Salat merupakan rukun Islam yang kedua. Salat diawali dengan takbiratul ihram lalu bersedekap, kemudian membaca doa iftitah, membaca isti’adzah, membaca basmalah dilanjutkan membaca Al Fatihah, ta’min setelah Al Fatihah dan kemudian membaca surat atau ayat-ayat Alquran. Setelah selesai membaca surat atau ayat-ayat Alquran ketika salat, yang dilakukan selanjutnya adalah rukuk. Adapun setelah rukuk adalah i’tidal yang dimaknai keadaan berdiri yang memisahkan antara ruku’ dan sujud.
Secara bahasa i’tidal (الاِعْتِدَالُ) bermakna menjadikan sesuatu lurus dan tegak (Lisanul ‘Arab li Ibni Mandzur 11: 434.). Sementara secara istilah, i’tidal merupakan bentuk gerakan bangkit dari ruku’ dan sujud dengan tegak dan lurus (Al Mughni li Ibni Qudamah 1: 513). Melalui pengertian tersebut, i’tidal adalah posisi dimana setelah selesai rukuk yang mana bangkit dari rukuk dengan mengangkat dua tangan hingga sejajar dengan dua bahu/ telinga sambil mengucapkan Sami'alloohu liman hamidah (tasmi’). Kemudian disusul dengan membaca Robbanaa wa lakal-hamdu (tahmid), atau bacaan i'tidal yang lain, sehingga berdiri tegak dan setiap tulang kembali ke tempatnya. Adapun dalil beserta sanad terkait i’tidal adalah sebagai berikut.
A. Gerakan I’tidal
Gerakan i’tidal hendaknya dilakukan dengan tuma’ninah. Ulama berbeda pendapat tentang cara i’tidal. Adapun pendapat yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Pendapat Pertama
Gerakan orang salat setelah bangkit dari rukuk lalu i’tidal adalah tangan bersedekap sebagaimana keadaan sebelum rukuk. Pendapat ini mengetengahkan alasan sebagai berikut:
Hadis Pertama
أَخْبَرَنَا سُوَيْدُ بْنُ نَصْرٍ قَالَ أَنْبَأَنَا عَبْدُ اللَّهِ عَنْ مُوسَى بْنِ عُمَيْرٍ الْعَنْبَرِيِّ وَقَيْسِ بْنِ سُلَيْمٍ الْعَنْبَرِيِّ قَالَا حَدَّثَنَا عَلْقَمَةُ بْنُ وَائِلٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ قَائِمًا فِي الصَّلَاةِ قَبَضَ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ. النسائى
Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Suwaid bin Nashr dia berkata; telah memberitakan kepada kami Abdullah (bin Al Mubarak bin Wadlih) dari Musa bin 'Umair Al 'Anbari dan Qais bin Sulaim Al 'Anbari mereka berdua berkata; Telah menceritakan kepada kami 'Alqomah bin Wa'il dari Bapaknya (Wa'il bin Hajar bin Sa'ad), dia berkata; "Aku melihat Rasulullah SAW apabila berdiri untuk salat beliau memegang tangan kirinya pada tangan kanannya." (HR. Nasai, no. 877).
Hadis Kedua
نا أَبُو مُوسَى، نا مُؤَمَّلٌ، نا سُفْيَانُ، عَنْ عَاصِمِ بْنِ كُلَيْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى عَلَى صَدْرِهِ. ابن خزيمة
Artinya: Abu Musa mengabarkan kepada kami, Muammal mengabarkan kepada kami, Sufyan mengabarkan kepada kami dari Ashim bin Kulaib, dari Ayahnya (Kulaib bin Syihab bin Al Majnun), dari Wail bin Hujr, ia berkata, “Aku pernah melaksanakan salat bersama Rasulullah SAW, beliau meletakkan tangan kanannya pada tangan kirinya di dadanya.” (HR. Ibnu Khuzaimah, dalam Shahihnya no. 479).
