Ma’asyiral muslimin wal muslimat
rakhimakumullah.
Bulan Ramadhan telah meninggalkan kita.
Ketika di Bulan Ramadhan kita senantisa berupaya beramal salih. Kita secara
ajeg melakukan amalan-amalan di Bulan Ramadhan untuk mengharap rida Allah dan
mampu mencapai derajat takwa. Itu semua sudah kita lakukan di Bulan Ramadhan
yang lalu. Amalan-amalan yang kita lakukan di Bulan Ramadhan hendaknya terus
kita jaga hingga sekarang dan sampai nanti. Sebab banyak da’i atau ustadz yang
mengatakan bahwa Bulan Ramadhan adalah bulan pendidikan, bulan penggemblengan,
bulan maghfiroh. Sehingga apa yang lalui saat Bulan Ramadhan yang lalu
bisa terus kita tingkatkan di Bulan Syawal ini dan bulan-bulan berikutnya
hingga insya Allah bertemu lagi dengan Bulan Ramadhan. Maka tidak heran
bahwa apa yang kita lakukan hari ini mestinya lebih baik dari kemarin. Kalaupun
hari ini sama dengan yang kemarin, bisa dikatakan merugi.
Amalan yang dilakukan di Bulan Ramadhan
hingga kini di Bulan Syawal salah satunya adalah salat berjamaah. Keutamaan
salat berjamaah sudah banyak diterangkan para ustadz, para da’i. Banyak
keutamaan salat berjamaah, diantaranya disebutkan bahwa, salat berjama'ah
(di masjid) itu berlipat ganda (pahalanya) dengan dua puluh lima kali lipat
dari pada shalatnya di rumah dan di pasar [HR. Bukhari, dan lafadh baginya,
Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah]. Hadis lain menyebutkan bahwa, salat
berjama'ah itu lebih utama dari pada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh
derajat" [HR. Malik, Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasai]. Begitu
istimewanya salat berjamaah hingga didalam hadis menyatakan, seandainya
orang yang tidak ikut shalat berjamaah (di masjid) itu mengetahui
kebaikan-kebaikannya orang yang berjalan untuk shalat berjama'ah, pasti dia
akan mendatanginya walaupun merangkak dengan dua tangan dan kakinya"
[HR. Thabarani] dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan salat berjamaah yang
lain. Oleh sebab itu, kita mesti bersyukur bahwa rumah kita dekat dengan
masjid. Wujud syukur yang bisa kita lakukan adalah dengan salat berjamaah di
masjid. Jarak yang dekat menunjukkan bahwa Allah memberi kemudahan kita
berjalan menuju masjid, untuk memakmurkan masjid.
Ma’asyiral muslimin wal muslimat
rakhimakumullah.
Memakmurkan masjid adalah upaya kita beramal
salih. Ketika kita diberi begitu banyak kesempatan beramal salih, maka
semaksimal mungkin kita untuk mentunaikannya. Sebab hidup kita hanya sekali.
Kita tidak mungkin mengulangi kehidupan yang singkat ini. Kita melihat sendiri
dan meyakini bahwa semakin bertambah usia, maka manusia itu semakin tua. Apa tho
yang kita cari di dunia ini? Lalu kita menyadari bahwa hidup di dunia ini
tidaklah selamanya. Hakikatnya kita semua sedang berjalan menuju Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَىٰ
رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ *
Wahai
manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan
menemui-Nya (84: 6)
(Hai
manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja) telah beramal dengan sekuat
tenagamu (hingga) menemui (Rabbmu) yakni mati (dengan
sungguh-sungguh, maka pasti kalian akan menemuinya) yakni, menemui amal
perbuatanmu yang telah disebutkan tadi pada hari kiamat nanti, baik amal
kebaikan atau pun amal keburukan, semuanya pasti kamu jumpai (Tafsir Jalalayn).
فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ *
Maka
adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah kanannya, (84: 7)
(Adapun
orang yang diberikan kitabnya) yakni kitab catatan amalnya (dari sebelah
kanan) dia adalah orang yang beriman (Tafsir Jalalayn).
فَسَوْفَ
يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا *
Maka
dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, (84: 8)
(Maka
dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah) yaitu pada hari
ditampakkan kepadanya amal perbuatannya, sebagaimana yang telah
disebutkan di dalam salah satu hadis yang antara lain dikatakan, “Barangsiapa
yang diinterogasi di dalam penghisabannya, niscaya dia bakal binasa atau
celaka.” Kemudian setelah kepada orang mukmin itu ditampakkan amal perbuatannya,
lalu Allah memaafkannya (Tafsir Jalalayn).
وَيَنْقَلِبُ إِلَىٰ أَهْلِهِ مَسْرُورًا*
Dan
dia akan kembali kepada keluarganya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. (84: 9)
(Dan
dia akan kembali kepada kaumnya/ keluarganya) di dalam surga (dengan gembira)
karena mendapatkan ampunan-Nya (Tafsir Jalalayn).
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ
*
Dan
adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah belakang, (84: 10)
(Adapun
orang yang diberikan kitabnya dari belakang punggungnya) dia adalah orang
kafir, tangan kanannya diikat dan dibelenggu dijadikan satu dengan kepala,
kemudian tangan kirinya ditekuk ke belakang berada dipunggungnya, maka dengan
tangan kirinya itulah ia mengambil kitab catatan amalnya (Tafsir Jalalayn).
فَسَوْفَ
يَدْعُو ثُبُورًا *
Maka
dia akan berteriak, “Celakalah aku!”
(84: 11)
(Maka
dia akan berteriak) yakni sewaktu dia melihat apa yang tercatat di dalam
kitab amalnya. (“Celakalah aku!”), ia berseru meratapi kebinasaannya,
dengan ucapan “Celakalah aku!” (Tafsir Jalalayn).
وَيَصْلَىٰ
سَعِيرًا
Dan dia akan masuk ke dalam api yang
menyala-nyala (84:12)
(Dan dia akan masuk ke dalam neraka Sa’iir)
yakni neraka yang apinya sangat besar. Menurut suatu qiraat lafal Yashlaa
dibaca Yushalla (Tafsir Jalalayn).
Ma’asyiral muslimin wal muslimat
rakhimakumullah.
Melalui Surat Al Insyiqaq ayat 6 sampai 12 bisa kita pahami bahwa kita semua sedang dalam perjalanan menuju Allah SWT. Orang yang beriman, bertakwa, senaniasa melakukan amal salih akan menerima catatan amal perbuatannya dengan tangan kanan. Sedangkan orang yang durhaka terhadap Allah dan rasulullah akan menerima catatan amal dari belakang dengan tangan kirinya.
Penyampai: Revolusi Prajaningrat Saktiyudha, S.Si., M.Pd.