Halaman

Monday, July 14, 2025

Tafsir Kementerian Agama Republik Indonesia: Al-Qur’an Surat Al-Fathihah Ayat 1

Sebegai umat Islam, sudah semestinya mengerti mengenai apa isi kitab suci agama Islam. Kitab suci agama Islam adalah Al-Qur’an. Oleh sebab itu, Kementerian Agama Republik Indonesi telah merilis Tafsir Kemenag supaya masyarakat muslim Indonesia dengan mudah mengakses tafsir Al-Qur’an dengan mudah. Harapannya umat muslim di Indonesia mampu mengertia apa yang dikandung dalam Al-Qur’an dan mengamalkan apa yang menjadi syariat Agama dalam Al-Qur’an. Adapun terkait hadis yang ada pada Tafsir Kemenag pada tulisan ini dilengkapi sanad dan takhrij sederhana yang bersifat informatif atau menguatkan. Hal tersebut dikarenakan dalam Tafsir Kemenag belum semuanya dicantumkan sanad hadis maupun keterangan derajatnya. Mari kita simak uraian Tafsir Kemenag berikut.

 

﴿ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ١ ﴾ ( الفاتحة ١: ١)

Artinya: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Fatihah/1: 1)

 

Tafsir Lengkap Kementerian Agama RI

A. Surah Al-Fatihah dimulai dengan Basmalah (بسم الله الرحمن الرحيم)

 

Ada beberapa pendapat ulama berkenaan dengan Basmalah yang terdapat pada permulaan surah Al-Fatihah. Di antara pendapat-pendapat itu, yang termasyhur ialah:

 

1. Basmalah adalah ayat tersendiri, diturunkan Allah untuk jadi kepala masing-masing surah, dan pembatas antara satu surah dengan surah yang lain. Jadi dia bukanlah satu ayat dari Al-Fatihah atau dari surah yang lain, yang dimulai dengan Basmalah itu. Ini pendapat Imam Malik beserta ahli qiraah dan fuqaha (ahli fikih) Medinah, Basrah dan Syam, dan juga pendapat Imam Abu Hanifah dan pengikut-pengikutnya. Sebab itu menurut Imam Abu Hanifah, Basmalah itu tidak dikeraskan membacanya dalam salat, bahkan Imam Malik tidak membaca Basmalah sama sekali.

 

Hadis Nabi SAW:

 

Hadis Ke-1

صحيح البخاري ٧٠١: حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا كَانُوا يَفْتَتِحُونَ الصَّلَاةَ بِالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Artinya: Shahih Bukhari nomor 701: Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin 'Umar berkata: telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Qatadah dari Anas bin Malik, bahwa Nabi SAW, Abu Bakar dan 'Umar RA, mereka memulai salat dengan membaca Alhamdulillahi rabbil’alamin.

 

Hadis Ke-2

صحيح مسلم ٦٠٦: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مِهْرَانَ الرَّازِيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ عَنْ عَبْدَةَ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ كَانَ يَجْهَرُ بِهَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ يَقُولُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ تَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ وَعَنْ قَتَادَةَ أَنَّهُ كَتَبَ إِلَيْهِ يُخْبِرُهُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ حَدَّثَهُ، قَالَ صَلَّيْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَكَانُوا يَسْتَفْتِحُونَ بِالْحَمْد لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا يَذْكُرُونَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فِي أَوَّلِ قِرَاءَةٍ وَلَا فِي آخِرِهَا. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مِهْرَانَ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ أَخْبَرَنِي إِسْحَقُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ أَنَّهُ سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَذْكُرُ ذَلِكَ.