Hadis Ketiga
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ: كَانَ النَّاسُ يُؤْمَرُونَ أَنْ يَضَعَ الرَّجُلُ الْيَدَ الْيُمْنَى عَلَى ذِرَاعِهِ الْيُسْرَى فِي الصَّلَاةِ. قَالَ أَبُو حَازِمٍ لَا أَعْلَمُهُ إِلَّا يَنْمِي ذَلِكَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ إِسْمَاعِيلُ يُنْمَى ذَلِكَ وَلَمْ يَقُلْ يَنْمِي. البخارى
Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah dari Malik (bin Anas bin Malik bin Abi 'Amir) dari Abu Hazim (Salamah bin Dinar) dari Sahl bin Sa'd berkata, "Adalah orang-orang (para sahabat) diperintahkan bahwa seseorang agar meletakkan tangan kanannya pada tangan kirinya dalam salat”." Abu Hazim berkata, "Aku tidak mengetahui dia Sahl kecuali bahwa dia menyandarkan hal tersebut kepada Nabi SAW. Isma'il berkata, "Hadis ini dimarfu'kan kepada Nabi SAW dan bukan mengatakan dia mengambil dari Nabi SAW." (HR. Bukhari, no. 698).
Penjelasan Singkat Pendapat Pertama
Melalui dalil pada hadis pertama, kedua, dan ketiga, terdapat petunjuk disyariatkannya bagi orang salat supaya meletakkan tangan kanan pada tangan kirinya ketika berdiri. Hal tersebut berlaku baik sebelum rukuk maupun sesudah rukuk. Pada hadis diterangkan bahwa Sahl bin Sa’ad mengabarkan bahwa orang-orang (para sahabat) diperintahkan Nabi SAW supaya seseorang ketika salat meletakkan tangan kanannya pada tangan kirinya. Hadis pertama, kedua, dan ketiga menjelaskan agar orang salat dalam keadaan rukuk supaya meletakkan kedua telapak tangannya pada kedua lututnya, dalam keadaan sujud meletakkan kedua telapak tangannya pada bumi (tempat sujud) sejajar dengan kedua bahu atau telinga, dalam keadaan duduk antara dua sujud, dan dalam tasyahhud meletakkan tangannya pada kedua paha dan lututnya. Semua yang dilakukan itu dengan dalil masing-masing secara terperinci. Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa maksud dalam hadis riwayat Sahl bin Sa’d dan Wail bin Hujr adalah disyari’atkan bagi orang salat ketika berdiri dalam salat supaya meletakkan tangan kanan pada tangan kirinya (bersedekap), sebagaimana ketika berdiri sebelum rukuk maupun sesudah rukuk. Hal tersebut karena tidak ada riwayat dari Nabi SAW yang membedakan antara keduanya sehingga barangsiapa membedakan keduanya haruslah ditunjukkan dalilnya.
Perintah bersedekap dalam salat yang mestinya tetap dikerjakan selama di dalam salat ternyata hanya ditujukan ketika berdiri saja. Pemalingan tersebut karena adanya dalil lain, yaitu dalil perincian tentang meletakkan telapak tangan ketika rukuk, sujud, duduk antara dua sujud, dan duduk tasyahhud. Oleh karena itu, maksud disyari’atkannya bersedekap dalam salat pada hadis Bukhari dan lainnya itu adalah tidak dari awal sampai akhir harus bersedekap, tetapi ditujukan hanya pada waktu berdiri saja sebagaimana riwayat Nasai. Orang yang salatnya mencontoh Nabi SAW mesti bersedekap. Orang salat tidak akan melepaskan sedekap kecuali untuk mengerjakan dalil yang khusus. Pengertian berdiri dalam salat bersifat umum, meliputi berdiri sebelum dan sesudah rukuk. Keumuman tersebut tetap terpakai selama tidak ada yang mengkhususkannya. Pendapat pertama ini tidak mau melakukan tanpa memiliki alasan yang berarti tidak mencontoh salatnya Nabi SAW. Hal tersebut karena berdiri dalam salat ada dua macam, yaitu sebelum rukuk dan sesudah rukuk sehingga pada kedua tempat itu mesti bersedekap.
