Orang yang memeluk agama Islam tidak terlepas dari syariat Islam. Di antara syariat Islam adalah mendirikan salat. Pembeda antara orang tidak beragama Islam dan orang beragama Islam adalah dikerjakannya salat. Adapun supaya salat dinilai sah, maka perlu adanya taharah. Lalu bagaimana pembahasannya? Kesempatan kali ini akan membahas mengenai sisa air minum dan makan Bersama Wanita haid. Adapun dalam memahaminya, perlu mengerti berbagai dalil yang ada.
A. Sisa Air Minum Wanita Haid
Bagaimana hukum sisa air minum wanita haid? Supaya mengerti akan hal itu, mari kita simak dalil berikut. Dalil yang ada menunjukkan bagaimana hukum sisa air minum wanita haid.
Hadis Ke-1
صحيح مسلم ٤٥٣: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ مِسْعَرٍ وَسُفْيَانَ عَنْ الْمِقْدَامِ بْنِ شُرَيْحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كُنْتُ أَشْرَبُ وَأَنَا حَائِضٌ ثُمَّ أُنَاوِلُهُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَضَعُ فَاهُ عَلَى مَوْضِعِ فِيَّ فَيَشْرَبُ وَأَتَعَرَّقُ الْعَرْقَ وَأَنَا حَائِضٌ ثُمَّ أُنَاوِلُهُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَضَعُ فَاهُ عَلَى مَوْضِعِ فِيَّ. وَلَمْ يَذْكُرْ زُهَيْرٌ فَيَشْرَبُ.
Artinya: Shahih Muslim nomor 453: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Waki' dari Mis'ar dan Sufyan dari Al Miqdam bin Syuraih dari Bapaknya dari Aisyah dia berkata: "Aku minum ketika aku sedang dalam keadaan haid, kemudian aku memberikannya kepada Nabi SAW, lalu beliau meletakkan mulutnya pada tempat mulutku (ketika minum)". Dan Zuhair tidak menyebutkan, "Lalu beliau minum."
Hadis Ke-2
سنن النسائي ٢٨٠: أَخْبَرَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ قَالَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ قَالَ حَدَّثَنَا مِسْعَرٌ وَسُفْيَانُ عَنْ الْمِقْدَامِ بْنِ شُرَيْحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: كُنْتُ أَشْرَبُ وَأَنَا حَائِضٌ وَأُنَاوِلُهُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَضَعُ فَاهُ عَلَى مَوْضِعِ فِيَّ فَيَشْرَبُ وَأَتَعَرَّقُ الْعَرْقَ وَأَنَا حَائِضٌ وَأُنَاوِلُهُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَضَعُ فَاهُ عَلَى مَوْضِعِ فِيَّ.
Artinya: Sunan Nasa'i nomor 280: Telah mengabarkan kepada kami Mahmud bin Ghailan dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Waki' dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Mis'ar dan Sufyan dari Al Miqdam bin Syuraih dari Bapaknya dari Aisyah RA, dia berkata: "Aku pernah minum dalam keadaan haid lalu aku berikan kepada Nabi SAW, maka beliau meletakkan mulutnya di tempat mulutku, lalu beliau minum. Aku juga pernah menggigit daging dalam keadaan haid, lalu aku berikan kepada Nabi SAW, maka beliau meletakkan mulutnya di tempat mulutku tadi."
B. Makan Bersama Wanita Haid
Terdapat berbagai dalil yang menunjukkan bahwa bagaimana hukum makan bekas sisa wanita haid. Adapun dalil yang dimaksud adalah berikut.
