Monday, April 14, 2025

Serial Taharah: Berbagai Sunah Berwudu


 

Orang yang memeluk agama Islam tidak terlepas dari syariat Islam. Di antara syariat Islam adalah mendirikan salat. Pembeda antara orang tidak beragama Islam dan orang beragama Islam adalah dikerjakannya salat. Adapun supaya salat dinilai sah, maka perlu adanya taharah. Lalu bagaimana pembahasannya? Kesempatan kali ini akan membahas mengenai berbagai sunah berwudu.

 

Setelah memahami bagaimana tata cara wudu, penting bagi kaum muslimin untuk tahu berbagai sunah berwudu. Hal ini dimaksudkan supaya kita mengerti bagaimana sempurnanya berwudu. Melalui sempurnanya wudu, harapannya selain sah salat kita, kita juga memperoleh keutamaan berwudu. Terdapat berbagai sunah berwudu yang diterangkan pada dalil-dalil hadis. Berbagai sunah berwudu dapat dipaparkan melalui beberapa poin berikut.

 

1. Memperbarui wudu untuk tiap-tiap salat

Hendaknya memperbarui wudu pada tiap-tiap salat. Hal ini disunahkan karena apabila diwajibkan dikhawatirkan memberatkan umat Islam. Rasulullah telah memberi keterangan sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-1

مسند أحمد ٧٢٠٠: حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدَةَ الْحَدَّادُ كُوفِيٌّ ثِقَةٌ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ بِوُضُوءٍ أَوْ مَعَ كُلِّ وُضُوءٍ سِوَاكٌ. وَلَأَخَّرْتُ عِشَاءَ الْآخِرَةِ إِلَى ثُلُثِ اللَّيْلِ.

Artinya: Musnad Ahmad nomor 7200: Telah menceritakan kepada kami Abu 'Ubaidah Al Haddad seorang yang terpercaya dari Kufah, dari Muhammad bin 'Amru dari Abu Salamah dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Sekiranya tidak memberatkan umatku, tentu aku perintahkan kepada mereka supaya berwudu untuk tiap-tiap salat dan setiap berwudu supaya bersiwak (menggosok gigi),” atau beliau mengatakan: "pada setiap kali berwudu, dan aku perintahkan untuk mengakhirkan salat Isya sehingga sepertiga malam."

 

Hadis Ke-2

مسند أحمد ١١٨٩٦: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرِو بْنِ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسًا يَقُولُ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ. قَالَ: قُلْتُ: وَأَنْتُمْ كَيْفَ كُنْتُمْ تَصْنَعُونَ؟ قَالَ: كُنَّا نُصَلِّي الصَّلَوَاتِ بِوُضُوءٍ وَاحِدٍ مَا لَمْ نُحْدِثْ.

Artinya: Musnad Ahmad nomor 11896: Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi berkata: telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Amru bin 'Amir berkata: Aku mendengar Anas berkata: “Biasanya Rasulullah SAW berwudu pada setiap akan salat.” Amru bin 'Amir berkata: Aku bertanya: “Sedangkan kalian, bagaimana kalian berbuat?” Anas menjawab, “Kami biasa salat beberapa salat dengan satu kali wudu, selama kami belum batal.”

 

2. Berwudu setelah makan makanan yang disentuh api

Ketika mengkonsumsi makanan yang dimasak dengan api disunahkan untuk memperbarui wudu. Ada hadis yang menerangkan bahwa berwudu setelah makan makanan yang disentuh api sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-3

صحيح مسلم ٥٣٠: قَالَ ابْنُ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ خَالِدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عُثْمَانَ وَأَنَا أُحَدِّثُهُ هَذَا الْحَدِيثَ أَنَّهُ سَأَلَ عُرْوَةَ بْنَ الزُّبَيْرِ عَنْ الْوُضُوءِ مِمَّا مَسَّتْ النَّارُ فَقَالَ عُرْوَةُ سَمِعْتُ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَوَضَّئُوا مِمَّا مَسَّتْ النَّارُ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 530: (Masih dari jalur periwayatan yang sama dengan hadis sebelumnya) Ibnu Syihab berkata: telah mengabarkan kepadaku Sa'id bin Khalid bin Amru bin Utsman, dan saya menceritakan kepadanya hadis ini bahwa dia berkata kepada Urwah bin Az Zubair tentang wudu dikarenakan (memakan daging) yang dibakar, maka Urwah berkata: Aku mendengar Aisyah, istri Nabi SAW berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Berwudlulah kamu karena makan makanan yang disentuh api.”

