Salah satu syariat dalam Agama Islam adalah berpuasa sunnah Asyura’ di Bulan Muharram. Pelaksanaan puasa Asyura’ pada tanggal 10 Muharram. Dalil puasa Asyura’ adalah berdasarkan hadis berikut:
حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَتْ قُرَيْشٌ تَصُومُ عَاشُورَاءَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فَلَمَّا هَاجَرَ إِلَى الْمَدِينَةِ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ شَهْرُ رَمَضَانَ قَالَ مَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ عَنْ هِشَامٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَلَمْ يَذْكُرْ فِي أَوَّلِ الْحَدِيثِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ وَقَالَ فِي آخِرِ الْحَدِيثِ وَتَرَكَ عَاشُورَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ وَلَمْ يَجْعَلْهُ مِنْ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَرِوَايَةِ جَرِيرٍ. مسلم
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Hisyam bin Urwah, dari Bapaknya, dari Aisyah RA, ia berkata; Di zaman Jahiliyah orang-orang Quraisy melakukan puasa pada hari Asyura’, dan Rasulullah SAW pernah pula melaksanakannya. Ketika beliau melakukan hijrah ke Madinah beliau berpuasa dan beliau memerintahkan agar berpuasa. Maka tatkala puasa Ramadan diwajibkan, beliau bersabda: "Siapa yang suka puasa di hari Asyura’ silakan ia berpuasa, dan siapa yang tidak suka boleh meninggalkannya." Dan telah menceritakan kepada kami, Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair dari Hisyam dengan isnad ini, dan ia tidak menyebutkan di awal hadis; "Dan Rasulullah SAW juga pernah berpuasa Asyura’." Dan di akhir hadis ia menyebutkan; "Beliau meninggakan puasa Asyura’. Siapa yang suka melakukan puasa Asyura’ silakan mengerjakan, dan siapa yang meninggalkannya (tidaklah mengapa)." Ia tidak menjadikan ungkapan sebagai bagian dari sabda Nabi SAW, sebagaimana pula yang tercantum dalam riwayatnya Jarir (HR. Muslim, no. 1897).
Menurut hadis di atas, bagi yang ingin melaksanakan puasa Asyura dipersilahkan dan apabila tidak melaksanakan diperbolehkan. Oleh sebab itu, bisa kita bisa memahami bahwa hukum puasa Asyura’ adalah sunnah. Pelaksanaan puasa Asyura’ pada tanggal 10 Muharram. Namun ketika Rasulullah datang ke Madinah, ternyata kaum Yahudi melaksanakan puasa Asyura’. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut:
و حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ صِيَامًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي تَصُومُونَهُ فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُومُهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنْ أَيُّوبَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ إِلَّا أَنَّهُ قَالَ عَنْ ابْنِ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ لَمْ يُسَمِّهِ. مسلم
Artinya: Dan telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ayyub, dari Abdullah bin Sa'id bin Jubair, dari Bapaknya, dari Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW mendatangi kota Madinah, lalu didapatinya orang-orang Yahudi berpuasa di hari 'Asyura. Maka beliau pun bertanya kepada mereka: "Hari apakah ini, hingga kalian berpuasa?" Mereka menjawab, "Hari ini adalah hari yang agung, hari ketika Allah memenangkan Musa dan kaumnya, dan menenggelamkan Fir'aun serta kaumnya. Karena itu, Musa puasa setiap hari itu untuk menyatakan syukur, maka kami pun melakukannya." Maka Rasulullah SAW bersabda: "Kami lebih berhak dan lebih pantas untuk memuliakan Musa daripada kalian." Kemudian beliau pun berpuasa dan memerintahkan kaum puasa di hari itu. Dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim, telah mengabarkan kepada kami Abdurrazaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Ayyub, dengan isnad ini, hanya saja ia berkata; "Dari Ibnu Sa'id bin Jubair." Ia tidak menyebutkan namanya (HR. Muslim, no. 1911).
