Umat Islam yang berusaha
menjalankan syariat Islam dalam hidupnya tentu mengimpikan melaksanakan ibadah
haji dan umrah. Ibadah haji merupakan salah satu di antaranya rukun Islam.
Namun demikian, dalam praktiknya ibadah haji di tanah haram tidak terlepas dari
ibadah umrah. Bagi kita yang masih awam tentunya akan banyak bertanya-tanya
bagaimana pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Supaya mampu menjawab pertanyaan
kita bersama tersebut, pada kesempatan kali ini akan membahas mengenai rukun umrah:
bercukur.
A.
Pengertian Bercukur
Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) menerangkan arti bercukur adalah memotong (membersihkan) janggut (cambang)
sendiri dengan pisau cukur. Bercukur juga diartikan sudah dicukur (tentang
janggut dan sebagainya). Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan
Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan bahwa dalam ibadah
haji, praktek yang lazim dilakukan, bercukur dilakukan pada tanggal 10
Zulhijjah setelah jemaah melempar Jamrah Kubra. Inilah yang disebut tahalul
awal. Namun, bercukur bisa dilaksanakan baik sebelum maupun setelah lempar
Jamrah Aqabah. Tahalul atau ada yang menulis dengan tahallul adalah
keadaan seseorang yang telah dihalalkan melakukan perbuatan yang sebelumnya dilarang
selama ihram. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menerangkan arti tahalul
yaitu mencukur atau menggunting rambut kepala; Tahalul juga diartikan dalam
keadaan menjadi boleh; diperbolehkan seseorang melakukan pekerjaan atau
kegiatan yang tadinya terlarang selama mengerjakan ibadah haji atau umrah
(ditandai dengan bercukur atau memotong beberapa helai rambut); selain itu
tahalul juga diartikan sebagai penghalalan. Buku Bimbingan Praktis Manasik Haji
KBIH MTA tahun 2016 menyebutkan bahwa tahalul adalah keadaan seseorang
yang telah dibolehkan melakukan perbuatan yang sebelumnya dilarang selama
berihram. Riwayat Rasulullah mencukur rambutnya pada haji wada adalah sebagai
berikut.
Hadis
Ke-1
صحيح مسلم ٢٢٩٧: و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ
سَعِيدٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ وَهُوَ ابْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْقَارِيُّ ح و
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا حَاتِمٌ يَعْنِي ابْنَ إِسْمَعِيلَ كِلَاهُمَا
عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَلَقَ رَأْسَهُ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ.
Artinya: Shahih Muslim nomor
2297: Dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, telah
menceritakan kepada kami Ya'qub bin Abdurrahman Al Qari. Dalam riwayat
lain, dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan
kepada kami Hatim bin Isma'il, keduanya dari Musa bin Uqbah dari Nafi'
dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah SAW mencukur rambutnya pada haji
wada.
B.
Macam Tahalul
Tahalul dibagi menjadi dua
macam, yaitu tahalul umrah dan tahalul haji. Adapun tahalul haji
terdiri atas dua macam, yaitu tahalul awal dan tahalul tsani. Sedangkan
tahalul umrah hanya satu tahalul saja. Tahalul umrah adalah keadaan
seseorang setelah melaksanakan semua rukun umrah dan karena itu dihalalkan (dibolehkan)
melakukan perbuatan yang sebelumnya dilarang selama berihram umrah. Sebagai tambahan
pengetahuan, berikut ini penjelasan mengenai tahalul awal dan tahalul tsani
yang terdapat pada rukun haji.
1. Tahalul awal
adayang menyebutnya dengan tahalul ashgar. Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah
terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan mengenai
tahalul awal yaitu keadaan seseorang yang telah melakukan dua di antara
kegiatan berikut ini: (a) melontar jamrah Aqabah kemudian memotong rambut
kepala atau bercukur; (b) tawaf ifadhah dan sa'i kemudian memotong rambut atau
bercukur. Setelah tahalul awal, jemaah boleh berganti pakaian biasa, memakai
wewangian dan melakukan semua larangan ihram, kecuali bercumbu dan bersetubuh
dengan pasangan. Buku Bimbingan Praktis Manasik Haji KBIH MTA tahun 2016
menyebutkan bahwa tahalul awal adalah keadaan seseorang yang telah melakukan
dua di antara tiga pekerjaan, yaitu: (a) melontar jumrah aqabah dan bercukur,
atau melontar jumrah aqabah dan tawaf ifadhah serta sai, atau tawaf ifadhah dan
sai dan bercukur. Sesudah tahalul awal seseorang boleh berganti pakaian biasa
dan memakai wangi-wangian, dan boleh mengerjakan semua yang dilarang selama
ihram, akan tetapi masih dilarang bersetubuh dengan istri/ suami. Adapun dalil
mengenai dua d iantara kegiatan dalam tahalul awal adalah sebagai berikut.
a.
Melontar
jamrah Aqabah kemudian memotong rambut kepala atau bercukur, hadisnya adalah
sebagai berikut.
Hadis
Ke-2
مسند أحمد ٢٣٩٥١: حَدَّثَنَا يَزِيدُ قَالَ
أَخْبَرَنَا الْحَجَّاجُ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ عَمْرَةَ عَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا رَمَيْتُمْ وَحَلَقْتُمْ فَقَدْ حَلَّ لَكُمْ الطِّيبُ وَالثِّيَابُ وَكُلُّ
شَيْءٍ إِلَّا النِّسَاءَ.
