Ma'asyiral
muslimin wal muslimat rahimakumullah.
Sungguh Allah sangat menyayangi
hamba-hamba-Nya supaya kita sebagai hamba-Nya bisa hidup bahagia di dunia dan
di akhirat. Oleh sebab itu, Allah memberi petunjuk dengan mengutus para nabi
dan rasul. Allah telah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai nabi sekaligus rasul
yang terakhir. Beliau datang dengan membawa Agama Islam, dan Allah SWT
menurunkan Al Qur’an kepada beliau sebagai petunjuk untuk seluruh umat manusia.
Allah Ta’ala telah berfirman didalam Surat Saba’ ayat 28:
وَمَآ أَرْسَلْنٰكَ إِلَّا كَآفَّةً لِّلنَّاسِ
بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ. سبإ: ٢٨.
Dan Kami tidak mengutus kamu (Muhammad),
melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan
sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. [QS.
Saba’: 28]
Melalui hadirnya Nabi Muhammad
SAW yang membawa Agama Islam merupakan kenikmatan yang sangat besar. Sebab
beliaulah yang membawa petunjuk-petunjuk Allah dan melalui petunjuk-petunjuk
Allah-lah manusia bisa selamat di dunia dan di akhirat.
Oleh karena itu, kita sebagai
umat Islam sudah semestinya mengetahui dan mengamalkan petunjuk-petunjuk Allah
yang disampaikan oleh Rasulullah SAW dan ketetapan-ketetapan dari Rasulullah
SAW. Melalui sumber dari ajaran Agama Islam itulah kita sebagai hamba yang taat
sudah semestinya sami’na wa atho’na, kami mendengar dan kami taat. Allah
Ta’ala telah berfirman di dalam surat Al Baqarah ayat 208:
يٰآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟
ادْخُلُوا۟
فِى السِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا۟
خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۚ
إِنَّهُۥ
لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ. البقرة :٢۰٨.
Wahai orang-orang yang beriman!
Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti
langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu. [QS.
Al Baqarah: 208]
Manusia diperintahkan untuk
memeluk Agama Islam secara kaffah/ keseluruhan dan memeluk Agama Islam
secara keseluruhan dapat diupayakan dengan mengkaji sumber ilmu Agama Islam,
yaitu Al Qur’an dan As Sunnah. Banyak para Ulama, para Kyai, para Ustadz, para
Da’i, serta lembaga-lembaga dakwah yang senantiasa mensyiarkan Agama Islam,
sehingga kita dengan mudah memperoleh berbagai ilmu-ilmu Agama. Saat kita belajar Agama Islam setidaknya
terdapat tiga unsur yang semestinya kita penuhi. Allah Ta’ala berfirman didalam
surat Al Jumu’ah ayat 2:
هُوَ الَّذِى بَعَثَ فِى الْأُمِّيِّۦنَ
رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُوا۟
عَلَيْهِمْ ءَايٰتِهِۦ
وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا۟
مِن قَبْلُ لَفِى ضَلٰلٍ مُّبِينٍ. الجمعة:٢.
Dialah yang mengutus seorang
Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan
kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam
kesesatan yang nyata. [QS. Al Jumuah: 2]
Melalui keterangan surat Al Jumu’ah
ayat 2, dapat diketahui bahwa unsur-unsur yang semestinya kita penuhi ketika
mengaji diantaranya adalah belajar membaca Al Quran, mensucikan jiwa/ menegakkan
tauhid, dan memahami kandungan Al Qur’an melalui tafsir-tafsirnya dan As Sunnah
beserta berbagai tafsir dan fadilahnya.
1.
Belajar
Membaca Al Quran
Umat Islam diperintahkan untuk
belajar membaca Al Qur’an. Melalui belajar membaca Al Qur’an, seorang hamba
akan belajar tentang cara membaca Al Quran. Al Qur’an turun di Negeri Arab dan
berbahasa Arab. Oleh sebab itu, kita diperintahkan untuk membaca Al Qur’an
seperti logat orang Arab karena Al Qur’an diturunkan ke dunia dengan berbahasa
Arab. Hal itu disebutkan didalam Al Quran surat Az Zukhruf ayat 1 sampai 3:
حمٓ {١} وَالْكِتٰبِ
الْمُبِينِ {٢} إِنَّا جَعَلْنٰهُ قُرْءٰنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ {٣}
الزخرف: ٢,١, ٣
(1) Ha Mim; (2) Demi Kitab (Al Qur’an) yang
jelas; (3) Kami menjadikan Al Qur’an dalam bahasa Arab agar kamu mengerti. [QS.
