Maasyiral muslimin wal muslimat
rahimakumullah.
Kita hidup di dunia ini merupakan anuerah. Namun
perlu diingat bahwa kita tidaklah hidup selamanya. Sebab kita tahu bahwa setiap
yang bernyawa pastilah akan mengalami mati. Kemudian kita mengimani bahwa ada
kehidupan selanjutnya setelah manusia itu mengalami mati. Kehidupan yang akan
datang ditentukan oleh bagaimana manusia hidup di dunia ini. Amal shalih
manusia akan menghantarkan kita ke surga, sedangkan perbuatan zalim justru
menggiring manusia ke neraka. Oleh sebab itu, sebagai wujud syukur kita yang
telah diijinkan hidup di dunia ini adalah dengan menggunakan segala nikmat
dengan sebaik-baiknya, termasuk nikmat waktu yang diberikan Allah sebagai
sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Maasyiral muslimin wal muslimat
rahimakumullah.
Waktu kita hidup di dunia ini terbatas, maka
perlu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Demi masa, sungguh manusia
berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk
kesabaran. Oleh karenanya, Rasulullah telah menyampaikan pelajaran agar manusia
bersegera beramal. Termaktub dalam hadis Rasulullah berikut:
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ:
بَادِرُوْا بِاْلاَعْمَالِ سَبْعًا: هَلْ تَنْظُرُوْنَ اِلاَّ فَقْرًا مُنْسِيًا،
اَوْ غِنًى مُطْغِيًا، اَوْ مَرَضًا مُفْسِدًا، اَوْ هَرَمًا مُنْفِدًا اَوْ
مَوْتًا مُجْهِزًا، اَوِ الدَّجَّالَ، فَشَرُّ غَائِبٍ يُنْتَظَرُ، اَوِ
السَّاعَةَ فَالسَّاعَةُ اَدْهَى وَ اَمَرُّ. الترمذى و قال: حديث حسن
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Bersegeralah
kalian untuk beramal sebelum datangnya tujuh hal: (1) Tidaklah kamu menunggu
kecuali kemelaratan yang melupakan; atau (2) kekayaan yang menyebabkan
melampaui batas; atau (3) sakit yang merusakkan; atau (4) tua yang melemahkan
pikiran; atau (5) mati yang datangnya tak terduga; atau (6) dajjal (penipu),
yaitu seburuk-buruk yang ditunggu; atau (7) hari kiamat, karena hari kiaamat
itu sangat dahsyat lagi pahit” [HR. Tirmidzi, ia berkata hadis hasan].
Melalui hadis riwayat Tirmidzi tadi bisa kita ketahui bahwa kita semestinya
beramal salih sebelum datangnya tujuh hal (بَادِرُوْا بِاْلاَعْمَالِ سَبْعًا). Kita sebisa
mungkin memanfaatkan waktu yang kita punya sebelum datangnya tujuh hal yang
dimaksud. Oleh karenanya, mari kita telaah satu per satu.
1.
Tidaklah
kamu menunggu kecuali kemelaratan yang melupakan
(هَلْ تَنْظُرُوْنَ اِلاَّ فَقْرًا مُنْسِيًا)
Ada kalanya kehidupan ini berubah secara drastis. Waktu
dulu memiliki kekayaan yang berlebih, tetapi digunakan untuk hal yang sia-sia
dan bahkan tidak ada nilai kebaikan di hadapan Allah. Banyak sekali orang yang
kelebihan harta hingga lepas kendali. Harta yang berlebih itu digunakan untuk
bermaksiat, ada yang digunakan untuk membeli minum-minuman keras, ada yang
digunakan untuk berjudi, ada yang digunakan untuk menyewa jasa prostitusi. Ditambah
lagi dengan kecanggihan teknologi sehingga semua itu bisa dilakukan hanya
dengan ponsel. Oleh karenanya, jangan sampai kita seorang muslim yang taat itu keblinger
hanya karena harta. Marilah menggunakan kekayaan itu untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
2.