Artinya: Musnad Ahmad nomor
23951: Telah menceritakan kepada kami Yazid, dia berkata: telah
mengabarkan kepada kami Al Hajjaj dari Abi Bakar bin Muhammad
dari Amrah dari Aisyah berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Apabila
kalian telah melempar jamrah dan mencukur rambut maka telah halal bagi kalian
untuk berwangi-wangian, berpakaian, dan melakukan segala sesuatu kecuali menggauli
istri."
Keterangan:
Terkait rawi Al Hajjaj yang bernama Hajjaj bin Arthah bin Tsaur merupakan
tabi'ut abi'in kalangan tua dan wafat tahun 145 H. Komentar Ulama tentangnya di
antaranya Yahya bin Ma'in mengatakan shaduuq, dan juga laisa bi qowi,
serta mudallis, Abu Zur'ah Arrazy mengatakan shaduuq, Abu Zur'ah
Arrazy mengatakan yudallis, Abu Hatim Ar Rozy mengatakan yudallis
dan shaduuq, Ibnu Hajar Al 'Asqalani mengomentari shaduuq banyak
salah, yudallis, dan Ahli Fikih. Muslim meriwayatkan darinya satu hadis.
b. Tawaf ifadhah dan sa'i
kemudian memotong rambut atau bercukur. Adapun hadisnya adalah sebagai berikut.
Hadis
Ke-3
مسند الشافعي ٥٨٥: أَخْبَرَنَا أَنَسُ بْنُ
عِيَاضٍ، عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّهُ
قَالَ: " مَنْ أَدْرَكَ لَيْلَةَ النَّحْرِ مِنَ الْحَاجِّ فَوَقَفَ
بِحِيَالِ عَرَفَةَ قَبْلَ أَنْ يَطْلُعَ الْفَجْرُ فَقَدْ أَدْرَكَ الْحَجَّ،
وَمَنْ لَمْ يُدْرِكْ عَرَفَةَ فَوَقَفَ بِهَا قَبْلَ أَنْ يَطْلُعَ الْفَجْرُ
فَقَدْ فَاتَهُ الْحَجُّ، فَلْيَأْتِ الْبَيْتَ فَلْيَطُفْ بِهِ سَبْعًا،
وَيَطُوفُ بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ سَبْعًا، ثُمَّ لِيَحْلِقْ أَوْ يَقْصُرْ
إِنْ شَاءَ، وَإِنْ كَانَ مَعَهُ هَدْيُهُ فَلْيَنْحَرْهُ قَبْلَ أَنْ يَحْلِقَ،
فَإِذَا فَرَغَ مِنْ طَوَافِهِ وَسَعْيِهِ فَلْيَحْلِقْ أَوْ يَقْصُرْ، ثُمَّ
لِيَرْجِعْ إِلَى أَهْلِهِ، فَإِنْ أَدْرَكَهُ الْحَجُّ قَابِلَ فَلْيَحْجُجْ إِنِ
اسْتَطَاعَ، وَلْيُهْدِ بَدَنَةً، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ هَدْيًا فَلْيَصُمْ عَنْهُ
ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةً إِذَا رَجَعَ إِلَى أَهْلِهِ
Artinya: Musnad Syafi'i
nomor 585: telah mengabarkan kepada kami Anas bin Iyadh dari Musa bin
Uqbah, dari Nafi', dari Ibnu Umar bahwasannya ia pernah
berkata, “Barangsiapa di antara orang yang berhaji menjumpai di malam Hari Raya
Kurban sehingga wukuf di bukit Arafah sebelum fajar menyingsing, berarti ia
telah menjumpai haji. Barangsiapa yang tidak menjumpai Arafah dan melakukan wukuf
padanya sebelum fajar, berarti ia ketinggalan ibadah haji. Hendaklah ia
mendatangi Baitullah, lalu melakukan tawaf sebanyak 7 kali, demikian juga sai
antara Safa dan Marwah sebanyak 7 kali. Kemudian ia mencukur rambutnya, dan
jika suka boleh memotongnya. Apabila ia membawa hewan kurban, hendaklah
menyembelihnya sebelum bercukur. Apabila telah selesai dari tawaf dan sai,
hendaklah ia mencukur atau memendekkan rambutnya, lalu ia boleh kembali kepada
keluarganya jika ia menghendaki. Bila datang lagi kepadanya musim haji pada
tahun berikutnya, hendaklah ia melakukan haji jika mampu, dan hendaklah
menyembelih seekor hewan kurban. Jika ia tidak menemukan hewan kurban,
hendaklah ia berpuasa sebagai gantinya selama 3 hari dalam hari-hari haji dan 7
hari berikutnya bila telah kembali kepada keluarganya.
Keterangan:
Terkait kondisi kedua pada tahalul awal, secara jelas terdapat pada hadis
riwayat Bukhari nomor 1616 dan senada dengan hadis pada Musnad Syafi'i nomor
585.