Az Zukhruf: 1 sampai 3]
Oleh sebab itu, perlu kita
pahami bersama bahwa bahasa Arab diucapkan sebagaimana Al Qur’an diturunkan dan
dengan logat orang-orang Arab. Sehingga kita perlu belajar untuk pengucapan
yang benar seperti logat orang-orang Arab. Maka tidak jarang kita jumpai
pembelajaran tahsin yang bisa kita gunakan sebagai sarana agar mampu menguasai
pengucapan huruf hijaiyah secara tepat.
Tajwid sendiri adalah ilmu
untuk mengetahui pengucapan huruf-huruf Arab secara benar dengan mengetahui makhraj-makhraj-nya,
sifat-sifat inti (asli) dan yang bukan inti (bukan asli), serta hukum-hukum
yang muncul darinya. Melalui penguasaan ilmu tajwid, kita mampu melafazhkan
huruf sesuai makhraj-nya. Perintah membaca Al Qur’an secara baik dan
benar terdapat pada surat Al Muzzamil ayat 4:
وَرَتِّلِ الْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا. المزمل:٤
Dan bacalah Al Qur’an dengan
tartil [QS. Al Muzzamil: 4]
Tartil sendiri bisa diartikan
membaca Al Qur’an dengan mentajwidkan huruf-hurufnya dan mengetahui tempat
berhentinya. Membaca Al Qur’an secara tartil tidak hanya pada saat membaca
mushaf saja, tetapi juga pada saat kita salat. Mengingat pentingnya kemampuan
membaca Al Qur’an yang menjadi bagian dari ibadah salat, maka kita semestinya
berupaya belajar sekuat tenaga agar mampu membaca Al Qur’an dengan tartil. Dengan
demikian, kualitas ibadah salat dan kemampuan membaca Al Qur’an kita bisa lebih
baik.
Ma'asyiral
muslimin wal muslimat rahimakumullah.
Pada zaman sekarang banyak
media yang bisa kita gunakan untuk belajar membaca Al Qur’an, diantaranya bisa
lewat buku, youtube, mp3, Al Qur’an suara dan lain sebagainya. Namun
berbagai kemudahan tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya
adalah praktis dan bisa digunakan oleh semua kalangan, tetapi kelemahannya
apabila kita menirukan seperti apa yang kita dengar, maka tidak ada yang bisa
mengkoreksi atau membenarkan. Hal itu karena komunikasi yang hanya saru arah.
Oleh sebab itu, kita dalam belajar membaca Al Qur’an kita perlu ber-talaqqi
atau berhadapan langsung dengan guru. Sebab Nabi saja belajar Al Qur’an juga
ber-talaqqi atau berhadapan langsung dengan Malaikat Jibril.
Ma'asyiral
muslimin wal muslimat rahimakumullah.
2.
Mensucikan
Jiwa
Maksudnya adalah mensucikan
jiwa dari pengaruh kesyirikan atau mendorong umat agar berakhlak mulia dan
mencegahnya dari akhlak yang buruk. Oleh karena itu, pengutusan rasul kepada umat
manusia adalah nikmat yang paling besar dan paling agung yang dikaruniakan
Allah kepada mereka.
Allah telah mengutus Nabi
Muhammad SAW dengan membawa syariat yang besar, sempurna, lagi mencakup semua
makhluk. Di dalamnya terkandung hidayah dan penjelasan bagi apa yang diperlukan
oleh mereka menyangkut urusan kehidupan dunia mereka dan kehidupan di hari
kemudian, dan seruan bagi mereka kepada hal-hal yang mendekatkan diri mereka
kepada surga dan rida Allah, serta mengandung larangan terhadap hal-hal yang
mendekatkan mereka kepada neraka dan kemurkaan Allah SWT.