Keterangan: Jalur yang sama hingga Ibnu Syihab dalam Shahih Muslim terdapat pada nomor hadis 528. Adapun jalur periwayatan hingga Ibnu Syihab pada Shahih Muslim nomor 528 adalah sebagai berikut: Dan telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin Syu'aib bin al-Laits dia berkata: telah menceritakan kepada kami Bapakku dari Kakekku, telah menceritakan kepada kami Uqail bin Khalid, dia berkata: telah berkata Ibnu Syihab, dst.

 

Hadis Ke-4

صحيح البخاري ٢٠٣: و حَدَّثَنَا أَصْبَغُ قَالَ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ عَنْ بُكَيْرٍ عَنْ كُرَيْبٍ عَنْ مَيْمُونَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكَلَ عِنْدَهَا كَتِفًا ثُمَّ صَلَّى وَلَمْ يَتَوَضَّأْ.

Artinya: Shahih Bukhari nomor 203: Dan telah menceritakan kepada kami Ashbagh berkata: telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahhab berkata: telah mengabarkan kepadaku 'Amru bin Al Harits dari Bukair dari Kuraib dari Maimunah, bahwa Nabi SAW pernah makan daging sampil depan kambing, sesudah itu beliaupun bangun lalu salat dengan tidak berwudu lagi.”

 

Hadis Ke-5

صحيح البخاري ٥٠٠٢: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُقَاتِلٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ عَمْرِو بْنِ أُمَيَّةَ الضَّمْرِيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَحْتَزُّ مِنْ كَتِفِ شَاةٍ فَأَكَلَ مِنْهَا فَدُعِيَ إِلَى الصَّلَاةِ فَقَامَ فَطَرَحَ السِّكِّينَ فَصَلَّى وَلَمْ يَتَوَضَّأْ.

Artinya: Shahih Bukhari nomor 5002: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Muqatil, telah mengabarkan kepada kami Abdullah, telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Az-Zuhri dari Ja'far bin Amru bin Umayyah Adl Dlamri dari Bapaknya ia berkata: “Saya melihat Rasulullah SAW memotong sampil kambing lalu memakannya. Maka ketika ada panggilan salat, beliau berdiri, meletakkan pisau lalu salat tanpa berwudu lagi.”

 

Hadis riwayat Muslim nomor 530, Nabi SAW memerintahkan kepada umatnya supaya berwudu setelah memakan makanan yang disentuh api. Sedangkan pada hadis riwayat Bukhari nomor 203, Maimunah menjelaskan bahwa Nabi pernah makan sampil depan kambing (yang tentunya dimasak diatas api), setelah itu beliau salat tanpa berwudu lagi. Hal tersebut juga demikian yang ada pada hadis riwayat Bukhari nomor 5002. Melalui riwayat yang ada dapat diambil kesimpulan bahwa perintah supaya berwudu sehabis makan makanan yang tersentuh api pada hadis riwayat Muslim nomor 530 itu hukumnya adalah sunah.

 

3. Sunah berwudu sebelum tidur

Sebelum tidur, umat Islam disunahkan untuk berwudu. Hal tersebut dapat dipetik dari hadis yang menerangkan sabda Rasulullah dalam menganjurkan berwudu sebelum tidur. Hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 

Hadis Ke-6

صحيح البخاري ٥٨٣٦: حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ قَالَ سَمِعْتُ مَنْصُورًا عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَيْدَةَ قَالَ حَدَّثَنِي الْبَرَاءُ بْنُ عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وَضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ وَقُلْ: اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَهْبَةً وَرَغْبَةً إِلَيْكَ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ. فَإِنْ مُتَّ مُتَّ عَلَى الْفِطْرَةِ. فَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَقُولُ. فَقُلْتُ: أَسْتَذْكِرُهُنَّ وَبِرَسُولِكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ. قَالَ: لَا، وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ.

