihaqi dan Ad-Daruquthi mengomentari dla’if.

 

F. Hikmah Melontar Jamrah

Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan tentang hikmah melontar jamrah. Mina adalah tempat Nabi Ibrahim AS melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS. Sebelum mereka sampai di tempat yang dituju, tiba-tiba lblis datang menggoda Nabi Ibrahim AS agar menghentikan niatnya. Namun, dengan penuh keyakinan dan ketakwaan kepada Allah SWT, Ibrahim tetap melaksanakan perintah itu. Ia tahu tujuan iblis pada hakikatnya adalah untuk mengajak melanggar perintah Allah. Oleh karena itu, Ibrahim kemudian mengambil tujuh batu kerikil dan melemparnya ke lblis. Inilah yang disebut Jumrah Ula. Tak berhasil memengaruhi Ibrahim AS, iblis lalu datang membujuk Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim. Iblis memengaruhi Hajar dengan perhitungan, seorang ibu pasti tak akan sampai hati membiarkan buah hatinya disembelih. Tapi Hajar menolak dan melempari iblis dengan batu kerikil. Lokasi pelemparan Hajar itu kemudian dijadikan tempat melempar jamrah Wusta. Langkah iblis tidak berhenti di situ. Dia beralih kepada Ismail AS, putra lbrahim-Hajar, yang dianggapnya masih memiliki keimanan dan ketakwaan yang rapuh. Tapi Ismail ternyata juga menunjukkan perlawanan. Ia kukuh memegang keimanannya dan yakin dengan sepenuh hati akan perintah Allah SWT. Ibrahim, Siti Hajar, dan Ismail lalu bersama-sama melempari lblis dengan batu kerikil, yang kemudian diabadikan menjadi lemparan jamrah Aqabah. Allah SWT pun memuji upaya Nabi Ibrahim dan keluarganya karena dianggap berhasil menghadapi ujian. Demikianlah iblis selalu menggoda manusia untuk tidak menaati perintah Allah SWT. Betapapun kecilnya kadar kebajikan yang akan dilakukan oleh manusia, godaan iblis pasti senantiasa menghadang. Al-Qur'an menceritakan ikrar lblis yang dinilai sesat dan dilaknat oleh Allah SWT setelah menolak perintah untuk bersujud kepada Adam AS dan minta diberi kesempatan hidup hingga manusia dibangkitkan pada hari kiamat. Allah SWT berfirman,

 

Dalil Al-Qur’an Ke-1

قَالَ رَبِّ بِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ لَاُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى الْاَرْضِ وَلَاُغْوِيَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ {٣٩} اِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ {٤٠}. الحجر: ٣٩-٤٠

Artinya: (39) Ia (Iblis) berkata, “Tuhanku, karena Engkau telah menyesatkanku, sungguh aku akan menjadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi dan sungguh aku akan menyesatkan mereka semua, (40) kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih (karena keikhlasannya) di antara mereka.” (QS. Al-Hijr: 39-40).

 

Melontar jamrah mengingatkan jemaah haji bahwa lblis senantiasa berusaha menghalangi menusia melakukan kebaikan. Suatu hadis menerangkan sebagai berikut.

 

Hadis Ke-17

صحيح مسلم ٤٠٤٠: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ بْنِ قَعْنَبٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ عَنْ أَنَسٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ مَعَ إِحْدَى نِسَائِهِ فَمَرَّ بِهِ رَجُلٌ فَدَعَاهُ فَجَاءَ فَقَالَ يَا فُلَانُ هَذِهِ زَوْجَتِي فُلَانَةُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ كُنْتُ أَظُنُّ بِهِ فَلَمْ أَكُنْ أَظُنُّ بِكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 4040: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah bin Qa'nab: Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Tsabit Al Bunani dari Anas bahwasannya pada suatu ketika Nabi SAW sedang berdua dengan salah seorang istri beliau. Kemudian lewat di dekat beliau orang laki-laki. Orang itu dipanggil oleh Nabi SAW, maka dia datang menemui beliau. Lalu Nabi SAW berkata kepadanya: "Hai, Fulan! Ini istriku, si Fulanah." Orang itu menjawab: "Ya, Rasulullah, aku tidak menduga-duga dengan engkau." Beliau bersabda: "Sesungguhnya setan berjalan dalam tubuh manusia melalui aliran darah."

 

lnilah simbol perlawanan sepanjang umur manusia terhadap setan. Melontar jamrah adalah simbol kutukan kepada unsur kejahatan yang sering membinasakan manusia. Melontar juga mengisyaratkan tekad kuat untuk tidak lagi melakukan aktivitas yang mendatangkan bahaya kepada diri sendiri dan masyarakat.

 

Lemparan jamrah harus dilakukan dengan benda padat berupa kerikil, tidak boleh dengan benda cair atau benda lembek. lemparan tidak cukup sekali, tapi tujuh kali dan harus mengenai sasaran. Ini artinya perlawanan terhadap setan dan sifat-sifatnya harus dilakukan secara ulet dan sekuat tenaga. Sifat-sifat setaniah yang cenderung destruktif harus dikeluarkan, dilemparkan, dan dibuang sekuat tenaga dari dalam diri manusia. Proses mengeluarkan dan melemparnya harus dipastikan tepat agar tidak salah sasaran dan dilakukan dengan niat yang kokoh, berulang kali, terus-menerus hingga kejahatan benar-benar sirna dari dalam diri manusia.

 

Setan tidak akan pernah berhenti menggoda manusia dan godaannya tidak mudah dirasakan. Karena itu, hanya orang-orang yang hidup ikhlas sajalah yang akan mampu menanggulangi godaan setan itu. Nabi Ibrahim AS selamat dari godaan lblis karena keikhlasannya menjalani hidup untuk menaati perintah-perintah Allah SWT meskipun menghadapi ujian sangat berat untuk menyembelih putranya, Ismail AS. Melontar jamarat pada intinya memiliki hikmah yang sangat besar, sebagai lambang melempar lblis yang dilaknat oleh Allah SWT, yang kemudian dikenal dengan: Jamrah Ula (Sughra), Jamrah Wusta (Tsaniyah), dan Jamrah Aqabah (Kubra).

 

Demikian di antaranya yang berkaitan dengan haji dan /atau umrah umrah. Semoga yang informasi yang didapat membuat kita punya gambaran mengenai ibadah haji dan umrah. Melalui gambaran yang ada, kita paham tata cara pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Dalil yang kita gunakan untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan/ atau hadis shahih atau setidaknya hasan lidzatihi. Adapun selain dalil yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat dalil yang shahih maupun sharih lainnya yang bisa kita gunakan sebagai landasan hukum ibadah.

 

Penulis menyadari bahwa sampai tulisan ini diterbitkan belum pernah melaksanakan ibadah haji dan umrah. Tulisan ini bukan bermaksud menggurui. Namun sebagai sarana penambah wawasan dan pengingat kembali mengenai manasik haji dan umrah. Adapun saran yang membangun untuk menambah wawasan bersama dari pembaca yang sudah berhaji dan berumrah maupun yang belum adalah sangat diharapkan demi ulasan yang lebih baik sesuai Al-Qur’an dan As-Sunah. Bagi yang belum, semoga Allah meridai kita semuanya untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Semoga kita mampu melaksanakan ibadah haji dan umrah dengan baik dan maksimal sehingga kesempurnaan amal salih tercapai dan akhirnya memperoleh surga sebagaimana janjinya Allah. Aamiin.

 

 

No comments:

Post a Comment