2. Tahalul tsani ada
yang menyebutnya dengan tahalul akbar atau tahalul kedua. Buku Tuntunan
Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023
menerangkan mengenai tahalul tsani adalah keadaan ketika seorang jemaah telah
melakukan tiga kegiatan haji, yaitu melontar Jamrah Aqabah, memotong atau
mencukur rambut, dan tawaf ifadhah serta sai. Setelah tahalul tsani, jemaah
boleh bersetubuh dengan pasangannya. Buku Bimbingan Praktis Manasik Haji KBIH
MTA tahun 2016 menyebutkan bahwa tahalul tsani adalah keadaan seseorang yang
telah melakukan tiga perbuatan, yaitu: melontar jumrah aqabah , bercukur, dan
tawaf ifadhah serta sai. Bagi yang telah melakukan sai setelah tawaf qudum
(haji ifrad dan qiran) tidak perlu melakukan sai setelah tawaf ifadhah. Sesudah
tahalul tsani seseorang jemaah boleh bersetubuh dengan suami/ istri. Adapun
dalilnya adalah sebagai berikut.
Hadis
Ke-4
صحيح مسلم ٢١٢٨: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ
حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا أَبُو الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ ح و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَاللَّفْظُ لَهُ أَخْبَرَنَا أَبُو
خَيْثَمَةَ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: خَرَجْنَا
مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُهِلِّينَ بِالْحَجِّ
مَعَنَا النِّسَاءُ وَالْوِلْدَانُ، فَلَمَّا قَدِمْنَا مَكَّةَ طُفْنَا
بِالْبَيْتِ وَبِالصَّفَا وَالمَرْوَةِ فَقَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ لَمْ يَكُنْ مَعَهُ هَدْيٌ فَلْيَحْلِلْ. قَالَ:
قُلْنَا: أَيُّ الْحِلِّ؟ قَالَ: الْحِلُّ كُلُّهُ. قَالَ: فَأَتَيْنَا النِّسَاءَ
وَلَبِسْنَا الثِّيَابَ وَمَسِسْنَا الطِّيبَ. فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ
التَّرْوِيَةِ أَهْلَلْنَا بِالْحَجِّ وَكَفَانَا الطَّوَافُ الْأَوَّلُ بَيْنَ
الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ، فَأَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنْ نَشْتَرِكَ فِي الْإِبِلِ وَالْبَقَرِ كُلُّ سَبْعَةٍ مِنَّا فِي
بَدَنَةٍ.
Artinya: Shahih Muslim nomor
2128: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus, telah menceritakan
kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Abu Zubair
dari Jabir RA. Dalam riwayat lain, dan telah meceritakan kepada kami Yahya
bin Yahya, lafal juga darinya, telah mengabarkan kepada kami Abu
Khaitsamah dari Abu Zubair dari Jabir RA, ia berkata: Kami
pergi bersama Rasulullah SAW berihram haji, ikut bersama kami para perempuan
dan anak-anak. Setelah kami tiba di Makkah, kami lalu melakukan tawaf di
Kakbah, dan sai antara Safa dan Marwah. Kemudian Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa yang tidak membawa hadyu (binatang sembelihan), hendaklah
bertahalul.” Jabir berkata: Kami bertanya, “Apa sajakah yang
dihalalkan?” Rasulullah SAW menjawab, “Halal semuanya.” Jabir berkata:
Lalu kami menggauli istri, memakai pakaian biasa, dan memakai minyak wangi.
Ketika hari Tarwiyah (tanggal 8 Zulhijah), kami melakukan ihram haji. Dan mencukupi
pada kami tawaf yang pertama antara Safa dan Marwah (bagi yang berhaji qiran).
Kemudian Rasulullah SAW menyuruh kami supaya gabungan menyembelih seekor unta
atau lembu untuk tujuh orang.”
C.
Hukum Tahalul
Tahalul sendiri merupakan rukun
haji dan umrah sehingga termasuk kewajiban dalam berhaji dan umrah. Adapun
dalil mengenai tahalul adalah sebagai berikut.
Dalil
Al-Qur’an Ke-1
﴿ لَقَدْ صَدَقَ اللّٰهُ رَسُوْلَهُ
الرُّءْيَا بِالْحَقِّ ۚ
لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ اٰمِنِيْنَۙ
مُحَلِّقِيْنَ رُءُوْسَكُمْ وَمُقَصِّرِيْنَۙ
لَا تَخَافُوْنَ ۗفَعَلِمَ مَا
لَمْ تَعْلَمُوْا فَجَعَلَ مِنْ دُوْنِ ذٰلِكَ فَتْحًا قَرِيْبًا ﴾ ( الفتح: ٢٧)
Artinya; Sungguh, Allah benar-benar
akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenar-benarnya,
(yaitu) bahwa kamu pasti akan memasuki Masjidilharam, jika Allah menghendaki,
dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala,696) dan
memendekkannya, sedang kamu tidak merasa takut. Allah mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui dan sebelum itu Dia telah memberikan kemenangan yang dekat.697)
(QS. Al Fath: 27)
Catatan:
696) Yang dimaksud dengan mencukur
rambut kepala adalah tahalul setelah umrah.
697) Selang beberapa lama sebelum
terjadi Perjanjian Hudaibiah, Nabi Muhammad SAW bermimpi bahwa beliau bersama
para sahabatnya memasuki kota Makkah dan Masjidilharam. Sebagian mereka
menggunduli rambut dan yang lain memendekkannya. Nabi mengatakan bahwa mimpi
beliau itu akan terjadi. Kemudian, berita ini tersiar di kalangan kaum muslim,
orang-orang munafik, serta orang-orang Yahudi dan Nasrani. Setelah Perjanjian
Hudaibiah tercapai dan kaum muslim gagal memasuki Makkah, orang-orang munafik
memperolok-olokkan Nabi dan menyatakan bahwa mimpi beliau adalah bohong belaka.
