Friday, August 7, 2020

Khotbah Jumat: Teladan Musyawarah Nabi Ibrahim dan Ismail


بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

·      اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَ اْلاَرْضِ وَ هُوَ عَلَى كُلّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه. فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكرِيْم:

·      يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

·      يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً. وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.

·      يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.

·         أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللَّهَ وَخَيْرُ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّي اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّالْأُمُوْرِ مُحْدَثاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعُةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِىالنَّارِ.

·         اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Syukur alkhamdulillah pada siang ini kita diberi kesempatan untuk melaksanakan rangkaian ibadah salat Jum’at. Kesempatan ini merupakan sebagian dari nikmat Allah yang dianugerahkan kepada kita. Allah sudah menjanjikan bahwa apabila kita bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah, maka Allah akan menambah nikmat kepada kita. Namun sebaliknya, Allah mengancam akan siksa-Nya yang berat apabila kita tidak bersyukur. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah membawa risalah Islam ke hadapan umatnya.

Selanjutnya dari mimbar ini saya serukan kepada diri saya sendiri dan umumnya pada jama’ah sekalian agar senantiasa menjaga, mempertahankan, dan terus berupaya meningkatkan iman dan takwa. Sebab dengan berbekal iman dan takwa, kita dapat selamat di hari perhitungan nanti.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Memupuk iman dan takwa bisa kita upayakan dengan mengikuti pengajian, mendengarkan ceramah, mempelajari ilmu agama Islam yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW. Hal itu sudah menjadi kewajiban kita dalam rangka berupaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Diantaranya adalah beriman dengan menghambakan diri hanya kepada Allah, kemudian secara sadar mengharap rida Allah dengan menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang Allah. Salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan menjalankan ibadah nusuk kurban. Kedudukan hukum nusuk kurban adalah sunnah muakaddah (sunnah yang dianjurkan). Secara pengertian, kurban adalah pendekatan diri kepada Allah dengan cara menyembelih binatang ternak dan dilaksanakan dengan tuntunan dalam rangka mencari rida Allah SWT. Allah berfirman,

لَنْ يَّنَالَ اللهَ لُحُوْمُهَا وَلاَ دِمَآؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْ، كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلٰى مَا هَدٰيكُمْ، وَ بَشِّرِ اْلمُحْسِنِيْنَ. الحج: 37

Daging-daging unta itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah dan tidak (pula) darahnya, tetapi takwa dari pada kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah mendudukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah atas hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. [QS. Al Hajj: 37]

Melalui Surat Al Hajj ayat 37 tadi bisa kita mengerti bahwa bukan daging ataupun darah hewan kurban yang mampu mencapai keridaan Allah, tetapi takwa yang ada pada diri seorang muslim yang dapat mencapai keridaan Allah. Ketakwaan kepada Allah juga dicontohkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang kisahnya terabadikan di dalam Alquran. Kisah tersebut terdapat dalam Alquran Surat As Saffat ayat 102 sampai dengan 107. Peristiwa kala itu Nabi Ibrahim mengabarkan tentang mimpinya kepada anaknya, yaitu Ismail. Nabi Ibrahim berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”. Mendengar pertanyaan sang ayah, Ismail pun menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar”. Hingga tiba waktunya, mereka pun melaksanakan apa yang diperintahkan Allah. Padahal Ismail merupakan anak yang dicintai Nabi Ibrahim, anak yang selama ini menjadi salah satu kesenangan hidup Nabi Ibrahim di dunia, seorang anak yang kehadirannya dinanti untuk melanjutkan risalah dakwahnya. Saat keduanya berserah diri dan siap melaksanakan perintah Allah, lalu Allah pun melarang Nabi Ibrahim menyembelih Ismail. Kemudian untuk meneruskan kurban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan yang besar. Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya ibadah nusuk kurban yang dilaksanakan pada Hari Raya Haji. Peristiwa tersebut senantiasa menjadi pelajaran bagi umat di akhir zaman untuk senantiasa berusaha mendekatkan diri kepada Allah. Semua yang diupayakan seorang muslim adalah semata-mata mengharap rida Allah SWT.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mensiratkan bangunan musyawarah antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam mengambil keputusan yang terbaik. Bisa saja Nabi Ibrahim selaku bapak dari Ismail berlaku otoriter dengan memaksa anaknya harus patuh pada Nabi Ibrahim. Namun yang dilakukan Nabi Ibrahim sebailkya, yaitu mengajak anaknya untuk bermusyawarah. Hal tersebut menunjukkan kebolehan berpendapat yang merupakan embrio demokrasi. Begitu mulia Nabi Ibrahim yang merupakan bapak para nabi mengajarkan nilai-nilai musyawarah. Hal tersebut menjadikan pelajaran bagi kita sebagai bapak/ pemimpin keluarga supaya senantiasa mengedepankan nilai-nilai musyawarah dalam memimpin keluarga. Setiap anggota keluarga memiliki hak untuk mengutarakan pendapat.