Pendapat Kedua
Gerakan orang salat setelah bangkit dari rukuk lalu i’tidal adalah tangan dilepas sebagaimana sebelum salat. Alasan pendapat ini adalah sebagai berikut:
Hadis Keempat
حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جُحَادَةَ حَدَّثَنِي عَبْدُ الْجَبَّارِ بْنُ وَائِلٍ عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَائِلٍ وَمَوْلًى لَهُمْ أَنَّهُمَا حَدَّثَاهُ عَنْ أَبِيهِ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ، أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ كَبَّرَ وَصَفَ هَمَّامٌ حِيَالَ أُذُنَيْهِ ثُمَّ الْتَحَفَ بِثَوْبِهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ أَخْرَجَ يَدَيْهِ مِنْ الثَّوْبِ ثُمَّ رَفَعَهُمَا ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ فَلَمَّا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَفَعَ يَدَيْهِ فَلَمَّا سَجَدَ سَجَدَ بَيْنَ كَفَّيْهِ. مسلم
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Affan telah menceritakan kepada kami Hammam telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Juhadah telah menceritakan kepadaku Abdul Jabbar bin Wail dari Alqamah bin Wail dan maula milik mereka bahwa keduanya telah menceritakannya dari bapaknya, Wail bin Hujr "Bahwasanya dia melihat Nabi SAW mengangkat kedua tangannya ketika masuk salat, bertakbir." Hammam menggambarkannya, "Di hadapan kedua telinganya, kemudian melipatnya pada bajunya kemudian meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya. Ketika dia ingin rukuk, maka beliau mengeluarkan kedua tangannya dari bajunya, kemudian mengangkat keduanya, kemudian bertakbir, lalu rukuk. Ketika beliau mengucapkan, 'Samiallahu liman Hamidah' maka beliau mengangkat kedua tangannya. Ketika beliau sujud, maka beliau sujud di antara kedua telapak tangannya." (HR. Muslim, no. 608).
Keterangan: Nabi SAW meletakkan tangan kanannya pada tangan kirinya (bersedekap). Beliau melakukan setelah takbiratul ihram sampai akan rukuk. Setelah rukuk tidak ada keterangan beliau kembali bersedekap.
Hadis Kelima
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَاصِمِ بْنِ كُلَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ وَائِلٍ الْحَضْرَمِيِّ قَالَ صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَكَبَّرَ حِينَ دَخَلَ وَرَفَعَ يَدَهُ وَحِينَ أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ وَ حِينَ رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ رَفَعَ يَدَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ وَ جَافَى وَ فَرَشَ فَخِذَهُ الْيُسْرَى مِنْ الْيُمْنَى وَ أَشَارَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ. أحمد
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Ashim bin Kulaib, dari Bapaknya (Kulaib bin Syihab bin Al Majnun), dari Wa`il Al Hadlrami, ia berkata; Aku salat di belakang Rasulullah SAW, maka ketika memulai beliau bertakbir dan mengangkat kedua tangannya, ketika akan rukuk beliau mengangkat kedua tangannya, ketika mengangkat kepalanya dari rukuk beliau mengangkat kedua tangannya, dan beliau meletakkan kedua telapak tangannya (ketika sujud) dan merenggangkan tangannya (dari lambungnya), dan (ketika atahiyat) beliau bertumpu pada pahanya yang kiri, dan dari pahanya yang kanan beliau berisyarat dengan jari telunjuknya (HR. Ahmad, no. 18100).
Keterangan: Nabi SAW setelah rukuk lalu bersedekap, tetapi maksudnya Wail bin Hujr menerangkan bahwa Nabi SAW ketika salat meletakkan kedua telapak tangannya ketika sujud. Bahkan dalam hadis sama sekali tidak menerangkan tentang bersedekap. Adapun arti “wa wadlo’a kaffaihi” adalah beliau meletakkan kedua telapak tangannya (di waktu sujud).