Atau kekayaan
yang menyebabkan melampaui batas (اَوْ غِنًى مُطْغِيًا)
Kekayaan adalah salah satu anugerah Allah yang diberikan
kepada makhluk-Nya. Allah memberi kekayaan kepada seluruh manusia, baik manusia
itu seorang muslim atau non muslim. Seorang muslim hendaknya menggunakan
kekayaannya demi fii sabilillah. Sebab tidak semua seorang muslim itu memiliki
harta yang berlebih. Akan menjadi suatu pemberat timbangan apabila seorang muslim
yang memberikan hartanya demi fii sabilillah. Seorang muslim yang kaya
mampu menunaikan zakat, berinfak, sedekah kepada yang membutuhkan, bahkan
menunaikan ibadah haji. Oleh karenanya, kita yang diberi titipan harta kekayaan
oleh Allah SWT itu suatu keberuntungan.
3.
Atau sakit
yang merusakkan (اَوْ مَرَضًا مُفْسِدًا)
Sebagai manusia biasa tentunya tidak lepas dari sakit.
Terlebih-lebih di masa-masa sekarang ini banyak sekali penyakit yang
bermunculan. Selain itu juga ada penyakit yang tidak ada obatnya, yaitu tua. Tentunya
sebelum masa sakit itu datang, kita memanfaatkan masa sehat kita untuk beramal
salih. Sebab bila sudah terbaring di rumah sakit dan tidak bisa lagi melakukan
aktivitas seperti biasa, bagaimana kita mau beramal salih? Mau salat saja mesti
berbaring, puasa juga sudah tidak memungkinkan, bahkan kesulitan juga
menunaikan ibadah haji ataupun umrah. Maka marilah kita gunakan masa sehat kita
untuk beribadah semaksimal mungkin. Mumpung masih sempat dan masih mampu, mari
kita upayakan.
4.
Atau tua
yang melemahkan pikiran (اَوْ هَرَمًا مُنْفِدًا)
Manusia di dunia ini semakin lama semakin tua. Manusia
di dunia ini tidaklah selamanya muda. Ketika muda, raga ini masih segar, fresh,
masih kuat, masih ganteng-ganteng, gagah-gagah, cantik-cantik. Namun perlu
diingat bahwa semua itu hanyalah sementara. Tidak pantas kita menyombongkan semuanya
itu. Toh, pada akhirnya fisik yang disombongkan saat ini, kelak akan menua
juga. Kulit akan mengeriput, mata akan semakin rabun, pendengaran akan
berkurang, dan bahkan mengalami kepikunan. Oleh sebab itu, anugerah Allah yang
berupa keelokan fisik kita saat muda jangan jadikan sebagai suatu kesombongan,
tetapi sebagai sarana bersyukur kepada Allah yang telah menganugerahi fisik
yang lengkap. Marilah kita gunakan masa-masa kita hidup di dunia ini sebagai
sarana beribadah kepada Allah SWT.
5.
Atau mati
yang datangnya tak terduga (اَوْ مَوْتًا مُجْهِزًا)
Kita sebagai umat muslim yang hidup di Indonesia
mestinya menambah syukur kita. Sebab kita hidup di negeri yang damai dan tidak
ada konflik. Kita bersukur hidup di negeri Indonesia ini yang leluasa setap
harinya beribadah salat lima waktu, azan boleh dikumandangkan, mendapatkan
keistimewaan dikuranginya jam kerja atau waktu belajar bagi siswa ketika
menjalankan ibadah puasa, ibadah haji yang dikoordinir oleh negara, mendapat
pengakuan hari raya Idul Fitri maupun Idul Adha dengan dinyatakan sebagai tanggal
libur nasional.
Keberadaan kita di Negeri Indonesia semestinya membuat
kita bersemangat dalam beribadah kepada Allah SWT. Bayangkan ketika kita hidup
di negara konflik. Bom sewaktu-waktu meledak. Sewaktu-waktu datang hujan rudal
yang mematikan. Menyeru akan kalimat-kalimat Allah malah justru disiksa,
ditembaki, dianiaya. Menyeru azan justru malah dilarang, tidak bolehnya membaca
Alquran, dan lain sebagainya. Kekangan dan keadaan perang membuat diri seorang
muslim terancam dan kematian itu bisa datang sewaktu-waktu.