Maka, turunlah ayat ini yang menyatakan bahwa mimpi Nabi itu pasti akan menjadi
kenyataan pada tahun yang akan datang. Sekiranya pada tahun terjadinya
Perjanjian Hudaibiah itu kaum muslim memasuki kota Makkah, dikhawatirkan jiwa
orang-orang Makkah yang menyembunyikan imannya akan terancam. Selain itu juga
ada hadis yang menerangkan riwayat Rasulullah para sahabat bertahalul.
Hadis
Ke-5
صحيح مسلم ٢١٣٢: حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنِي
أَبِي حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ أَبِي سُلَيْمَانَ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ
جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: أَهْلَلْنَا مَعَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْحَجِّ، فَلَمَّا
قَدِمْنَا مَكَّةَ أَمَرَنَا أَنْ نَحِلَّ وَنَجْعَلَهَا عُمْرَةً فَكَبُرَ ذَلِكَ
عَلَيْنَا وَضَاقَتْ بِهِ صُدُورُنَا، فَبَلَغَ ذَلِكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَمَا نَدْرِي أَشَيْءٌ بَلَغَهُ مِنْ السَّمَاءِ أَمْ شَيْءٌ
مِنْ قِبَلِ النَّاسِ، فَقَالَ: أَيُّهَا النَّاسُ، أَحِلُّوا، فَلَوْلَا
الْهَدْيُ الَّذِي مَعِي فَعَلْتُ كَمَا فَعَلْتُمْ. قَالَ: فَأَحْلَلْنَا حَتَّى
وَطِئْنَا النِّسَاءَ وَفَعَلْنَا مَا يَفْعَلُ الْحَلَالُ حَتَّى إِذَا كَانَ
يَوْمُ التَّرْوِيَةِ وَجَعَلْنَا مَكَّةَ بِظَهْرٍ أَهْلَلْنَا بِالْحَجِّ.
Artinya: Shahih Muslim nomor
2132: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair, telah menceritakan
kepadaku Bapakku, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin Abu
Sulaiman dari Atha` dari Jabir bin Abdullah RA, ia berkata:
Kami berihram haji bersama Rasulullah SAW. Setelah tiba di Makkah, beliau
menyuruh kami (setelah tawaf dan sai) supaya bertahalul dan menjadikannya ihram
‘umrah. Kami merasa keberatan dan hati kami kecewa dengan perintah Rasulullah
SAW tersebut. Kemudian kejadian itu sampai kepada Nabi SAW, kami tidak tahu
apakah beliau mengetahui hal itu dari langit atau dari orang-orang. Kemudian
beliau bersabda, “Wahai para manusia, bertahalullah kalian. Seandainya saya
tidak membawa binatang sembelihan, tentu saya akan melakukan seperti yang
kalian lakukan.” Jabir berkata: Lalu kami bertahalul. Lalu kami
mengumpuli istri dan melakukan apa yang dilakukan oleh orang yang tidak
berihram. Ketika memasuki hari tarwiyah, kami meninggalkan Makkah (menuju Mina)
dengan berihram haji.”
Hadis
Ke-6
صحيح البخاري ١٦١٦: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
أَبِي بَكْرٍ حَدَّثَنَا فُضَيْلُ بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ
عُقْبَةَ أَخْبَرَنِي كُرَيْبٌ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
قَالَ: لَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَكَّةَ
أَمَرَ أَصْحَابَهُ أَنْ يَطُوفُوا بِالْبَيْتِ وَبِالصَّفَا وَالْمَرْوَةِ ثُمَّ
يَحِلُّوا وَيَحْلِقُوا أَوْ يُقَصِّرُوا.
Artinya: Shahih Bukhari
nomor 1616: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Bakar, telah
menceritakan kepada kami Fudhail bin Sulaiman, telah menceritakan kepada
kami Musa bin 'Uqbah, telah mengabarkan kepada saya Kuraib dari Ibnu
'Abbas RA, ia berkata: Setelah Nabi SAW tiba di Makkah, beliau
menyuruh para sahabat supaya tawaf di Baitullah, dan sai antara Safa dan
Marwah, kemudian bertahalul, mencukur atau memotong rambut.
Keterangan: Bagi
yang mengerjakan haji tamatuk selesai mengerjakan sai antara Safa dan Marwah,
lalu tahalul (memotong rambut) maka sudah bebas dari seluruh larangan ihram,
tinggal menunggu hari Tarwiyah untuk mengerjakan haji.
D. Tata
Cara Bercukur sebagai Tahalul
Buku Tuntunan Manasik Haji dan
Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan
mengenai tata cara tahalul. Setelah selesai melaksanakan sai, bagi jemaah yang
melaksanakan haji tamattu' bercukur/ memotong rambut kepala. Dengan demikian,
selesailah pelaksanaan umrah. Adapun dalil mengenai tata cara tahalul adalah
sebagai berikut.
