بِسْمِ اللهِ، اَلـْحَمْدُ ِللهِ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهَ ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، اللَّهُمَّ لَا سَهْلَ إِلَّا مَا جَعَلْتَهُ سَهْلًا وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلًا. أَمَّا بَعْدُ.
Ma’asyiral muslimin wal muslimat rakhimakumullah.
Syukur alhamdulillah kita haturkan kehadirat Allah SWT yang memberi nikmat kesempatan kepada kita semuanya untuk memperbanyak amal salih. Selawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah membawa nur Islam kepada umatnya. Semoga kita semuanya diberi kemudahan dalam mengamalkan ajaran Islam.
Ma’asyiral muslimin wal muslimat rakhimakumullah.
Ada dua kenikmatan yang sering terlupakan dan tersia-saiakan begitu saja oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang. Apabila tidak waspada dan terlena, maka dua kenikmatan itu malah menggiring ke neraka. Sebagai contoh, nikmat sehat dan waktu luang digunakan untuk menjadi wasit terhadap orang lain. Apa yang dilakukan seseorang selalu dinilai salah karena berbeda pandangan. Mudah untuk mengomentari kehidupan orang lain, padahal kehidupannya sendiri jauh dari apa yang ia katakan. Merasa paling benar sendiri, merasa paling mulia sendiri, pendapat pandangan dan pilihan orang lain dianggap salah. Ini adalah salah satu sifat kesombongan. Sudah sombong, diingatkan dengan apa yang disampaikan Allah dan Rasul-Nya tidak mau taslim. Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. Padahal kita tahu bahwa sebab iblis itu diusir karena sombong, merasa lebih baik dari Adam. Iblis telah kufur terhadap Allah. Tentu kita menghindari hal itu. Allah berfirman,
مَثَلُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ اَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيْحُ فِيْ يَوْمٍ عَاصِفٍۗ لَا يَقْدِرُوْنَ مِمَّا كَسَبُوْا عَلٰى شَيْءٍ ۗذٰلِكَ هُوَ الضَّلٰلُ الْبَعِيْدُ
Artinya: Perumpamaan orang-orang yang kufur kepada Tuhannya, perbuatan mereka seperti abu yang ditiup oleh angin kencang pada saat badai. Mereka tidak kuasa (memperoleh manfaat) sama sekali dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (QS. Ibrahim: 18).
Oleh karenanya, semaksimal mungkin kita isi saat sehat dan waktu luang kita untuk beribadah. Kebaikan pada ibadah yang kita lakukan sejatinya untuk kita sendiri. Meskipun ibadah itu terbagi menjadi ibadah mahdlah dan ibadah ghairu mahdlah, sejatinya dua hal itu akan kembali kepada kita masing-masing. Allah berfirman,
فَمَنْ يَّعْمَلْ مِنَ الصّٰلِحٰتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا كُفْرَانَ لِسَعْيِهٖۚ وَاِنَّا لَهٗ كٰتِبُوْنَ
Artinya: Siapa yang mengerjakan kebajikan dan dia beriman, maka usahanya tidak akan diingkari (disia-siakan). Sesungguhnya Kamilah yang mencatat untuknya. (QS. Al Anbiya’: 94).
Ma’asyiral muslimin wal muslimat rakhimakumullah.
Bila kita beriman dan melakukan berbagai kebaikan, baik ibadah mahdlah dan ibadah ghairu mahdlah, maka hal tersebut adalah usaha untuk menjauhkan diri dari api neraka. Maka sebaiknya kita memperbanyak amal salih demi memperoleh rida Allah SWT. Selain itu, kita hendaknya jangan merusak amal perbuatan yang kita lakukan, terutama di akhir bulan Ramadan ini. Semoga yang sedikit ini bisa menjadi nasihat bagi diri saya dan umumnya bermanfaat bagi jamaah semuanya. Mohon maaf apabila terdapat tutur kata yang kurang berkenan.