Ma’asyiral
muslimin wal muslimat rakhimakumullah.
Sebagai seorang muslim kita menginginkan
untuk hidup mulia di dunia dan di akhirat. Kenikmatan hidup mulia di dunia dan
di akhirat adalah dambaan bagi setiap kaum muslim. Kenikmatan hidup mulia di
dunia dan di akhirat bukanlah perkara yang murah dan bisa didapatkan begitu
saja. Seorang yang mengaku beriman tentunya tidak dibiarkan begitu saja oleh
Allah. Mereka yang mengaku beriman akan diuji oleh Allah sejauh mana ketakwaan
mereka. Ujian yang diberikan bisa berupa kesusahan (misalnya kemiskinan) dan
ujian berupa kesenangan (misalnya harta kekayaan). Ujian itulah yang menjadi
sarana Allah dalam menilai hamba-Nya. Hamba yang lulus, maka hadiahnya adalah
surga yang merupakan kenikmatan di akhirat. Bahkan kita tidak bisa menukar
kenikmatan itu meski dengan emas sepenuh bumi. Setiap orang akan
mempertanggungjawabkan apa yang diperbuatnya. Oleh sebab itu, kita sebagai
seorang muslim hendaknya mengupayakan kenikmatan di dunia dan di akhirat.
Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada umatnya dalam mengupayakan kenikmatan
dunia dan akhirat. Beliau berpesan di dalam hadisnya tentang empat perkara kebaikan
dunia dan akhirat. Hadis yang dimaksud sebagai berikut:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ النَّبِيُّ ص: اَرْبَعٌ مَنْ
اُعْطِيَهُنَّ فَقَدْ اُعْطِيَ خَيْرَ الدُّنْيَا وَ اْلآخِرَةِ، لِسَانٌ ذَاكِرٌ
وَ قَلْبٌ شَاكِرٌ وَ بَدَنٌ عَلَى اْلبَلاَءِ صَابِرٌ وَ زَوْجَةٌ لاَ تَبْغِيْهِ
حَوْبًا فِى نَفْسِهَا وَ لاَ مَالِهِ. الطبرانى
Dari Ibnu
'Abbas RA, ia berkata: Nabi SAW telah bersabda, "Ada empat perkara,
barangsiapa diberi empat perkara itu berarti dia telah diberi kebaikan dunia
dan akhirat: (1) Lisan yang senantiasa berzikir; (2) Hati yang bersyukur; (3)
Bila mendapat balak (mushibah) dia bershabar; dan (4) Istri yang tidak
berkhianat, tidak berkhianat pada dirinya dan harta suaminya". [HR. Thabrani]
Empat anugerah tersebut keseluruhannya masuk
dalam (كَسْب) kasb (upaya) manusia.
Masing-masing anugerah berdiri sendiri dan memerlukan berbagai tahapan
pelatihan dan pembiasaan diri dalam proses pengintegrasiannya. Bila
keempat-empatnya menghiasi diri seseorang muslim, maka sungguh dia telah
mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Nilai kebaikan itu lebih tinggi dibandingkan
dengan apa yang diusahakan berupa harta benda, peternakan, perkebunan,
pertambangan dan lain sebagainya. Untuk lebih jelas poin per poin, mari kita
simak penjelasan singkat berikut:
1. Lisanan Dzakiran (Lisan yang senantiasa
berzikir)
Usaha yang bisa kita lakukan yang pertama
adalah dengan menjaga lisan dan menghiasi tutur kata kita denga berzikir kepada
Allah. Berzikir adalah upaya kita terus mengingat Allah supaya hati menjadi
tentram.
...
.أَلَا بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ. الرعد:٢٨
... Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah
hati menjadi tentram. [QS. Ar Ra’d: 28]
Hendaklah bibir dibasahi dengan zikir kepada
Allah. Zikir yang dilakukan hendanya tidak hanya sekali atau dua kali, tetapi
upayakan istiqomah atau ajeg. Kita sebagai seorang muslim diperintahkan untuk
berzikir sebanyak-banyaknya.
ياَيُّهَا
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا اللهَ ذِكْرًا كَثِيْرًا وَّ سَبِّحُوْهُ بُكْرَةً
وَّ اَصِيْلاً. الاحزاب:41-42
Hai orang-orang yang beriman berzikirlah
(dengan menyebut nama) Allah dengan zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan
bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. [QS.