Penjelasan Singkat Pendapat Kedua
Tangan orang salat ketika i’tidal tidak bersedekap, tetapi dilepas. Hal tersebut karena tidak ada hadis yang jelas-jelas menunjukkan bahwa Nabi SAW bersedekap ketika i’tidal. Sementara dalam hal ibadah mestinya hanya sekedar mengikut kepada contoh Nabi SAW. Adapun penulis cenderung pada pendapat kedua yaitu tidak bersedekap ketika i’tidal.
B. Bacaan I’tidal
Bacaan i’tidal di dalamnya ada dua macam yang dilafalkan, yakni tasmi’ dan tahmid. Adapun bacaan i’tidal sebagaimana yang ada pada hadis berikut.
Hadis Keenam
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلَاةَ وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ رَفَعَهُمَا كَذَلِكَ أَيْضًا وَقَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ وَكَانَ لَا يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي السُّجُودِ. البخارى
Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Salim bin 'Abdullah, dari Bapaknya (Abdullah bin 'Umar bin Al Khaththab bin Nufail), bahwa Rasulullah SAW mengangkat tangannya sejajar dengan pundaknya ketika memulai salat, ketika takbir untuk rukuk dan ketika bangkit dari rukuk dengan mengucapkan: 'SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH RABBANAA WA LAKAL HAMDU (Semoga Allah mendengar orang yang memuji-Nya. Ya Rabb kami, milik Engkaulah segala pujian)'. Beliau tidak melakukan seperti itu ketika akan sujud." (HR. Bukhari, no. 693).
Hadis Ketujuh
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَلَا تَخْتَلِفُوا عَلَيْهِ فَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ وَإِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوا وَإِذَا صَلَّى جَالِسًا فَصَلُّوا جُلُوسًا أَجْمَعُونَ وَأَقِيمُوا الصَّفَّ فِي الصَّلَاةِ فَإِنَّ إِقَامَةَ الصَّفِّ مِنْ حُسْنِ الصَّلَاةِ. البخارى
Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Muhammad berkata, telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq, telah mengabarkan kepada kami Ma'mar, dari Hammam bin Munabbih, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Dijadikannya Imam adalah untuk diikuti, maka janganlah kalian menyelisihnya. Jika ia rukuk maka rukuklah kalian, jika ia mengucapkan 'SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH' maka ucapkanlah, 'RABBANAA LAKAL HAMDU'. Jika ia sujud maka sujudlah kalian, jika ia salat dengan duduk maka shalatlah kalian semuanya dengan duduk, dan luruskanlah saf, karena lurusnya saf merupakan bagian dari sempurnanya salat." (HR. Bukhari, no. 680).
Hadis Kedelapan
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ سُمَيٍّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَالَ الْإِمَامُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. البخارى
Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik, dari Sumayya, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Jika Imam mengucapkan 'SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH (semoga Allah mendengar pujian orang yang memuji-Nya)', maka ucapkanlah: 'ALLAHUMMA RABBANAA LAKAL HAMDU (Wahai Rabb kami, bagi-Mu lah segala pujian)'." Karena barangsiapa yang ucapannya bersamaan dengan ucapan Malaikat, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR. Bukhari, no. 754).
Hadis Kesembilan
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ نُعَيْمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْمُجْمِرِ عَنْ عَلِيِّ بْنِ يَحْيَى بْنِ خَلَّادٍ الزُّرَقِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ الزُّرَقِيِّ قَالَ: كُنَّا يَوْمًا نُصَلِّي وَرَاءَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرَّكْعَةِ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ قَالَ رَجُلٌ وَرَاءَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ مَنْ الْمُتَكَلِّمُ قَالَ أَنَا قَالَ رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلَاثِينَ مَلَكًا يَبْتَدِرُونَهَا أَيُّهُمْ يَكْتُبُهَا أَوَّلُ. البخارى
Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah, dari Malik, dari Nu'aim bin 'Abdullah Al Mujmir, dari 'Ali bin Yahya bin Khallad Az Zuraqi, dari Bapaknya (Yahya bin Khallad bin Rafi' bin Malik bin Al 'Ajlan), dari Rifa'ah bin Rafi' Az Zuraqi berkata, "Pada suatu hari kami salat di belakang Nabi SAW. Ketika mengangkat kepalanya dari rukuk beliau mengucapkan: 'SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Semoga Allah mendengar punjian orang yang memuji-Nya)'. Kemudian ada seorang laki-laki yang berada di belakang beliau membaca; 'RABBANAA WA LAKAL HAMDU HAMDAN KATSIIRAN THAYYIBAN MUBAARAKAN FIIHI (Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala pujian, aku memuji-Mu dengan pujian yang banyak, yang baik dan penuh berkah)'." Selesai salat beliau bertanya: "Siapa orang yang membaca kalimat tadi?" Orang itu menjawab, "Saya." Beliau bersabda: "Aku melihat lebih dari tiga puluh Malaikat berebut siapa di antara mereka yang lebih dahulu untuk menuliskan kalimat tersebut." (HR. Bukhari, no. 757).