Hadis Ke-3
سنن الترمذي ١٢٣: حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ الْعَنْبَرِيُّ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ عَنْ الْعَلَاءِ بْنِ الْحَارِثِ عَنْ حَرَامِ بْنِ مُعَاوِيَةَ عَنْ عَمِّهِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ مُوَاكَلَةِ الْحَائِضِ فَقَالَ وَاكِلْهَا. قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ عَائِشَةَ وَأَنَسٍ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعْدٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ وَهُوَ قَوْلُ عَامَّةِ أَهْلِ الْعِلْمِ لَمْ يَرَوْا بِمُوَاكَلَةِ الْحَائِضِ بَأْسًا وَاخْتَلَفُوا فِي فَضْلِ وَضُوئِهَا فَرَخَّصَ فِي ذَلِكَ بَعْضُهُمْ وَكَرِهَ بَعْضُهُمْ فَضْلَ طَهُورِهَا.
Artinya: Sunan Tirmidzi nomor 123: Telah menceritakan kepada kami Abbas Al 'Anbari dan Muhammad bin Abd Al A'la, mereka berkata: telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi berkata: telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah bin Shalih dari Al 'Ala` bin Al Harits dari Haram bin Mu'awiyah dari Pamannya Abdullah bin Sa'd ia berkata: "Aku bertanya Nabi SAW tentang makan bersama wanita haid, maka beliau bersabda: "Makanlah bersamanya." Ia berkata: "Dalam bab ini juga ada riwayat dari 'Aisyah dan Anas." Abu Isa berkata: "Hadis riwayat Abdullah bin Sa'd ini derajatnya hasan gharib. Ini adalah pendapat mayoritas ahli ilmu, mereka berpandangan bahwa makan bersama dengan wanita haid tidaklah mengapa. Namun mereka berselisih tentang sisa air wudunya, sebagian dari mereka memberi keringanan dan sebagian yang lain memakruhkannya."
C. Penjelasan Singkat
Melalui berbagai dalil yang ada, pelajarannya adalah sisa minuman ini hukumnya mubah karena suci. Begitu juga dengan sisa makanan wanita haid. Mukhtasar Nailul Authar halaman 244 menerangkan bahwa hadis di atas menunjukkan sisa ludah wanita haid adalah suci dan menunjukkan sucinya bekas/ sisa minumamn wanita haid. Tidak ada perbedaan pendapat dalam hal ini. Adapun firman Allah di Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 222 maksudnya adalah tidak menyetubuhinya.
Dalil Al-Qur’an Ke-1
﴿ وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْمَحِيْضِ ۗ قُلْ هُوَ اَذًىۙ فَاعْتَزِلُوا النِّسَاۤءَ فِى الْمَحِيْضِۙ وَلَا تَقْرَبُوْهُنَّ حَتّٰى يَطْهُرْنَ ۚ فَاِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوْهُنَّ مِنْ حَيْثُ اَمَرَكُمُ اللّٰهُ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ ٢٢٢ ﴾ ( البقرة/2:222)
Artinya: Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang haid. Katakanlah, “Itu adalah suatu kotoran.”65) Maka, jauhilah para istri (dari melakukan hubungan intim) pada waktu haid dan jangan kamu dekati mereka (untuk melakukan hubungan intim) hingga mereka suci (habis masa haid). Apabila mereka benar-benar suci (setelah mandi wajib), campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri. (QS. Al-Baqarah 2: 222)
Catatan: 65) Haid adalah darah yang keluar bersama jaringan yang dipersiapkan untuk pembuahan di rahim perempuan. Keluarnya secara periodik, sesuai dengan periode pelepasan sel telur ke rahim. Kondisi seperti itu yang dianggap kotor dan menjadikan perempuan tidak suci secara syar‘i, termasuk tidak suci untuk digauli suaminya. (Al-Baqarah/2:222)
Demikian beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari beberapa dalil mengenai pembahasan taharah. Hal tersebut sebagai upaya menggapai kesempurnaan dalam beribadah mengingat salat didirikan dengan syarat terhindar dari najis dan hadas. Semoga pelajaran mengenai taharah yang sudah diperoleh dapat dipraktekkan di dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin.
No comments:
Post a Comment