Kebolehan berpendapat artinya merdeka dalam mengutarakan buah pemikiran. Selain itu, musyawarah merupakan nilai yang ada pada sila keempat Pancasila. Tidak berhenti di situ, ibadah nusuk kurban juga tersirat pesan bahwa setiap manusia berhak merdeka dari kelaparan dan memperoleh gizi yang sehat. Melalui pembagian daging kurban, kita bisa terbebas dari kelaparan dan memperoleh gizi yang cukup. Hal tersebut bersesuaian dengan nilai Pancasila sila kedua.

Merdeka yang ada pada diri kita itu patut disyukuri, karena kita merdeka memeluk agama Islam maupun merdeka dalam menjalankan ibadah. Bahkan kita sebagai umat Islam di Indonesia dilindungi dan bahkan diberi fasilitas oleh negara untuk beribadah. Terutama di masa pandemi Covid-19 ini, kita mesti menambah syukur kita kepada Allah karena masih diberi kesehatan dan bisa menjalankan ibadah maupun ibadah nusuk kurban.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Marilah kita semua menambah rasa syukur atas apa yang Allah anugerahkan. Allah sudah menjanjikan bahwa apabila kita bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah, maka Allah akan menambah nikmat kepada kita. Marilah kita semua senantiasa mendekatkan diri kepada Allah di sisa umur kita. Sebab kepada Allah-lah kita kembali. Semoga Allah SWT senantiasa memberi kesehatan kepada kita semua. Semoga Allah mengakhiri masa pandemi Covid-19 ini, sehingga kita semua dapat beraktivitas seperti sedia kala. Semoga upaya kita semua mendapat rida Allah SWT. Marilah kita semua meluruskan niat hanya untuk mencari rida Allah SWT.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم.

اَلْحَمْدُ ِللهِ حَمْدًا كَثِيْرًا وَ خَيْرًا مَجِيْدًا، هُوَ الَّذِى اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِاْلهُدَى وَ دِيْنِ اْلحَقّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدّيْنِ كُلّهِ وَ لَوْ كَرِهَ اْلمُشْرِكُوْنَ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ اْلاَنْبِيَاءِ وَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَ عَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ، اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الَّذِى لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَمَّا بَعْدُ.

فَيَا عِبَادَ الله، وَ اتَّقُوا اللهَ وَ اعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ. يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ.

·      اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّـيْتَ عَلَى آلِ اِبـْرَاهِيْمَ. وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ اِبـْرَاهِيْمَ، فِى اْلعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

·      اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، أَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.

·      رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا، وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا، غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا، رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

·      رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ، وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا.

·      اللَّهُمَّ اِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ وَالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَمِنْ سَيِّئِ الْأَسْقَامِ.

·      رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

·      سُبْحَانَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

·      وَأَقِمِ الصَّلَاةَ.



Penyampai: Revolusi Prajaningrat Saktiyudha, S.Si., M.Pd.

No comments:

Post a Comment