Syari'at yang dibawa Rasulullah
merupakan hakim yang memutuskan semua perkara yang syubhat, keraguan, dan
kebimbangan dalam masalah yang pokok dan masalah yang cabang. Didalam hadis
dijelaskan:
عَنْ جَابِرِ
بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: اِنَّ
اَصْدَقَ اْلحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَاَحْسَنَ ااْـهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ
وَشَرُّ اْلاُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَ كُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ
بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. النسائى 3: 188
Dari Jabir bin ‘Abdullah, ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya sebenar-benar perkataan ialah Kitab
Allah, dan sebaik-baik petunjuk ialah petunjuk Muhammad, dan sejelek-jelek
perkara itu yang diada-adakan, dan tiap-tiap yang diada-adakan itu bid’ah, dan
tiap-tiap bid’ah itu sesat, dan tiap-tiap kesesatan itu di neraka”. [HR. Nasai juz 3, hal. 188]
Oleh sebab itu, sudah
semestinya kita yakin akan petunjuk Allah dan Rasulullah sehingga terbebas dari
perkara-perkara dalam ibadah yang diada-adakan. Kita semestinya dalam
penghambaan diri kepada Allah itu berikrar bahwa salatku, ibadahku, hidupku,
dan matiku hanyalah untuk Allah. Hal itu sebagaimana dalam Surat Al An’am ayat
162:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ
وَمَمَاتِى لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِينَ. الأنعام:١٦٢
Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya
salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan Seluruh
Alam. [QS. Al An’am: 162]
Ma'asyiral
muslimin wal muslimat rahimakumullah.
3.
Memahami
Kandungan Al Quran dan As Sunnah
Al Qur’an dan As Sunnah adalah
dua warisan yang ditinggalkan oleh Nabi dan kita sebagai umatnya yang taat
diminta untuk berpegang teguh kepada keduanya. Perintah tersebut tertulis jelas
didalam Al Qur’an. Selain itu, didalam suatu hadis menegaskan bahwa:
اِنَّ
رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ
تَضِلُّوْا مَا مَسَكْتُمْ بـِهِمَا: كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ. مالك، فى
الموطأ 2: 899
Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, "Kutinggalkan pada kamu
sekalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat apabila kalian berpegang
teguh kepada keduanya, yaitu: Kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya". [HR. Malik dalam Al-Muwaththa’ juz 2, hal. 899]
Dalam memahami Al Quran, kita
perlu memahami sebab-sebab penurunan ayat dan tafsirnya dalam berbagai kitab
tafsir. Banyak diantaranya adalah tafsir Al-Qur’an dengan acuan tafsir
Al-Qur’an yang dikeluarkan oleh Departemen Agama dan kitab-kitab tafsir lain
baik karya ulama-ulama Indonesia maupun karya ulama-ulama dari dunia Islam yang
lain. Contohnya Al Jami’ li Ahkamil Qur’an Karya Al Qurthuby, Tafsir
Alquranul ‘Adzim Karya Ibn Katsir, Addarrul
Mantsur Fittafsir Bil Ma’tsur Karya Assuyuthy, Tafsir Al Mishbah Karya Muhammad
Quraish Shihab, dan kitab-kitab tafsir lainnya.
Sedangkan untuk mengetahui
berbagai hadis, kita sebagai kaum muslim perlu memiliki berbagai kitab atau
kumpulan hadis sahih sebagai dasar kita dalam ibadah maupun di kehidupan sosial
sehari-hari. Banyak diantara kitab-kitab hadis yang terkenal, diantaranya Riyadhus
Shalihin, Nailul Authar, Al Muwaththa’, Minhajul
Muslim, Syu'abul Iman, Syarah Hadis Arbain, dan lain
sebagainya.
Ma'asyiral
muslimin wal muslimat rahimakumullah.
Oleh sebab itu, bila kita
belajar Agama Islam sepanjang usia kita tidak pernah khatam karena
begitu luasnya ilmu di dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Meski demikian, marilah
berupaya semaksimal mungkin untuk belajar Agama sehingga kita memperoleh
kebaikan. Ahirnya, didalam sebuah hadis menjelaskan:
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ اَبِى سُفْيَانَ قَالَ:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا
يُفَقِّهْهُ فِى الدِّيْنِ. مسلم 3: 1524
Dari Mu'awiyah bin Abu Sufyan, ia berkata, Rasulullah SAW
bersabda, "Barangsiapa yang Allah menghendaki kebaikan kepadanya, maka
Allah akan memberinya kefahaman dalam agama". [HR.
Muslim juz 3, hal. 1524]