Hadis
Ke-7
صحيح مسلم ٢٢٩٨: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى
أَخْبَرَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ عَنْ هِشَامٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَتَى مِنًى فَأَتَى الْجَمْرَةَ فَرَمَاهَا ثُمَّ أَتَى مَنْزِلَهُ بِمِنًى
وَنَحَرَ ثُمَّ قَالَ لِلْحَلَّاقِ: خُذْ. وَأَشَارَ إِلَى جَانِبِهِ الْأَيْمَنِ
ثُمَّ الْأَيْسَرِ، ثُمَّ جَعَلَ يُعْطِيهِ النَّاسَ. و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ
بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَابْنُ نُمَيْرٍ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالُوا أَخْبَرَنَا
حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ عَنْ هِشَامٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ أَمَّا أَبُو بَكْرٍ
فَقَالَ فِي رِوَايَتِهِ لِلْحَلَّاقِ هَا وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى الْجَانِبِ
الْأَيْمَنِ هَكَذَا فَقَسَمَ شَعَرَهُ بَيْنَ مَنْ يَلِيهِ قَالَ ثُمَّ أَشَارَ
إِلَى الْحَلَّاقِ وَإِلَى الْجَانِبِ الْأَيْسَرِ فَحَلَقَهُ فَأَعْطَاهُ أُمَّ
سُلَيْمٍ وَأَمَّا فِي رِوَايَةِ أَبِي كُرَيْبٍ قَالَ فَبَدَأَ بِالشِّقِّ
الْأَيْمَنِ فَوَزَّعَهُ الشَّعَرَةَ وَالشَّعَرَتَيْنِ بَيْنَ النَّاسِ ثُمَّ
قَالَ بِالْأَيْسَرِ فَصَنَعَ بِهِ مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ هَا هُنَا أَبُو
طَلْحَةَ فَدَفَعَهُ إِلَى أَبِي طَلْحَةَ.
Artinya: Shahih Muslim nomor
2298: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, telah mengabarkan
kepada kami Hafsh bin Ghiyats dari Hisyam dari Muhammad bin
Sirin dari Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah SAW datang ke Mina,
lalu beliau datang ke tempat jamrah dan melemparnya. Kemudian beliau datang ke
tempat singgahnya di Mina dan menyembelih hadyu. Kemudian beliau bersabda
kepada tukang cukur, “Ambillah”, dan beliau menunjuk (kepala beliau) sebelah
kanan, kemudian sebelah kiri, kemudian beliau memberikan rambutnya kepada
orang-orang. Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah
dan Ibnu Numair dan Abu Kuraib, mereka berkata: telah mengabarkan
kepada kami Hafsh bin Ghiyats dari Hisyam dengan isnad ini.
Adapun Abu Bakr, maka ia berkata dalam riwayatnya: (Beliau bersabda
kepada tukang cukur): "HAA (cukurlah rambutku)." Beliau sambil
memberi isyarat ke arah kepala bagian kanannya seperti ini. Lalu beliau
membagi-bagikan rambutnya kepada mereka yang berada di dekat beliau. Setelah
itu beliau memberi isyarat kembali ke arah kepadala bagian kiri, maka tukang
cukur itu pun mencukurnya, dan beliau pun memberikan rambut itu kepada Ummu
Sulaim. Adapun dalam riwayat Abu Kuraib ia menyebutkan: Tukang cukur itu
pun memulainya dari rambut sebelah kanan seraya membagikannya kepada
orang-orang, baru pindah ke sebelah kiri dan juga berbuat seperti itu. Kemudian
beliau bersabda: "Ambilah ini wahai Abu Thalhah." Akhirnya beliau pun
memberikannya kepada Abu Thalhah.
Hadis
Ke-8
صحيح مسلم ٢٣٠٠: و حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ سَمِعْتُ هِشَامَ بْنَ حَسَّانَ يُخْبِرُ عَنْ ابْنِ
سِيرِينَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: لَمَّا رَمَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْجَمْرَةَ وَنَحَرَ نُسُكَهُ وَحَلَقَ نَاوَلَ
الْحَالِقَ شِقَّهُ الْأَيْمَنَ فَحَلَقَهُ ثُمَّ دَعَا أَبَا طَلْحَةَ
الْأَنْصَارِيَّ فَأَعْطَاهُ إِيَّاهُ ثُمَّ نَاوَلَهُ الشِّقَّ الْأَيْسَرَ،
فَقَالَ: احْلِقْ فَحَلَقَهُ. فَأَعْطَاهُ أَبَا طَلْحَةَ فَقَالَ: اقْسِمْهُ
بَيْنَ النَّاسِ.
Artinya: Shahih Muslim 2300:
Dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan
kepada kami Sufyan, saya mendengar Hisyam bin Hassan mengabarkan
dari Ibnu Sirin dari Anas bin Malik, ia berkata: Setelah
Rasulullah SAW melempar jumrah dan menyembelih hadyu, lalu mencukur rambutnya,
beliau menyerahkan kepala beliau sebelah kanan kepada tukang cukur, lalu ia
mencurkurnya, kemudian beliau memanggil Abu Thalhah Al-Anshari lalu memberikan
rambut itu kepadanya. Kemudian beliau menyerahkan kepalanya yang sebelah kiri
kepada tukang cukur dan bersabda, “Cukurlah,” kemudian ia mencukurnya, lalu
beliau memberikan rambut itu kepada Abu Thalhah dan bersabda, “Bagi-bagikanlah
kepada orang-orang.”
Sebagaimana hadis menerangkan
bahwa yang dicukur adalah bagian kanan terlebih dahulu, baru kemudian sebelah
kiri. Ketentuan cara memotong rambut adalah sebagai berikut.