Artinya: Shahih Bukhari nomor 5836: Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Mu'tamir, dia berkata: Saya mendengar Manshur dari Sa'd bin Ubaidah, dia berkata: Telah menceritakan kepadaku Al Barra` bin 'Azib RA, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kamu akan tidur, maka berwudulah sebagaimana wudu untuk salat. Kemudian berbaringlah atas lambung kananmu dan bacalah: Allaahumma aslamtu nafsii ilaika wa fawwadltu amrii ilaika wa alja’tu dhahrii ilaika rahbatan wa raghbatan ilaika laa malja-a wa laa manjaa minka illaa ilaika. Aamantu bi kitaabika lladzii anzalta wa bi Nabiyyika lladzii arsalta (Ya Allah aku serahkan diriku kepada-Mu, aku pulangkan segala urusanku kepada-Mu dan aku melindungkan diriku kepada-Mu, karena takut dan cintaku kepada-Mu. Tidak ada tempat berlindung dan melepaskan diri dari-Mu melainkan kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan kepada Nabi-Mu yang telah Engkau utus), maka jika kamu mati, niscaya kamu mati di dalam fitrah (kesucian) dan jadikanlah doa itu sebagai akhir perkataanmu. (Baraa’ berkata), lalu aku mengulangi doa itu (supaya didengar Nabi SAW) dengan: Wa bi rasuulika lladzii arsalta (Saya beriman kepada Rasul-Mu yang telah Engkau utus). Rasulullah SAW bersabda, “Tidak begitu, tetapi Wa bi Nabiyyika lladzii arsalta (Saya beriman kepada Nabi-Mu yang telah Engkau utus).”

 

4. Berwudu bagi orang berjunub bila hendak tidur

Orang yang berjunub apabila hendak tidur disunahkan untuk berwudu lagi. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-7

صحيح البخاري ٢٧٩: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي جَعْفَرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ وَهُوَ جُنُبٌ غَسَلَ فَرْجَهُ وَتَوَضَّأَ لِلصَّلَاةِ.

Artinya: Shahih Bukhari nomor 279: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair, berkata: telah menceritakan kepada kami Al Laits dari 'Ubaidullah bin Abu Ja'far dari Muhammad bin 'Abdurrahman dari 'Urwah dari 'Aisyah berkata: “Rasulullah SAW apabila akan tidur sedang beliau junub, beliau membasuh kemaluannya dan berwudu sebagaimana wudunya untuk salat.”

 

Hadis Ke-8

صحيح البخاري ٢٨٠: حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَ حَدَّثَنَا جُوَيْرِيَةُ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ اسْتَفْتَى عُمَرُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَيَنَامُ أَحَدُنَا وَهُوَ جُنُبٌ؟ قَالَ: نَعَمْ إِذَا تَوَضَّأَ.

Artinya: Shahih Bukhari nomor 280: Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il berkata: telah menceritakan kepada kami Juwairiyah dari Nafi' dari 'Abdullah bahwasanya ‘Umar (bin Khaththab) berkata, “Ya Rasulullah, apakah boleh seseorang di antara kita tidur padahal ia sedang junub?” Nabi SAW menjawab, “Ya boleh, apabila ia berwudu.”

 

5. Berwudu bagi orang junub bila hendak mengulangi persetubuhan

Bagi orang yang sedang junub, lalu ingin mengulangi persetubuhan hendaknya berwudu lagi. Hal tersebut sebagaimana hadis berikut.

 

Hadis Ke-9

صحيح مسلم ٤٦٦: و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ ح و حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ أَبِي زَائِدَةَ ح و حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ وَابْنُ نُمَيْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ الْفَزَارِيُّ كُلُّهُمْ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي الْمُتَوَكِّلِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ أَهْلَهُ ثُمَّ أَرَادَ أَنْ يَعُودَ فَلْيَتَوَضَّأْ. زَادَ أَبُو بَكْرٍ فِي حَدِيثِهِ بَيْنَهُمَا وُضُوءًا وَقَالَ ثُمَّ أَرَادَ أَنْ يُعَاوِدَ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 466: Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah, telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Ghiyats. Lewat jalur periwayatan lain, dan telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Abi Zaidah. Lewat jalur periwayatan lain, dan telah menceritakan kepada kami Amru An-Naqid dan Ibnu Numair, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Marwan bin Mu'awiyah Al-Fazari semuanya dari Ashim dari Abu Al-Mutawakkil dari Abu Sa'id Al-Khudri dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seseorang di antara kamu mengumpuli istrinya kemudian akan mengulanginya, hendaklah ia berwudu.” Abu Bakar menambahkan dalam hadisnya, "Antara keduanya ada wudu." Dan dia berkata: "Kemudian dia ingin mengulanginya."

 

6. Berwudu bagi orang junub bila akan makan dan minum

Orang yang sedang dalam keadaan junub lalu mau makan atau minum, hendaknya berwudu terlebih dahulu. Hal tersebut adalah disunahkan. Pernyataan tersebut berdasarkan beberapa hadis berikut.

