Ma'asyiral
muslimin wal muslimat rahimakumullah.
Momen pergantian tahun yang lalu masih teringat dalam benak kita.
Momen tersebut kita gunakan untuk bermuhasabah dengan menghitung-hitung amal
kebaikan dan keburukan masing-masing dari diri kita pada setahun terakhir.
Bagaimana hasil evaluasi yang kita lakukan tentunya sebagai bahan motivasi
untuk memacu semangat kita dalam beribadah dan beramal sholih. Hal tersebut
diupayakan agar timbangan kebaikan kita akan lebih berat. Dalam hadist
disebutkan:
عَنْ
اَبِي ذَرٍّ قَالَ لِيْ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ،
وَاَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ
حَسَنٍ. الترمذى
Dari
Abu Dzarr, ia berkata: Rasulullah SAW berabda kepadaku, “Bertakwalah kamu
kepada Allah dimana saja kamu berada, dan ikutilah perbuatan buruk dengan
perbuatan yang baik, niscaya perbuatan yang baik itu akan menghapusnya. Dan
bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik”.
[HR. Tirmidzi juz 3, hal. 239, no. 2053. Ini hadits hasan shahih]
Ma'asyiral muslimin wal
muslimat rahimakumullah.
Islam merupakan agama yang memotivasi agar
umatnya memiliki semangat beramal yang tinggi serta menyibukkan diri dalam
kebaikan. Islam juga menyeru agar kita menjauhkan diri dari permasalahan-permasalahan
yang tidak bermanfaat. Salah satu motivasi yang tertulis di dalam Al Quran
adalah termaktub pada Surat Ali Imran ayat 133:
وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن
رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ.
133. Dan bersegeralah
kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas
langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
Motivasi dalam upaya menggapai cita-cita
tentunya perlu perjuangan. Berbagai perjuangan yang bisa kita lakukan adalah dengan
berusaha mengerjakan perbuatan baik secara maksimal dan senantiasa berdoa. Kita
sebaiknya bersegera dalam melakukan perbuatan amal sholih. Oleh karena itu sebagai
renungkan kita pada firman Allah Ta’ala dalam Surat Al Anbiya ayat 90:
فَاسْتَجَبْنَا لَهُۥ وَوَهَبْنَا لَهُۥ
يَحْيَىٰ وَأَصْلَحْنَا لَهُۥ زَوْجَهُۥٓ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا۟ يُسٰرِعُونَ فِى
الْخَيْرٰتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا۟ لَنَا خٰشِعِينَ.
90. Sungguh, mereka
selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebajikan, dan mereka berdoa kepada Kami
dengan harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami.
Ma'asyiral muslimin wal
muslimat rahimakumullah.
Allah telah memberi petunjuk kepada kita
bahwa apabila kita beramal sholih dijalan-Nya, maka Allah akan memberi ganjaran
yang berlipat ganda. Satu kebaikan akan diganjar oleh Allah sebanyak 700 kali
lipat. Sepertihalnya bila kita berinfak sebanyak Rp. 2000,00 secara ikhlas semata-mata
mencari rida Allah, maka Allah akan melipatgandakan pahalanya sebanyak 700 kali
lipat, dan belum lagi amal sholih lain yang kita lakukan. Allah telah berfirman
yang terabadikan didalam Surat Al Baqarah ayat 261 sampai 263, yaitu:
مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوٰلَهُمْ فِى
سَبِيلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ
مِّا۟ئَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللهُ يُضٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ ۗ وَاللهُ وٰسِعٌ عَلِيمٌ {٢٦١}
الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ اللهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَآ
أَنفَقُوا۟ مَنًّا وَلَآ أَذًى ۙ لَّهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ
عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ {٢٦٢} قَوْلٌ مَّعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ
مِّن صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَآ أَذًى ۗ وَاللهُ غَنِىٌّ حَلِيمٌ {٢٦٣}
261. Perumpamaan orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan
tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan
(pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha mengetahui.
262. Orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian tidak mengiringi apa yang di
infakkan itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima),
mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada rasa takut pada mereka
dan mereka tidak bersedih hati.
263. Perkataan yang
baik dan pemberian maaf1 lebih baik daripada sedekah yang diiringi
dengan tindakan yang menyakiti. Allah Maha Kaya, Maha Penyantun.
Note:
1) Perkataan yang
baik, menolak dengan cara yang baik, dan pemberian maaf ialah memaafkan tingkah
laku yang kurang sopan dari peminta.