1. Laki-laki mencukur gundul
atau memotong sebagian rambut kepala sambil membaca doa
mencukur rambut; .Hal tersebut
sebagaimana hadis berikut.
Hadis
Ke-9
صحيح البخاري ١٦١٢: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: اللَّهُمَّ ارْحَمِ الْمُحَلِّقِينَ، قَالُوا: وَالْمُقَصِّرِينَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: اللَّهُمَّ ارْحَمِ الْمُحَلِّقِينَ،
قَالُوا: وَالْمُقَصِّرِينَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: وَالْمُقَصِّرِينَ.
وَقَالَ اللَّيْثُ حَدَّثَنِي نَافِعٌ رَحِمَ اللَّهُ الْمُحَلِّقِينَ مَرَّةً
أَوْ مَرَّتَيْنِ قَالَ وَقَالَ عُبَيْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِي نَافِعٌ وَقَالَ فِي
الرَّابِعَةِ وَالْمُقَصِّرِينَ.
Artinya: Shahih Bukhari
nomor 1612: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf, telah
mengabarkan kepada kami Malik dari Nafi' dari 'Abdullah bin 'Umar RA bahwa
Rasulullah SAW berdoa: “Alloohummarhamil
muhalliqiin” (Ya Allah berilah rahmat kepada orang-orang yang
bercukur).” Para sahabat berkata, “Wal
muqoshshiriin, ya Rasuulallooh (Dan kepada orang-orang yang memotong
rambutnya, ya Rosulullah).” Beliau berdoa, Alloohummarhamil muhalliqiin“ (Ya
Allah berilah rahmat kepada orang-orang yang bercukur).” Para sahabat berkata,
“Wal
muqoshshiriin, ya Rosuulallooh (Dan kepada orang-orang yang memotong
rambutnya, ya Rasulullah)”. Beliau SAW bersabda, “Wal muqoshshiriin (Dan
kepada orang-orang yang memotong rambutnya).” Dan Al Laits berkata:
telah menceritakan kepada saya Nafi', (ia berkata: Beliau bersabda:)
"Allah merahmati orang-orang yang mencukur rambutnya". sekali atau
dua kali. Dia berkata: dan berkata 'Ubaidullah: telah menceritakan
kepada saya Nafi': dan Beliau berkata pada ucapan yang keempat:
"Dan bagi orang-orang yang hanya memendekkan rambutnya."
Hadis
Ke-10
صحيح مسلم ٢٢٩٦: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ
أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ وَأَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ عَنْ شُعْبَةَ
عَنْ يَحْيَى بْنِ الْحُصَيْنِ عَنْ جَدَّتِهِ أَنَّهَا، سَمِعَتْ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ دَعَا لِلْمُحَلِّقِينَ
ثَلَاثًا وَلِلْمُقَصِّرِينَ مَرَّةً. وَلَمْ يَقُلْ وَكِيعٌ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ.
Artinya: Shahih Muslim nomor
2296: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah, telah
menceritakan kepada kami Waki' dan Abu Dawud Ath Thiyalisi dari Syu'bah
dari Yahya bin Hushain dari Neneknya bahwasanya ia mendengar Nabi
SAW berdoa ketika haji wada, untuk orang-orang yang mencukur rambutnya tiga
kali, dan untuk orang-orang yang memotong rambutnya satu kali. Namun Waki'
tidak menyebutkan: "Pada saat haji wada.
2. Perempuan memotong sebagian
rambut kepala minimal tiga helai. Pendapat lain mengemukakan bahwa perempuan bercukur
untuk tahalul adalah dengan memendekkan rambutnya. Hal tersebut sebagaimana
hadis berikut.
Hadis
Ke-11
سنن الدارمي ١٨٢٦:
أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْمَدِينِيُّ حَدَّثَنَا هِشَامُ
بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ
جُبَيْرٍ عَنْ صَفِيَّةَ بِنْتِ شَيْبَةَ قَالَتْ أَخْبَرَتْنِي أُمُّ عُثْمَانَ
بِنْتُ أَبِي سُفْيَانَ أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ عَلَى النِّسَاءِ حَلْقٌ إِنَّمَا عَلَى
النِّسَاءِ التَّقْصِيرُ
Artinya: Sunan Darimi nomor
1826: Telah mengabarkan kepada kami Ali bin Abdullah Al Madini, telah
menceritakan kepada kami Hisyam bin Yusuf, telah menceritakan kepada
kami Ibnu Juraij, telah mengabarkan kepadaku Abdul Hamid bin Jubair
dari Shafiyah binti Syaibah, ia berkata; telah mengabarkan kepadaku Ummu
Utsman binti Abu Sufyan bahwa Ibnu Abbas berkata; "Rasulullah
SAW bersabda: “Tidak ada pada perempuan (ketika tahalul) mencukur (menggundul)
rambut, sesungguhnya yang ada pada wanita hanyalah memotong rambut.”
