Thursday, May 16, 2019

Kultum: Sikap Seseorang Terhadap Al Qur'an




Ma’asyiral muslimin wal muslimat rakhimakumullah.
Manusia dilahirkan di dunia bukanlah tanpa sebab. Manusia dilahirkan ke dunia karena manusia mengemban titah Allah SWT. Titah tersebut adalah sebagai pemimpin di dunia ini. Manusia mengemban amanah yang luarbiasa dari Allah, dan tidak ada makhluk lain mau menerima amanah yang besar ini. Amanah besar ini dijelaskan dalam Surat Al Ahzab ayat 72. Besarnya amanah ini sampai-sampai langit dan bumi yang luas, maupun gunung yang tinggi dan besar, tidak mau menerima amanah itu. Hanya manusia-lah yang mau memikul amanah besar itu. Padahal manusia itu memiliki sifat bodoh dan zalim.

Meskipun manusia memiliki sifat bodoh dan zalim, manusia memiliki akal untuk menerima pelajaran dan membedakan mana yang hak dan mana yang batil.  Manusia sudah Allah bekali dengan akal sehat supaya berpikir. Manusia yang bisa meggunakan akal sehatnya lah yang mampu menerima pelajaran (terdapat dalam Surat Al Baqarah ayat 269). Usaha manusia agar akal sehatnya bisa berfungsi dengan baik adalah dengan terus berupaya mencari kebenaran. Tanpa berusaha, Allah tidak akan memberi hidayah kepada manusia. Tanpa berusaha, manusia tidak bisa memahami Kalam Allah. Tanpa berusaha, manusia tidak bisa menerima kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW. 

Ma’asyiral muslimin wal muslimat rakhimakumullah.
Kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah adalah Al Qur’an. Melalui Al Qur’an, manusia mampu mengerti tentang aturan yang mampu menyelamatkan manusia dari api neraka. Manusia tidak akan selamat apabila bertindak bodoh dan zalim. Padahal manusialah pemimpin di muka bumi ini dan kepemimpinannya di dunia kelak akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Oleh sebab itu, manusia di dunia ini dalam menyikapi kebenaran dari Allah terdapat tiga macam golongan: (1) Menerima kebenaran Allah (Al Qur’an); (2) menolak kebenaran Allah (Al Qur’an); dan (3) bersikap setengah-setengah.

1.       Menerima Al Qur’an
Manusia yang mampu menerima Al Qur’an adalah manusia yang dikehendaki Allah menjadi baik. Banyak sekali ayat yang seperti mengajak kita manusia untuk berpikir dengan akal sehat. Melalui akal sehat, manusia bisa menerima pelajaran. Contoh ayat yang mengajak manusia berpikir adalah Surat Az Zumar ayat 9:

... قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ الْأَلْبٰبِ. الزمر:٩
... . Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”. Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran. [QS. Az Zumar: 9]

Pelajaran yang diterima manusia harapannya mampu mengubah perilakunya agar lebih baik. Manusia belajar itu sejak di ayunan sampai liang lahat, artinya sebelum ajal menjemput, manusia wajib hukumnya belajar dan memperbaiki diri. Maka tidak heran bahwa apa yang manusia lakukan hari ini mestinya lebih baik dari kemarin. Kalaupun hari ini sama dengan yang kemarin, bisa dikatakan manusia itu merugi.

Manusia yang menerima Al Qur’an mampu memperbaiki perilakunya dari pelajaran-pelajaran didalamnya. Melalui Al Qur’an yang dibawa Rasulullah, manusia mengerti hak dan batil, perintah dan larangan, halal dan haram. Sehingga manusia mampu condong ke arah kebaikan dan terus beramal salih demi mendapat rida Allah SWT. Dalam sebuah hadis menjelaskan bahwa manusia tidak akan tersesat apabila berpegang teguh pada Al Qur’an dan apa yang dibawa Nabi. Hadis tersebut adalah sebagai berikut:

اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا مَسَكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ نَبِيّهِ. مالك، فى الموطأ 2: 899
Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, "Kutinggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat apabila kalian berpegang teguh kepada keduanya, yaitu: Kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya". [HR. Malik dalam Al-Muwaththa’ juz 2, hal. 899]

Melalui hadis tersebut bisa kita pahami bila kita berpegang teguh, mentaati, dan melaksanakan apa yang ada di dalam Al Qur’an maupun Sunnah akan menghantarkan kita ke surga. Orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya adalah orang-orang yang beruntung seperti yang dijelaskan dalam surat An Nur ayat 51.