Artinya: Shahih Muslim nomor 606: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Mihran Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Al-Walid bin Muslim, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i dari 'Abdah bahwa Umar bin al-Khaththab dahulu mengeraskan (bacaan) kalimat-kalimat tersebut. Dia membaca, "Subhanakallahumma wabihamdika tabaraka ismuka wata’alaa jadduka walaa ilaaha ghoiruka." (Ya Allah, Mahasuci Engkau dan dengan memujimu, Maha Berkah Nama-Mu, Maha Luhur kemuliaan-Mu, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau." Dan dari Qatadah bahwa dia menulis kepadanya mengabarkan dari Anas bin Malik bahwa dia menceritakan kepadanya, dia berkata: "Saya salat di belakang Nabi SAW, Abu Bakar, Umar, dan Utsman, maka mereka memulai membaca dengan, 'Alhamdulillahi rabbil ‘lamin (Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam).' Mereka tidak menyebutkan, 'Bismillahirrahmanirrahim (dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) pada awal bacaan, dan tidak pada akhirnya." Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Mihran, telah menceritakan kepada kami Al-Walid bin Muslim dari Al-Auza'i, telah mengabarkan kepadaku Ishaq bin Abdullah bin Abi Thalhah bahwasanya dia mendengar Anas bin Malik menyebutkan hal tersebut.

 

2. Basmalah adalah salah satu ayat dari Al-Fatihah, dan pada surah an-Naml/27:30, انه من سليمن وانه بسم الله الرحمن الرحيم (النمل/27:30) yang dimulai dengan Basmalah. Ini adalah pendapat Imam Syafi'i beserta ahli qiraah Mekah dan Kufah. Sebab itu menurut mereka Basmalah itu dibaca dengan suara keras dalam salat (jahar). Dalil-dalil yang menunjukkan hal itu antara lain Hadis Nabi SAW:

 

Hadis Ke-3

المستدرك على الصحيحين ٧٠٣: أَخْبَرَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ الْعَدْلُ بِبَغْدَادَ ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ صَالِحٍ الْوَزَّانُ ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ حَسَّانَ ، ثنا شَرِيكٌ ، عَنْ سَالِمٍ ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " يَجْهَرُ بِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ " . قَدِ احْتَجَّ الْبُخَارِيُّ بِسَالِمٍ هَذَا وَهُوَ ابْنُ عَجْلانَ الأَفْطَسُ ، وَاحْتَجَّ مُسْلِمٌ بِشَرِيكٍ ، وَهَذَا إِسْنَادٌ صَحِيحٌ وَلَيْسَ لَهُ عِلَّةٌ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ , أَخْبَرَنَا أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ رَحِيمٍ الشَّيْبَانِيُّ، هَذَا صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ مُسْلِمٍ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ.

Artinya: Al-Mustadrak ‘ala Ash-Shahihain nomor 703: Telah mengabarkan kepada kamu Abu Muhammad Abdullah bin Ishaq bin Ibrahim Al-‘Adl di Baghdad, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ishaq bin Shalih Al-Wazzan, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Amr bin Hassan, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Salim, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia berkata: Rasulullah SAW mengeraskan bacaan Bismillahirahmanirahim (Dengan menyebut nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).” Al-Bukhari meriwayatkan dari Salim, yaitu Ibnu Ajlan Al-Aftas, dan Muslim meriwayatkan dari Syarik, dan ini merupakan riwayat yang shahih, tanpa cacat, dan mereka tidak memasukkannya ke dalam kitab-kitab mereka. Abu Ja'far Muhammad bin 'Ali bin Rahim Al -Syaibani meriwayatkan, ini shahih menurut syarat-syarat Muslim, tetapi mereka tidak memasukkannya ke dalam kitab-kitab mereka.

 

Hadis Ke-4

مسند أحمد ٢٥٣٧١: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْأُمَوِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّهَا، سُئِلَتْ عَنْ قِرَاءَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ كَانَ يُقَطِّعُ قِرَاءَتَهُ آيَةً آيَةً، بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ .

Artinya: Musnad Ahmad nomor 25371: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id Al Umawi berkata: telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij dari Abdullah bin Abi Mulaikah dari Ummu Salamah bahwasanya dia pernah ditanya mengenai bacaannya Rasulullah SAW. Ia menjawab: "Beliau memutus-mutus bacaannya ayat demi ayat, Bismillahrrahmanirrahim, alhamdulillahirabbil ‘alamin, arrahmanirrahim, malikiyau middin."