Kita bersyukur hidup di Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dari pada hidup di negara yang katanya negeri dengan syariat agama
yang mencekam. Dimanapun kita hidup mestinya bersyukur bila kita leluasa
menjalankan ibadah setiap harinya. Oleh karenanya, marilah bersama menjaga
Negara Kesatuan Republik Indonesia ini sehingga NKRI harga mati itu tidak hanya
jargon. Selain itu juga marilah semboyan bangsa Bhineka Tunggal Ika itu memang
di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bangsa Indonesia ini terdiri dari
beberapa suku, agama, ras, maupun golongan. Perlambangan Indonesia yang terdiri
dari beberapa agama adalah dengan lambang bintang pada sila pertama yang
menggambarkan adanya lima agama yang diakui di Indonesia waktu itu. Meskipun kita
pribadi tahu dan yakin bahwa agama yang diakui di sisi Allah adalah agama
Islam, innadinna indallahil islam. Umat beragamapun pun bisa hidup
berdampingan dengan menjalankan tri kerukunan umat beragama, yaitu: (1)
kerukunan intern umat beragama; (2) kerukunan antar umat beragama; (3)
kerukunan umat beragama dengan pemerintah. Bila kesemuanya itu bisa benar-benar
kita laksanakan sebagai umat beragama yang bersama-sama merawat kebhinekaan,
alangkah maju dan sejahteranya negeri ini.
6.
Atau dajjal
(penipu), yaitu seburuk-buruk yang ditunggu (اَوِ الدَّجَّالَ، فَشَرُّ غَائِبٍ يُنْتَظَرُ)
Dajjal atau penipu pada jaman sekarang sudah banyak. Penipu
biasanya mengatakan sesuatu yang baik dikatanan buruk, dan yang buruk dikatakan
baik, sesuatu yang hak dibilang batil, dan yang batil dibilang hak. Oleh
karenanya, dajjal sering digambarkan sebagai makhluk yang bermata satu. Maksudnya
adalah dajjal itu hanya melihat sisi keduniawian saja, tetapi tidak dengan
akhirat. Oleh karenanya, saat duduk atahiyat akhir pada salat, kita berdoa: Alloohumma
innii a’uudzu bika min ‘adzaabil qobri wa min ‘adzaabin naar, wa min fitnatil
mahyaa wal mamaat, wa min fitnatil masiihid dajjaal. (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu dari siksa kubur, dari siksa neraka, dari fitnah hidup dan mati dan
dari fitnah masiihid dajjaal (perusak yang menghabiskan kebaikan)”.
7.
Atau hari kiamat,
karena hari kiamat itu sangat dahsyat lagi pahit (اَوِ السَّاعَةَ فَالسَّاعَةُ اَدْهَى وَ
اَمَرُّ)
Kita menunda dalam beramal jangan sampai hingga
datangnya hari kiamat. Sebab pada hari kiamat, pintu taubat sudah ditutup. Hari
kiamat adalah hari dimana kerusakan yang sangat besar sehingga betapa pedihnya
saat hari kiamat terjadi.
Melalui tujuh hal yang disampaikan Rasulullah
tadi yang meliputi (1) Tidaklah kamu menunggu kecuali kemelaratan yang
melupakan; atau (2) kekayaan yang menyebabkan melampaui batas; atau (3) sakit
yang merusakkan; atau (4) tua yang melemahkan pikiran; atau (5) mati yang
datangnya tak terduga; atau (6) dajjal (penipu), yaitu seburuk-buruk yang
ditunggu; atau (7) hari kiamat, karena hari kiaamat itu sangat dahsyat lagi
pahit, kita bisa memetik pelajaran sehingga bersegera dalam
beramal. Oleh sebab itu marilah bersegera dalam beramal salih dan berlomba-lomba
dalam kebaikan (fastabikul khoirot).
Penyampai: Revolusi Prajaningrat Saktiyudha, S.Si., M.Pd.
Penyampai: Revolusi Prajaningrat Saktiyudha, S.Si., M.Pd.