Al-Ahzab: 41-42]
Melalui ayat tadi bisa kita petik pelajaran
bahwa kita diperintahkan untuk senantiasa berzikir sebanyak-banyaknya dan
bertasbih di waktu pagi dan petang. Berzikir bisa kita lakukan setelah salat
fardu maupun zikir di luar setelah salat. Dalam berzikir kita bisa mengucap
tasbih, tahmid, takbir, tahlil, dan juga istighfar. Didalam suatu riwayat juga
terdapat penghulunya istighfar yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW di waktu
pagi dan petang. Penghulunya istighfar yang dimaksud adalah:
عَنْ
شَدَّادِ بْنِ اَوْسٍ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: سَيّدُ اْلاِسْتِغْفَارِ: اَللّهُمَّ
اَنْتَ رَبّى لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ، خَلَقْتَنِى وَ اَنَا عَبْدُكَ وَ اَنَا
عَلَى عَهْدِكَ وَ وَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، اَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ وَ
اَبُوْءُ لَكَ بِذَنْبِى فَاغْفِرْلِى، فَاِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلاَّ
اَنْتَ. اَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرّ مَا صَنَعْتُ. اِذَا قَالَ حِيْنَ
يُمْسِى فَمَاتَ دَخَلَ اْلجَنَّةَ اَوْ كَانَ مِنْ اَهْلِ اْلجَنَّةِ. وَ اِذَا
قَالَ حِيْنَ يُصْبِحُ فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ مِثْلَهُ. البخارى 7: 150
Dari Syaddad bin Aus, dari Nabi SAW, beliau
bersabda, “Penghulunya Istighfar adalah Alloohumma anta robbii laa ilaaha
illaa anta kholaqtanii wa ana ‘abduka wa ana ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika
mastatho’tu, abuu-u laka bi ni’matika wa abuu-u laka bi dzanbii faghfirlii,
fainnahu laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta, a’uudzu bika min syarri maa
shona’tu (Ya Allah, Engkau Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Engkau, Engkau
telah menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu, dan aku tetap pada janji-Mu dan
perintah-Mu semaksimalku, aku mengakui ni’mat-Mu dan aku mengakui dosaku maka
ampunilah aku, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau,
aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan perbuatanku). Barangsiapa yang membaca
kalimat ini pada waktu sore lalu mati, maka ia masuk surga atau ia termasuk
ahli surga. Dan barangsiapa membaca pada waktu pagi, lalu mati pada hari itu,
maka iapun seperti itu pula. [HR. Bukhari juz 7, hal. 150, Fathul Baari juz 11, hal. 134]
Keutamaan membaca penghulunya istighfar di
waktu pagi dan petang adalah: Barangsiapa yang membaca kalimat ini pada
waktu sore lalu mati, maka ia masuk surga atau ia termasuk ahli surga. Dan
barangsiapa membaca pada waktu pagi, lalu mati pada hari itu, maka iapun
seperti itu pula. Oleh sebab itu, mari kita amalkan sehingga menjadi sarana
pemberat amal perbuatan baik yang menghantarkan kita ke surga.
2. Qolban Syakiron (Hati yang terus bersyukur)
Usaha kedua yang bisa dilakukan seorang
muslim adalah bersyukur atas nikmat karunia Allah. Ketika hati dan pikiran kita
senantiasa mengingat Allah, maka Allah akan ingat kepada kita. Tentu saja bila
Allah ingat kepada kita, Allah akan mencukupi apa yang kita butuhkan. Disaat
Allah sudah mengkaruniakan nikmat, hendaklah kita tidak mengingkari akan nikmat
Allah.
فَاذْكُرُوْنِيْ
اَذْكُرْكُمْ وَ اشْكُرُوْلِيْ وَ لاَ تَكْفُرُوْنِ. البقرة:152
Maka ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku
ingat kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
[QS.
Al-Baqarah: 152].