Oleh sebab itu, amal sholih yang kita lakukan
dijalan Allah adalah agar kita bisa memetiknya dikemudian hari. Seperti pepatah
jawa yaitu, sopo nandur bakal ngunduh. Begitu pula dengan apa yang kita
lakukan didunia ini. Dunia merupakan penjara sekaligus ladang amal bagi insan
beriman sebagai bekal menghadap-Nya di hari perhitungan kelak. Jangan sampai mengira
membawa begitu banyak amal yang dibawa kehadapan Allah, tetapi setelah ditimbang
ternyata amalan yang dilakukan adalah sia-sia. Kita seharusnya beramal sholih
dengan hanya mengharap rida Allah. Hal itu seperti yang dijelaskan dalam Al
Quran Surat Al Baqoroh ayat 264 sampai 265:
يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا
تُبْطِلُوا۟ صَدَقٰتِكُم بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِى يُنفِقُ مَالَهُۥ
رِئَآءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْءَاخِرِ ۖ فَمَثَلُهُۥ
كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٌ فَتَرَكَهُۥ صَلْدًا ۖ
لَّا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَىْءٍ مِّمَّا كَسَبُوا۟ ۗ وَاللهُ لَا يَهْدِى
الْقَوْمَ الْكٰفِرِينَ {٢٦٤} وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوٰلَهُمُ
ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللهِ وَتَثْبِيتًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍۭ
بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَـَٔاتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِن لَّمْ
يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ ۗ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ{٢٦٥}
264. Wahai orang-orang
yang beriman! Janganlah kamu merusak pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya
dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya
karena riya’ (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari
akhir. Perumpamaan (orang itu) seperti batu licin yang di atasnya ada debu,
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu licin itu tadi. Mereka
tidak memperoleh sesuatu apapun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
265. Dan perumpamaan
orang yang menginfakkan hartanya karena mencari ridha Allah dan untuk memperteguh
jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram
oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika
hujan lebat tidak menyiraminya, maka embun (pun memadai). Allah Maha Melihat
apa yang kamu perbuat.
Perlu kita memperhatikan apa yang kita perbuat
agar kita tidak termasuk orang yang pailit atau rugi di hari perhitungan nanti.
Usahakan apa yang dilakukan adalah semata-mata untuk mengharap rida Allah dan
tidak mencaci orang lain, mengambil hak orang lain. Sebab bila larangan
tersebut dilakukan, pahala yang diupayakan seseorang didunia lalu dibawa di
hari perhitungan akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Beberapa hal yang
diperhatikan tersebut sebagaimana yang disebutkan dalam hadist berikut:
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ؟
قَالُوْا: اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَ لَا مَتَاعَ. فَقَالَ:
اِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ اُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَ
صِيَامٍ وَ زَكَاةٍ وَ يَأْتِى قَدْ شَتَمَ هٰذَا، وَ قَذَفَ هٰذَا،
وَ اَكَلَ مَالَ هٰذَا وَ سَفَكَ دَمَ هٰذَا، وَ ضَرَبَ هٰذَا،
فَيُعْطَى هٰذَا
مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَ هٰذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَاِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ
قَبْلَ اَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ اُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ
ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ. مسلم 4: 1997
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,
"Tahukah kalian siapakah orang yang disebut pailit itu?" Jawab para
shahabat, "Orang yang pailit diantara kami ialah orang yang tidak punya
dirham dan tidak punya barang-barang". Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya orang yang pailit dari ummatku ialah orang yang datang pada
hari qiyamat lengkap dengan membawa (pahala) shalatnya, puasanya dan zakatnya.
Tetapi di samping itu ia telah mencaci ini, dan menuduh ini, memakan hartanya
ini, dan menumpahkan darahnya ini, dan memukul ini, maka diberikan kepada orang
yang dianiaya itu dari (pahala) kebaikan amalnya, dan kepada orang yang lainnya
lagi (dari pahala) kebaikan amalnya. Maka apabila telah habis (pahala)
kebaikannya itu dan belum terbayar semua tuntutan orang-orang yang pernah
dianiaya tersebut, maka diambilkan dari dosa-dosa orang yang telah dianiaya itu
dan ditanggungkan kepadanya, lalu ia dilemparkan ke neraka". [HR. Muslim juz 4, hal 1997]
Penyakit dengki dan benci juga bisa
membuat amal seorang insan beriman itu sia-sia. Hal tersebut dijelaskan dalam
hadist berikut:
عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ اْلعَوَّامِ رضي الله
عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: دَبَّ اِلَيْكُمْ دَاءُ
اْلاُمَمِ قَبْلَكُمْ. اْلحَسَدُ وَاْلبَغْضَاءُ. وَاْلبَغْضَاءُ هِيَ
اْلحَالِقَةُ. حِالِقَةُ الدِّيْنِ، لَا حَالِقَةُ الشَّعْرِ، وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ
بِيَدِهِ لَا تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا، اَفَلَا اُنَبِّئُكُمْ بِشَيْءٍ
اِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ؟ اَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ. احمد 1: 348، رقم: 1412
Dari Zubair bin 'Awwaam RA, ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda, “Akan menjalar kepada kalian penyakit ummat-ummat
sebelum kalian, yaitu dengki dan kebencian yang sangat. Dan kebencian yang
sangat itu adalah pencukur. Pencukur agama, bukan pencukur rambut. Demi Tuhan
yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, kalian tidaklah beriman sehingga kalian
berkasih sayang. Maukah aku beritahukan kepada kalian sesuatu yang apabila
kalian melakukannya niscaya kalian saling berkasih sayang? Tebarkanlah salam
diantara kalian”. [HR. Ahmad juz 1, hal. 348, no. 1412]
Selain itu ada hal fatal yang mampu merusak
amal bila dilakukan seorang muslim, yaitu syirik. Mempersekutukan Allah
merupakan dosa yang besar. Hal tersebut dijelaskan didalam Surat Al Anam ayat
88:
ذٰلِكَ هُدَى اللَّـهِ
يَهْدِى بِهِۦ مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ ۚ وَلَوْ أَشْرَكُوا۟ لَحَبِطَ عَنْهُم
مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ.
88. Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi
petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Seandainya
mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah
mereka kerjakan.
.
Semangat dalam beramal jangan sampai
membuat kita menerjang ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Didalam Agama Islam, kita
perlu memperhatikan rambu-rambu dari Allah dan Rasulullah dalam beramal sholih.
Hal tersebut perlu kita perhatikan karena kita sebagai hamba tidak lebih pandai
dari Allah dan Rasulullah. Dalam urusan agama Islam memang kita diperintahkan
untuk ber-hujjah atau berlandaskan firman Allah dan sabda Rasulullah. Hal
tersebut kita ingat-ingat benar agar tidak terjebak dalam amalan-amalan yang
tidak diperintahkan Allah dan amalan-amalan yang tidak dicontohkan oleh
Rasulullah. Sebagaimana tertuang dalam Surat Al Hujurat ayat 1 sampai 3, yaitu:
يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُقَدِّمُوا۟
بَيْنَ يَدَىِ اللَّـهِ وَرَسُولِهِۦ ۖ وَاتَّقُوا۟ اللَّـهَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ سَمِيعٌ
عَلِيمٌ {١} يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَرْفَعُوٓا۟ أَصْوٰتَكُمْ فَوْقَ
صَوْتِ النَّبِىِّ وَلَا تَجْهَرُوا۟ لَهُۥ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ
أَن تَحْبَطَ أَعْمٰلُكُمْ وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ {٢} إِنَّ الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوٰتَهُمْ عِندَ
رَسُولِ اللَّـهِ أُو۟لٰٓئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّـهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَىٰ
ۚ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ {٣}
1. Wahai orang-orang yang beriman!
Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya2 dan bertakwalah
kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha mengetahui.
2. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah
kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata
kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu
terhadap yang lain, nanti (pahala) segala amalanmu bisa terhapus, sedangkan
kamu tidak menyadari.
3. Sesungguhnya orang-orang yang
merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah
diuji hatinya oleh Allah untuk bertakwa. Mereka akan memperoleh ampunan dan
pahala yang besar.
Note:
2) Maksudnya,
orang-orang mukmin tidak boleh menetapkan sesuatu hukum, sebelum ada ketetapan
dari Allah dan Rasul-Nya.
Oleh sebab itu marilah berpegang teguh
kepada tali agama Allah agar selamat di dunia dan di akhirat. Marilah taat
kepada Allah dan Rasul-Nya, serta senantiasa meningkatkan amal sholih kita agar
timbangan kebaikan kita lebih berat. Upayakan semaksimal mungkin untuk menjahui
hal-hal yang dapat merusak dan bahkan menghapus amalan kita dari catatan
kebaikan. Pada akhirnya amalan yang kita perbuat tergantung pada niat.
Sebagaimana dalam hadist berikut:
عَنْ عُمَرَ بْنِ اْلخَطَّابِ رضي الله
عنه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: اِنَّمَا
اْلاَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَاِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ
هِجْرَتُهُ اِلىَ دُنْيَا يُصِيْبُهَا اَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ
اِلىَ مَا هَاجَرَ اِلَيْهِ. البخارى 1: 2
Dari Umar bin Khaththab RA, ia berkata
: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya amal perbuatan itu
tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan balasan
sesuai dengan niatnya. Maka barangsiapa yang berhijrah karena menginginkan
keuntungan dunia yang akan didapatnya atau karena menginginkan wanita yang dia
akan mengawininya, maka hijrahnya itu akan mendapatkan sesuai apa yang ia
berniat hijrah padanya". [HR. Bukhari juz
1, hal. 2]