Hadis
Ke-12
سنن أبي داوود ١٦٩٤: حَدَّثَنَا أَبُو يَعْقُوبَ
الْبَغْدَادِيُّ ثِقَةٌ حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ يُوسُفَ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ عَنْ
عَبْدِ الْحَمِيدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ شَيْبَةَ عَنْ صَفِيَّةَ بِنْتِ شَيْبَةَ
قَالَتْ أَخْبَرَتْنِي أُمُّ عُثْمَانَ بِنْتُ أَبِي سُفْيَانَ أَنَّ ابْنَ
عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَيْسَ
عَلَى النِّسَاءِ الْحَلْقُ إِنَّمَا عَلَى النِّسَاءِ التَّقْصِيرُ.
Artinya: Sunan Abu Daud
nomor 1694: Telah menceritakan kepada kami Abu Ya'qub Al Baghdadi, ia
adalah orang-orang tsiqah, telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Yusuf
dari Ibnu Juraij dari Abdul Hamid bin Jubair bin Syaibah dari Shafiyyah
binti Syaibah, ia berkata: telah mengabarkan kepadaku Ummu Utsman binti
Abu Sufyan bahwa Ibnu Abbas berkata: Rasulullah SAW bersabda: “ Tidak
ada pada perempuan (ketika tahallul) mencukur (menggundul) rambut, sesungguhnya
yang ada pada perempuan hanyalah memotong rambut.”
3. Jemaah yang kepalanya botak
cukup menempelkan pisau cukur atau gunting di kepala sebagai isyarat mencukur
rambut. Setelah jemaah bercukur/ memotong rambut kepala, ibadah umrah yang dia
lakukan sudah selesai dan ta terbebas dari larangan-larangan ihram (tahalul).
Hadis tentang menempelkan pisau cukur atau gunting di kepala sebagai isyarat
mencukur rambut bagi jemaah yang kepalanya botak adalah sebagai berikut.
Hadis
Ke-13
سنن الدارقطني ٢٥٦٥: نا أَحْمَدُ بْنُ إِسْحَاقَ
بْنِ بُهْلُولٍ، نا مُؤَمَّلُ بْنُ إِهَابٍ، نا يَحْيَى الْجَارِيُّ، عَنْ عَبْدِ
الْعَزِيزِ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ فِي
الْأَصْلَعِ يَمُرُّ الْمُوسَى عَلَى رَأْسِهِ.
Artinya: Sunan Daruquthni
nomor 2565:telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ishak bin Al Buhlul,
telah menceritakan kepada kami Muammil bin Ihab, telah menceritakan
kepada kami Yahya Al Jari, dari Abdul Aziz, dari Ubaidillah,
dari Nafi', dari Ibnu Umar tentang orang yang botak kepalanya:
"Biarkan pisau cukur lewat di atas kepalanya."
E. Melanggar
Larangan Ihram Bersetubuh
Buku Tuntunan Manasik Haji dan
Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan
tentang melanggar larangan ihram bersetubuh dengan istri/ suami, baik sebelum tahalul
awal maupun sesudah tahalul awal. Apabila bersetubuh dengan istri/ suami
dilakukan sebelum tahalul awal, maka hajinya batal, diwajibkan menyelesaikan hajinya
dengan tetap berlaku larangan ihram, wajib mengulang haji tahun berikutnya
secara terpisah serta harus membayar kafarat seekor unta. Apabila bersetubuh
dengan istri/ suami dilakukan setelah tahalul awal, hajinya tidak batal dan
harus membayar kafarat seekor unta. Bila tidak sanggup, dia harus menggantinya
dengan menyembelih seekor sapi. Bila tidak mampu, dia menggantinya dengan menyembelih
tujuh ekor kambing. Bila tidak mampu juga, dia harus menggantinya dengan
memberi makan seharga unta kepada fakir miskin di tanah haram. Kalau tidak
mampu juga, dia harus berpuasa dengan hitungan satu hari untuk setiap mud dari
harga unta. Pendapat lain mengatakan, jika pelanggaran serupa ini dilakukan
sesudah tahalul awal, dam yang harus dia tebus hanya seekor kambing.
Kafarat seekor hewan kurban
sebagaimana diterangkan pada Musnad Syafi'i nomor 585. Adapun dalil sharih
selainnya penulis belum menemukan dan ada kemungkinan pengganti kafarat lainnya
sebab bersetubuh setelah tahalul awal adalah kafarat ketika membunuh hewan
buruan ketika berihram sebagaimana dalam Al-Qur’an Surat Al Maidah ayat 95. Hal
tersebut ada yang menyebutnya dengan denda takhyir wa taqdir. Takhyir
adalah memilih di antara tiga sifat. Sementara taqdir adalah berpindah
ke sesuatu yang nilai telah ditetapkan syariat tidak boleh bertambah dan tidak
boleh berkurang. Wallahu a’lam.