Hadis Kesepuluh
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ عُبَيْدِ بْنِ الْحَسَنِ عَنْ ابْنِ أَبِي أَوْفَى قَالَ، كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ ظَهْرَهُ مِنْ الرُّكُوعِ قَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ. اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ. مسلم
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah, telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah dan Waki', dari al-A'masy, dari Ubaid bin al-Hasan, dari Ibnu Abi Aufa dia berkata, "Dahulu Rasulullah SAW apabila beliau mengangkat punggungnya dari rukuk maka beliau mengucapkan, 'Sami'allahu Liman Hamidahu, Allahumma Rabbana laka al-Hamdu Mil'u as-Samawati wa Mil'u al-Ardh wa Mil'u Ma Syi'ta Min Sya'in Ba'du. (Semoga Allah mendengar kepada orang yang memuji-Nya. Ya Allah, Rabb kami, segala puji bagimu sepenuh langit dan bumi serta sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki setelah itu)'." (HR. Muslim, no. 733).
Hadis Kesebelas
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الدَّارِمِيُّ أَخْبَرَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُحَمَّدٍ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ عَطِيَّةَ بْنِ قَيْسٍ عَنْ قَزْعَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ قَالَ: رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ. مسلم
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdurrahman ad-Darimi, telah mengabarkan kepada kami Marwan bin Muhammad ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Abdul Aziz, dari 'Athiyah bin Qais, dari Qaz'ah, dari Abu Sa'id al-Khudri dia berkata, "Dahulu Rasulullah SAW apabila mengangkat kepalanya dari rukuk maka beliau membaca, ‘ROBBANAA LAKAL HAMDU MIL'US SAMAAWAATI WAL ARDHI WAMIL'U MAA SYI"TA MIN SYAI"IN BA'DU, AHLATS TSANAA"I WAL MAJDI, AHAQQU MAA QOOLAL 'ABDU, WAKULLUNA LAKA 'ABDUN, ALLOOHUMMA LAA MAANI'A LIMAA A'THOITA WALAA MU'THIYA LIMAA MANA'TA WALAA YANFA'U DZAL JADDI MINKAL JADDU (Ya Allah, Rabb kami, segala puji bagi-Mu sepenuh langit dan bumi serta sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki setelah itu, wahai Pemilik pujian dan kemulian, itulah yang paling hak yang diucapkan seorang hamba. Dan setiap kami adalah hamba untuk-Mu. Ya Allah, tidak ada penghalang untuk sesuatu yang Engkau beri, dan tidak ada pemberi untuk sesuatu yang Engkau halangi. Tidaklah bermanfaat harta orang yang kaya dari azabmu'." (HR. Muslim, no. 736).