 

Hadis Ke-10

سنن الترمذي ٥٥٧: حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ عَنْ عَطَاءٍ الْخُرَاسَانِيِّ عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ عَنْ عَمَّارٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَخَّصَ لِلْجُنُبِ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْكُلَ أَوْ يَشْرَبَ أَوْ يَنَامَ أَنْ يَتَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.

Artinya: Sunan Tirmidzi nomor 557: Telah menceritakan kepada kami Hannad, telah menceritakan kepada kami Qabishah dari Hammad bin Salamah dari 'Atha' Al Khurasani dari Yahya bin Ya'mar dari 'Ammar bahwasanya Nabi SAW memberikan keringanan bagi orang berjunub, apabila hendak makan-minum atau tidur supaya berwudu sebagaimana wudu untuk salat. Abu 'Isa berkata: ini merupakan hadis hasan shahih.

 

Hadis Ke-11

سنن النسائي ٢٥٧: أَخْبَرَنَا سُوَيْدُ بْنُ نَصْرٍ قَالَ أَنْبَأَنَا عَبْدُ اللَّهِ عَنْ يُونُسَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ وَهُوَ جُنُبٌ تَوَضَّأَ وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْكُلَ أَوْ يَشْرَبَ قَالَتْ غَسَلَ يَدَيْهِ ثُمَّ يَأْكُلُ أَوْ يَشْرَبُ.

Artinya: Sunan Nasa'i nomor 257: Telah mengabarkan kepada kami Suwaid bin Nashr, dia berkata: Telah memberitakan kepada kami Abdullah dari Yunus dari Az-Zuhri dari Abu Salamah dari 'Aisyah RA, dia berkata: Rasulullah SAW apabila hendak makan atau minum, sedang beliau junub, beliau membasuh kedua tangannya, sesudah itu beliau makan atau minum.”

 

Demikian beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari beberapa dalil mengenai pembahasan taharah. Hal tersebut sebagai upaya menggapai kesempurnaan dalam beribadah mengingat salat didirikan dengan syarat terhindar dari najis dan hadas. Semoga pelajaran mengenai taharah yang sudah diperoleh dapat dipraktekkan di dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin.

 

 

Friday, April 4, 2025

Khotbah Jum’at: Menjunjung Tinggi Ukhuah Islamiah


 

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ

الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا. وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ. رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي. اللَّهُمَّ لَا سَهْلَ إِلَّا مَا جَعَلْتَهُ سَهْلًا وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلًا. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكرِيْم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ {آل عمران: 102}. وَ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ، وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا، وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً. وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ. اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا {النساۤء: ١} وَ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا، يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ. وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. {الاحزاب: ٧٠ – ٧١} وَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَاَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَـمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. وَ قَالَ: لَا يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِاَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ.. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ رَحِمَكُمُ اللهُ،

Syukur alkhamdulillah selalu kita haturkan kepada Allah SWT yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji hamba-Nya, siapakah yang paling baik amalnya. Selawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa ajaran Agama Islam untuk dipedomani dan diamalkan umatnya. Mengamalkan ajaran-ajaran agama merupakan bagian amanat sila pertama Pancasila, dan Undang Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat 2. Selanjutnya dari mimbar ini saya serukan kepada diri saya sendiri dan umumnya kepada jamaah salat Jum’at agar senantiasa menjaga, mempertahankan, dan terus berusaha meningkatkan iman dan takwa. Pada kesempatan kali ini, nasihat ditujukan kepada diri saya sendiri dan apabila ada manfaatnya dihaturkan kepada jamaah semuanya.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Allah menciptakan manusia memiliki tujuan. Adapun tujuan manusia diciptakan adalah: (1) manusia diciptakan supaya beribadah kepada Allah SWT; dan (2) manusia diciptakan sebagai pemakmur bumi. Oleh karena itu, Islam mengajarkan kepada umatnya supaya senantiasa beribadah. Hal tersebut sebagaimana salah satu tujuan manusia diciptakan. Apabila bicara masalah ibadah, maka tidak lepas dari dua syarat diterimanya amal salih. Adapun syarat diterima amal salih ada dua, yaitu: (1) ikhlas mengharap rida Allah SWT; dan (2) sesuai dengan syariat Agama Islam. Konteks ibadah tidak melulu ibadah secara vertikal, tetapi juga ada ibadah secara horizontal.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Salat merupakan salah satu di antaranya ibadah secara vertikal. Persaudaraan dalam Islam/ ukhuah Islamiah merupakan ibadah secara horizontal. Seseorang tidak dikatakan baik bila salatnya baik, tetapi saudaranya tidak selamat dari lisan dan perbuatannya. Mungkin salatnya sudah bagus, salat wajib tertunaikan semua dan bahkan berjamaah di masjid, salat sunah tidak ketinggalan dikerjakan, tetapi masih gibah terhadap saudaranya yang seiman, tetapi masih berlaku zalim kepada saudaranya yang seiman. Hal tersebut adalah tanda bahwa salatnya tidak dibawa pada perilaku kehidupan sehari-hari. Sudah semestinya salat itu dibawa pada perilaku kehidupan sehari-hari. Allah berfirman,

اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ. العنكبوت: ٤٥

Artinya: Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. (QS. Al-'Ankabut/29: 45)

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Iman seseorang tidak dikatakan sungguh-sungguh apabila salat yang dilakukan itu belum bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Perbuatan keji atau fahsya itu umumnya merugikan yang bersangkutan atau pelakunya sendiri. Sebagai contohnya adalah zina. Ada perintah menjauhi zina, tetapi malah didekati. Sementara perbuatan munkar itu cenderung merugikan pelaku dan orang lain, serta tidak bisa diterima akal sehat. Sebagai contohnya adalah mencuri barang milik orang lain. Perbuatan keji dan mungkar intinya adalah perbuatan merugikan. Perbuatan keji dan mungkar di antaranya bisa menjadi pemicu konflik di kehidupan sehari-hari atau di masyarakat. Oleh sebab itu, marilah hindari perbuatan keji dan mungkar supaya termasuk orang-orang yang imannya benar.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Orang-orang yang imannya benar akan menciptakan kedamaian di tengah-tengah masyarakat. Tidak dibenarkan orang mengaku iman, tetapi saudara seimannya tidak aman dari lisan dan perbuatannya. Orang yang imannya benar paham betul bahwa sesama orang iman adalah bersaudara. Allah SWT berfirman,

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. {الحجرٰت: ١٠}

Artinya: Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati. (QS. Al-Hujurat/49: 10)

Sebagaimana ayat tersebut, Allah menegaskan bahwa orang iman yang satu dengan yang lainnya adalah bersaudara. Bila sudah paham bersaudara, maka seseorang yang beriman mencintai saudaranya sebagaimana ia cinta untuk dirinya sendiri. Orang iman akan jadi juru damai di antara saudaranya yang tengah bertikai. Orang iman senantiasa membawa misi damai dan menjunjung tinggi ukhuah Islamiah. Hal itu dilakukan oleh orang-orang beriman supaya mendapat rahmat kasih sayang Allah SWT.

Kita yang mengaku beriman hendaknya juga menjunjung tinggi ukhuah Islamiah. Hal itu kita lakukan supaya mendapat rahmat kasih sayang Allah. Apalagi di momen lebaran ini, jadikan momen ini sebagai sarana mengamalkan ukhuah Islamiah. Kita berupaya menyambung silaturahim. Hal tersebut di antaranya ibadah secara horizontal. Pada momen lebaran, kita bertahniah: Taqobbalalloohu minnaa wa minkum (Semoga Allah menerima amalan kami dan amalan kalian) dan tentunya saling memaafkan.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Semoga nasihat ini bisa menjadi pengingat bagi diri saya dan umumnya bermanfaat bagi jamaah semuanya. Mohon maaf apabila terdapat tutur kata yang kurang berkenan.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. وَٱلْعَصْرِ. إِنَّ ٱلْإِنسَـٰنَ لَفِى خُسْرٍ. إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

***

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الَّذِى لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ اْلاَنْبِيَاءِ وَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَ عَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ.  اَمَّا بَعْدُ.

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ، يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ:

                اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّـيْتَ عَلَى آلِ اِبـْرَاهِيْمَ. وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ اِبـْرَاهِيْمَ، فِى اْلعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

                اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، أَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.

                رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا، وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا، غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا، رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

                رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ، وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا.

                رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

                سُبْحَانَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

                وَأَقِمِ الصَّلَاةَ.

Penyampai: Revolusi Prajaningrat Saktiyudha, S.Si., S.Pd., Gr., M.Pd.