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوٓا۟ إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُو۟لٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ. النور:٥١
Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata. “Kami mendengar, dan kami taat”. Dan itulah orang-orang yang beruntung. [QS. An Nur: 51]

2.       Menolak Al Qur’an
Manusia yang menolak Al Qur’an adalah manusia yang tertutupi fitrahnya. Manusia yang menolak kebenaran dari Allah adalah orang yang tidak mampu menggunakan akal sehatnya dengan baik. Sebab kabar dari Allah sudah disiarkan, tetapi manusia yang mendengar kabar itu tidak mau mentaati apa yang dikabarkan Allah melalui Rasulullah. Sepertihanya yang tertera pada Surat Luqman ayat 21. Allah SWT berfirman:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا۟ مَآ أَنزَلَ اللهُ قَالُوا۟ بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَآ. ... . لقمان:٢١
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang diturunkan Allah!”. Mereka menjawab, “(Tidak), tetapi kami (hanya) mengikuti kebiasaan yang kami dapati dari nenek moyang kami”. ... . [QS. Lukman: 21]

Melalui ayat diatas bisa kita pahami bahwa Rasulullah sudah mengabarkan tentang kebenaran dari Allah, tetapi ada manusia yang enggan menerimanya. Penerimaan Al Qur’an sebagai kebenaran merupakan salah satu wujud keimanan kita. Iman terhadap Al Qur’an adalah salah satu dari enam rukun iman di dalam Agama Islam. Manusia-manusia yang menolak kebenaran itu lebih memilih pilihan dilluar ketetapan Allah dan Rasulullah. Larangan itu terdapat pada Surat Al Ahzab (33) ayat 36:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَن يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا مُّبِينًا. الأحزاب:٣٦
Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata. [QS. Al Ahzab: 36]

Melalui Surat Al Ahzab ayat 36 bisa kita mengerti bahwa orang-orang yang memilih pilihan selain pilihan Allah dan Rasulullah merupakan orang-orang yang tersesat. Jangan sampai kita terjerumus dalam golongan orang-orang yang memilih pilihan selain ketetapan Allah dan Rasulullah.

3.       Bersikap Setengah-setengah
Manusia yang bersikap setengah-setengah keyakinannya terhadap Al Qur’an adalah salah satu ciri orang munafik. Sikap itu ditandai dengan pengamalan perintah Allah tetapi sebenarnya menolak. Selain itu, orang munafik termasuk di dalamnya orang yang ragu-ragu. Kitab Allah mestinya di imani tetapi malah ragu-ragu. Terdapat tanda tanya besar pada dirinya. Keragu-raguan hendaknya dihindari.

عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ:ثَلَاثَةٌ لَا تُسْأَلُ عَنْهُمْ: رَجُلٌ يُنَازِعُ اللهَ فِيْ كِبْرِيَاءِهِ، فَاِنَّ رِدَاءَهُ الْكِبْرِيَاءُ، وَاِزَارَهُ الْعِزَّةُ، وَرَجُلٌ يَشُكُّ فِيْ اَمْرِ اللهِ، وَالْقَنُوْطُ مِنْ رَحْمَةِ اللهِ. الطبرانى فى الكبير 18: 306، رقم: 789
Dari Fadlalah bin 'Ubaid, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Ada tiga golongan yang tidak perlu ditanya tentang mereka itu (dan langsung dimasukkan neraka) yaitu: (1) Orang yang mencabut kebesaran Allah, sesungguhnya selendangnya Allah itu adalah sombong dan pakaian-Nya adalah kebesaran; (2) Orang yang ragu-ragu terhadap perintah Allah; dan (3) Orang yang putus asa dari rahmat Allah". [HR. Thabarani dalam Al-Mu'jamul Kabiir juz 18, hal. 306, no. 789]