Nikmat yang Allah berikan sudah semestinya
kita syukuri. Melalui hati yang senantiasa bersyukur, niscaya kita akan diberi
nikmat yang lebih. Namun bila hati kita tidak merasa syukur akan nikmat Allah,
maka Allah sudah mengancam dengan peringatannya akan azab neraka yang sangat
pedih. Hal itu sebagaimana janji Allah:
... لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ
وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ. ابراهيم:٧
... Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
niscaya aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat [QS. Ibrahim: 7]
Bisa kita petik pelajaran bahwa dengan
bersyukur akan nikmat Allah, maka Allah akan menambah nikmat kepada Kita.
Sebaliknya bila kita tidak mensyukuri nikmat Allah, maka Allah memperingatkan
bahwa azab-Nya sangatlah berat.
3. Shobar (Bersabar)
Rasa syukur bila ada dalam hati, maka sifat
sabar akan melekat pada diri seorang hamba. Betapa beruntungnya orang yang penyabar.
Orang penyabar karena iman itu senantiasa mengembalikan segala sesuatu kepada
Allah, sebab Allah-lah muara dari kehidupan ini. Manusia yang mampir ngombe
di dunia ini kelak akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan-Nya.
Firman Allah yaitu:
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ
وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوٰلِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرٰتِ ۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِينَ
{١٥٥} الَّذِينَ إِذَآ أَصٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا۟ إِنَّا لِلَّـهِ
وَإِنَّآ إِلَيْهِ رٰجِعُونَ {١٥٦} البقرة: ١٥٥، ١٥٦
Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan
sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang
yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi
raji’un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali). [QS. Al
Baqarah: 155-156]
Orang yang mengembalikan segala sesuatu
kepada Allah adalah orang yang mendapat nikmat ampunan dan tergolong orang yang
mendapat petunjuk.
أُو۟لٰٓئِكَ
عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ
وَأُو۟لٰٓئِكَ
هُمُ الْمُهْتَدُونَ. البقرة: ١٥٧
Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan
rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk [QS. Al
Baqarah: 157]
4. Zaujatan (Jodoh/ pasangan)
Zaujatan yang dimaksud adalah istri yang tidak berkhianat, baik pada dirinya dan harta
suaminya. Hal itu
merupakan salah satu ciri istri yang shalihah. Istri shalihah adalah perhiasan
terindah dunia. Dengannya rumah tangga menjadi sejuk dan sakinah. Masa depan
anak-anak menjadi sempurna ketika dibina oleh seorang ibu yang shalihah. Namun
demikian, janganlah lupa istri yang shalihah pun manusia. Ia butuh makan dan
nasihat. Maka kewajiban suami adalah memenuhi kebutuhan dan senantiasa memberikan
nasihat baik dengan perkataan maupun dengan keteladanan. Oleh sebab itu
suatu keberuntungan apabila memiliki istri shalihah yang senantiasa menjaga
kehormatan diri maupun suaminya. Istri shalihah apabila dipandang suaminya
tampak menyenangkan. Bila ia diperintah oleh suaminya, maka ia akan
mentaatinya. Istri shalihah juga akan menjaga kehormatan diri dan keluarga. Di
dalam hadis disebutkan:
خَيْرُ
النِّسَاءِ مَنْ تَسُرُّكَ اِذَا اَبْصَرْتَ وَ تُطِيْعُكَ اِذَا اَمَرْتَ وَ
تَحْفَظُ غَيْبَتَكَ فِى نَفْسِهَا وَ مَالِكَ. الطبرانى
Sebaik-baik wanita adalah apabila engkau
pandang menyenangkan, apabila engkau perintah dia taat dan apabila engkau tidak
ada, dia menjaga kehormatannya dan harta bendamu. [HR.
Ath-Thabrani]
Ma’asyiral muslimin wal muslimat
rakhimakumullah.
Melalui hadis yang menerangkan empat
kebahagiaan kita berupaya untuk senantiasa membasahi bibir ini dengan berzikir
kepada Allah (lisanan dzakiran), kemudian mengupayakan hati untuk selalu
bersyukur (qolban syakiran), sabar dalam menghadapi cobaan, dan
memiliki zaujatan atau pasangan yang tidak
berkhianat, baik pada dirinya dan harta kita.
Penyampai: Revolusi Prajaningrat Saktiyudha, S.Si., M.Pd.
Tanggal: 9 Mei 2019
No comments:
Post a Comment