Dalil
Al-Qur’an Ke-2
﴿ يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقْتُلُوا الصَّيْدَ وَاَنْتُمْ حُرُمٌ ۗوَمَنْ
قَتَلَهٗ مِنْكُمْ
مُّتَعَمِّدًا فَجَزَۤاءٌ مِّثْلُ مَا قَتَلَ مِنَ النَّعَمِ يَحْكُمُ بِهٖ
ذَوَا عَدْلٍ مِّنْكُمْ هَدْيًاۢ
بٰلِغَ الْكَعْبَةِ اَوْ كَفَّارَةٌ طَعَامُ مَسٰكِيْنَ اَوْ عَدْلُ ذٰلِكَ
صِيَامًا لِّيَذُوْقَ وَبَالَ اَمْرِهٖ
ۗعَفَا اللّٰهُ عَمَّا سَلَفَ ۗوَمَنْ
عَادَ فَيَنْتَقِمُ اللّٰهُ مِنْهُ ۗوَاللّٰهُ
عَزِيْزٌ ذُو انْتِقَامٍ ﴾ ( الماۤئدة: ٩٥)
Artinya: Wahai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu membunuh hewan buruan,223) ketika kamu
sedang berihram (haji atau umrah). Siapa di antara kamu membunuhnya dengan
sengaja, dendanya (ialah menggantinya) dengan hewan ternak yang sepadan dengan
(hewan buruan) yang dibunuhnya menurut putusan dua orang yang adil di antara
kamu sebagai hadyu (hewan kurban) yang (dibawa) sampai ke Kakbah224)
atau (membayar) kafarat dengan memberi makan orang-orang miskin225)
atau berpuasa, seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu,226)
agar dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan
perbuatan yang telah lalu.227) Siapa kembali mengerjakannya, pasti
Allah akan menyiksanya. Allah Mahaperkasa lagi Maha Memiliki (kekuasaan) untuk
membalas. (QS. Al Maidah: 95).
Catatan:
223) Yang dimaksud hewan buruan pada
ayat ini adalah hewan yang boleh dimakan maupun tidak, kecuali burung gagak,
burung elang, kalajengking, tikus, dan anjing buas, termasuk juga ular, dalam
suatu riwayat.
224) Maksud sampai ke Kakbah pada ayat
ini adalah yang dibawa sampai ke daerah haram untuk disembelih di sana dan
dagingnya dibagikan kepada fakir miskin.
225) Membayar kafarat harus sepadan
dengan harga hewan ternak pengganti hewan yang dibunuh itu.
226) Puasa yang dilakukan sama jumlah
harinya dengan jumlah mud yang diberikan kepada fakir miskin, yaitu seharga
hewan yang dibunuh, dengan catatan, seorang fakir miskin mendapat satu mud
(lebih kurang 6,5 ons).
227) Maksud perbuatan yang telah lalu
dalam ayat ini adalah membunuh hewan sebelum turun ayat yang mengharamkannya.
G. Hikmah Bercukur
Buku Tuntunan Manasik Haji dan
Umrah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023 menerangkan
tentang bercukur yang merupakan rukun haji dan umrah. Mencukur rambut
adatah penegasan dan realisasi selesainya masa ihram. Setelah seseorang bercukur,
maka jemaah haji telah bertahalul, semua yang semula dilarang menjadi boleh. Ini
mengajarkan kepada umat Islam bahwa Muslim yang baik hanya melakukan hal-hal
yang dihalalkan Allah SWT. Ketika seseorang mencukur ram but, kotoran yang melekat
pada rambut menjadi hilang karena rambut kepala berfungsi menjaga otak dari
berbagai penyakit. Otak yang sehat akan membuahkan pemikiran yang positif.
Memotong atau mencukur rambut hingga gundul hanya diperintahkan kepada kaum
laki-laki, sedangkan kaum perempuan hanya diperintahkan memotong sebagian
rambut kepala saja. Hal ini sesuai hadis Nabi Muhammad SAW pada hadis riwayat Abu
Daud nomor 1694.
Mengapa rambut kepala yang dicukur?
Kepala adalah mahkota dan rambut adalah hiasannya. Dipotongnya rambut memberikan
isyarat bahwa pangkat, kedudukan, dan status sosial yang dimiliki seseorang
pasti akan berakhir. Mencukur rambut juga memberikan pelajaran tentang
pentingnya sikap tawaduk/ rendah hati. Betapapun tinggi pangkat seseorang, di
hadapan Allah pangkat itu tak akan berarti apa-apa jika pangkat tersebut
membuatnya lalai dan jauh dari Allah SWT. Potonglah simbol kesombongan itu,
lalu letakkan dan buanglah ke tanah. Hiduplah bersama tanah yang memiliki sifat
ketundukan dan kasih sayang.
Demikian di antaranya yang berkaitan
dengan haji dan /atau umrah umrah. Semoga yang informasi yang didapat membuat
kita punya gambaran mengenai ibadah haji dan umrah. Melalui gambaran yang ada,
kita paham tata cara pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Dalil yang kita gunakan
untuk beribadah adalah dalil dari Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan/ atau
hadis shahih atau setidaknya hasan lidzatihi. Adapun selain dalil
yang ada, tidak menutup kemungkinan terdapat dalil yang shahih maupun sharih
lainnya yang bisa kita gunakan sebagai landasan hukum ibadah.
Penulis menyadari bahwa sampai
tulisan ini diterbitkan belum pernah melaksanakan ibadah haji dan umrah.
Tulisan ini bukan bermaksud menggurui. Namun sebagai sarana penambah wawasan
dan pengingat kembali mengenai manasik haji dan umrah. Adapun saran yang
membangun untuk menambah wawasan bersama dari pembaca yang sudah berhaji dan
berumrah maupun yang belum adalah sangat diharapkan demi ulasan yang lebih baik
sesuai Al-Qur’an dan As-Sunah. Bagi yang belum, semoga Allah meridai kita
semuanya untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Semoga kita mampu
melaksanakan ibadah haji dan umrah dengan baik dan maksimal sehingga
kesempurnaan amal salih tercapai dan akhirnya memperoleh surga sebagaimana janjinya
Allah. Aamiin.