Hadis Keduabelas
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا هُشَيْمُ بْنُ بَشِيرٍ أَخْبَرَنَا هِشَامُ بْنُ حَسَّانَ عَنْ قَيْسِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ قَالَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ. حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا حَفْصٌ حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ حَسَّانَ حَدَّثَنَا قَيْسُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى قَوْلِهِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ وَلَمْ يَذْكُرْ مَا بَعْدَهُ. مسلم
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami Husyaim bin Basyir telah mengabarkan kepada kami Hisyam bin Hassan dari Qais bin Sa'ad dari 'Atha' dari Ibnu Abbas "Bahwa Nabi SAW dahulu apabila mengangkat kepalanya dari rukuk maka mengucapkan, 'ALLAHUMMA ROBBANAA LAKAL HAMDU MIL’US SAMAAWAATI WA MIL’UL ARDHI WAMAA BAINAHUMAA, WAMIL’U MAA SYI’TA MIN SYAI’IN BA'DU, AHLATS TSANAA’I WAL MAJDI, LAA MAANI'A LIMAA A’THOITA, WALAA MU'THIYA LIMAA MANA’TA WALAA YANFA'U DZAL JADDI MINKAL JADDU (Ya Allah, Rabb kami, segala puji bagi-Mu sepenuh langit dan bumi serta sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki setelah itu, Wahai Pemilik pujian dan kemulian. Ya Allah, tidak ada penghalang untuk sesuatu yang Engkau beri, dan tidak ada pemberi untuk sesuatu yang Engkau halangi. Tidaklah bermanfaat harta orang yang kaya dari azabmu)'." Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami Hafsh telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Hassan telah menceritakan kepada kami Qais bin Sa'ad dari 'Atha' dari Ibnu Abbas dari Nabi SAW hingga sabdanya, "Dan sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki setelah itu." Dan tidak menyebutkan kalimat setelahnya. (HR. Muslim, no. 737).
Hadis Ketigabelas
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالَ ابْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مَجْزَأَةَ بْنِ زَاهِرٍ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أَوْفَى يُحَدِّثُ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاءِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ اللَّهُمَّ طَهِّرْنِي بِالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَالْمَاءِ الْبَارِدِ اللَّهُمَّ طَهِّرْنِي مِنْ الذُّنُوبِ وَالْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الْوَسَخِ. حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي قَالَ ح و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ كِلَاهُمَا عَنْ شُعْبَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ فِي رِوَايَةِ مُعَاذٍ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّرَنِ وَفِي رِوَايَةِ يَزِيدَ مِنْ الدَّنَسِ. مسلم
Artinya: Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin al-Mutsanna dan Ibnu Basysyar Ibnu al-Mutsanna berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Majza'ah bin Zahir, dia berkata, saya mendengar Abdullah bin Abi Aufa bercerita dari Nabi SAW bahwa beliau dahulu membaca doa, "AllAhumma lakal hamdu, mil-us samaai wa mil-ul ardli wa mil-u maa syi'ta min syai-in ba'du. Alloohumma thohhirnii bits-tsalji wal barodi wal maail baarid. Alloohumma thohhirnii minadz-dzunuubi wal khothooyaa kamaa yunaqqots-tsaubul abyadlu minal wasakhi (Ya Allah, Rabb kami, segala puji bagimu sepenuh langit dan bumi serta sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki setelah itu. Ya Allah bersihkanlah aku dengan es, embun, dan air yang dingin. Ya Allah bersihkanlah aku dari dosa dan kesalahan sebagaimana baju yang putih dibersihkan dari kotoran)." Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Mu'adz, telah menceritakan kepada kami Bapakku dia berkata, --Lewat jalur periwayatan lain-- dan telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun keduanya meriwayatkan dari Syu'bah dengan isnad ini, dalam riwayat Muadz, "Sebagaimana baju yang putih dibersihkan dari kotoran (daran)." Sedangkan riwayat Yazid, "Dari kotoran (danas)." (HR. Muslim, no. 735).
Melalui hadis keenam hingga hadis ketigabelas merupakan diantaranya bacaan i’tidal. Bacaan i’tidal yang ada dalam hadis lengkap dengan tulisan Arab, transiterasi ke latin, artinya, dan lengkap beserta sanad. Namun demikian ada bacaan i'tidal lain yang tidak disebutkan di ulasan ini. Demikianlah cara/ gerakan i’tidal beserta bacaannya. Semoga yang sedikit ini mampu memberikan manfaat kepada umat. Aamiin.
No comments:
Post a Comment