Dikarenakan menyerupai kaum Yahudi, maka sahabat menanyakan hal tersebut kepada Rasulullah. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut:
و حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنِي إِسْمَعِيلُ بْنُ أُمَيَّةَ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا غَطَفَانَ بْنَ طَرِيفٍ الْمُرِّيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُا حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. مسلم
Artinya: Dan Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali Al Hulwani, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub, telah menceritakan kepadaku Isma'il bin Umayyah, bahwa ia mendengar Abu Ghathafan bin Tharif Al Murri, berkata, saya mendengar Abdullah bin Abbas RA berkata saat Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura’ dan juga memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa; Para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, itu adalah hari yang sangat diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nashrani." Maka Rasulullah SAW bersabda: "Pada tahun depan insya Allah, kita akan berpuasa pada hari ke sembilan (Muharram)." Tahun depan itu pun tak kunjung tiba, hingga Rasulullah SAW wafat (HR. Muslim, no. 1916).
Menurut hadis di atas, Rasulullah berazzam akan puasa pada hari ke sembilan Muharram untuk membedakan dengan kaum Yahudi dan Nasrani. Maka kita kenal puasa Tasu’a pada tanggal 9 Muharram dan puasa Asyura’ pada tanggal 10 Muharram. Azzam Rasulullah ternyata tidak terwujud karena belum ada setahun kemudian Rasulullah wafat. Namun demikian ada sebagian kaum muslim yang memahami dalam rangka membedakan kaum Muslim dengan kaum Yahudi dan Nasrani dengan berpuasa pada tanggal 11 Muharram. Hal tersebut bersandar pada hadis berikut:
قَالَ هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا ابْنُ أَبِي لَيْلَى عَنْ دَاوُدَ بْنِ عَلِيٍّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ صُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا أَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا. احمد
Artinya: Berkata Husyaim, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Abu Laila, dari Dawud bin Ali, dari Bapaknya, dari kakeknya yaitu Ibnu 'Abbas, ia berkata; Rasulullah SAW bersabda: "Berpuasalah kalian pada hari Asyura’ dan selisihilah kaum Yahudi, maka berpuasalah satu hari sebelum atau sesudahnya." (HR. Ahmad, no. 2047).
Hadis tersebut dlaif karena dalam sanadnya terdapat perawi Ibnu Abu Laila. Nama asli Ibnu Abu Laila adalah Muhammad bin’Abdur Rahman, bin Abi Laila Al-Anshariy. Yahya bin Sa’id men-dlaif-kannya. Ahmad bin Hanbal berkata, “Ia buruk hafalannya, mudltharibul hadis. Ibnu Hibban berkata, “Ia buruk, banyak kelirunya dan buruk hafalannya, banyak meriwayatkan hadis-hadis munkar (Lihat Tahdzibut Tahdzib juz 9, hal. 268, no. 503). Dikarenakan hadis dlaif, maka tidak bisa dijadikan hujjah.
Fadilah Puasa Asyura’
Mengamalkan puasa Asyura’ memiliki fadilah yang besar. Fadilah mengamalkan puasa Asyura’ adalah dosa selama satu tahun akan diampuni. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut:
عَنْ اَبِى سَعِيْدِ اْلخُدْرِيِّ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ غُفِرَ لَهُ سَنَةٌ اَمَامَهُ وَ سَنَةٌ خَلْفَهُ. وَ مَنْ صَامَ عَاشُوْرَاءَ غُفِرَ لَهُ سَنَةٌ. الطبرانى فى الاوسط باسناد حسن
Artinya: Dari Abu Sa’id Al-Khudriy RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Arafah, diampuni baginya (dosanya) setahun yang lalu dan setahun berikutnya. Dan barangsiapa yang berpuasa Asyura’, diampuni baginya (dosanya) satu tahun” (HR. Thabrani, di dalam Al-Ausath dengan sanad hasan).
Wallahu a’lam bishshawab