Apabila manusia berpikir menggunakan akal sehat, mestinya tidak ada keraguan terhadap Al Qur’an. Manusia tidak bisa membuat karya yang setara dengan Al Qur’an.

Ma’asyiral muslimin wal muslimat rakhimakumullah

Pernah di dalam suatu riwayat bahwa Allah sampai membuat tiga tantangan kepada manusia bebal yang tidak meyakini akan kebenaran Al Qur’an. Tantangan pertama yang diberikan Allah adalah tantangan membuat karya yang sebanding dengan Al Qur’an. Namun tidak ada manusia satu pun yang mampu membuatnya. Hal itu sebagaimana yang tertera pada Surat Al Isra’ (17) ayat 88:

قُل لَّئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰٓ أَن يَأْتُوا۟ بِمِثْلِ هٰذَا الْقُرْءَانِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِۦ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا. الإسراء:٨٨
Katakanlah, “ Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Al Qur’an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain.” [QS. Al Isra’: 88]

Berhubung tidak ada manusia satu pun yang mampu membuat karya yang sebanding Al Qur’an, maka Allah memberi tantangan yang kedua. Tantangan kedua yang Allah berikan adalah membuat 10 surat seperti pada Al Qur’an. Tetapi tetap saja tidak ada satu pun manusia yang mampu membuatnya. Hal itu sebagaimana yang terabadikan dalam Surat Hud (11) ayat 13:

... . قُلْ فَأْتُوا۟ بِعَشْرِ سُوَرٍ مِّثْلِهِۦ مُفْتَرَيٰتٍ وَادْعُوا۟ مَنِ اسْتَطَعْتُم مِّن دُونِ اللهِ إِن كُنتُمْ صٰدِقِينَ. هود:١٣
... . Katakanlah, “(Kalau demikian), datangkanlah sepuluh surah semisal datangnya (Al Qur’an) yang dibuat-buat, dan ajaklah siapa saja di antara kamu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”. [QS. Hud: 13]

Dikarenakan tidak ada manusia yang membuat, maka Allah menurunkan tantangan yang ketiga. Tantangan itu adalah tantangan untuk membuat satu surat. Tetapi tetap saja tidak ada manusia yang mampu membuatnya. Sebagaimana dalam Surat Yunus (10) ayat 38:

... . قُلْ فَأْتُوا۟ بِسُورَةٍ مِّثْلِهِۦ وَادْعُوا۟ مَنِ اسْتَطَعْتُم مِّن دُونِ اللهِ إِن كُنتُمْ صٰدِقِينَ. يونس:٣٨
... . Katakanlah, “Buatlah sebuah surah yang semisal dengan surah (Al Qur’an), dan ajaklah siapa saja di antara kamu orang yang mampu (membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. [QS. Yunus: 38]

Ma’asyiral muslimin wal muslimat rakhimakumullah.

Begitu pentingnya kabar dari Allah yang dibawa Rasulullah, maka kita harus bersikap menerima kebenaran Al Qur’an. Kita sebagai kaum muslim sudah semestinya mengimani Al Qur’an yang termasuk dalam rukun iman dan kita mestinya bisa mengamalkannya di kehidupan sehari-hari. Semua itu kita lakukan demi mengharap rida Allah. Semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang yang mau menerima kebenaran Al Qur’an sehingga selamat di dunia dan di akhirat. Aamin.

Penyampai: Revolusi Prajaningrat Saktiyudha, S.Si., M.Pd.
Tanggal: 16 Mei 2019

No comments:

Post a Comment