 

Abu Hurairah juga salat dan mengeraskan bacaan basmalah. Setelah selesai salat, dia berkata, “Saya ini adalah orang yang salatnya paling mirip dengan Rasulullah.” Muawiyah juga pernah salat di Medinah tanpa mengeraskan suara basmalah. Ia diprotes oleh para sahabat lain yang hadir disitu. Akhirnya pada salat berikutnya Muawiyah mengeraskan bacaan basmalah.

 

Kalau kita perhatikan bahwa sahabat-sahabat Rasulullah SAW telah sependapat menuliskan Basmalah pada permulaan surah dari surah Al-Quran, kecuali surah at-Taubah (karena memang dari semula turunnya tidak dimulai dengan Basmalah) dan bahwa Rasulullah SAW melarang menuliskan sesuatu yang bukan Al-Quran agar tidak bercampur aduk dengan Al-Quran, sehingga mereka tidak menuliskan ‘amin’ pada akhir surah Al-Fatihah, maka Basmalah itu adalah salah satu ayat dari Al-Quran. Dengan kata lain, bahwa basmalah-basmalah yang terdapat di dalam Al-Quran adalah ayat-ayat Al-Quran, lepas dari pendapat apakah satu ayat dari Al-Fatihah atau dari surah lain, yang dimulai dengan Basmalah atau tidak.

 

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa surah Al-Fatihah itu terdiri dari tujuh ayat. Mereka yang berpendapat bahwa Basmalah itu tidak termasuk satu ayat dari Al-Fatihah, memandang:

غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ  

adalah salah satu ayat, dengan demikian ayat-ayat Al-Fatihah itu tetap tujuh.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

“Dengan nama Allah” maksudnya “Dengan nama Allah saya baca atau saya mulai”. Seakan-akan Nabi berkata, “Saya baca surah ini dengan menyebut nama Allah, bukan dengan menyebut nama saya sendiri, sebab ia wahyu dari Tuhan, bukan dari saya sendiri.” Maka Basmalah di sini mengandung arti bahwa Al-Quran itu wahyu dari Allah, bukan karangan Muhammad SAW dan Muhammad itu hanyalah seorang Pesuruh Allah yang dapat perintah menyampaikan Al-Quran kepada manusia.

 

B. Makna Kata Allah”

Allah adalah nama bagi Zat yang ada dengan sendirinya (wajibul-wujµd). Kata “Allah” hanya dipakai oleh bangsa Arab kepada Tuhan yang sebenarnya, yang berhak disembah, yang mempunyai sifat-sifat kesempurnaan. Mereka tidak memakai kata itu untuk tuhan-tuhan atau dewa-dewa mereka yang lain.

 

C. Hikmah Membaca Basmalah

Seorang yang selalu membaca basmalah sebelum melakukan pekerjaan yang penting, berarti ia selalu mengingat Allah pada setiap pekerjaannya. Dengan demikian ia akan melakukan pekerjaan tersebut dengan selalu memperhatikan norma-norma Allah dan tidak merugikan orang lain. Dampaknya, pekerjaan yang dilakukannya akan berbuah sebagai amalan ukhrawi.

Seorang Muslim diperintahkan membaca Basmalah pada waktu mengerjakan sesuatu yang baik. Yang demikian itu untuk mengingatkan bahwa sesuatu yang dikerjakan adalah karena perintah Allah, atau karena telah diizinkan-Nya. Maka karena Allah dia mengerjakan pekerjaan itu dan kepada-Nya dia meminta pertolongan agar pekerjaan terlaksana dengan baik dan berhasil.

Nabi SAW bersabda:

 

Hadis Ke-5

الجامع لأخلاق الراوي وآداب السامع للخطيب ١٢٣٦: أَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ مَخْلَدٍ الْوَرَّاقُ ، وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ جَعْفَرٍ الْبَرْذَعِيُّ ، قَالا : أَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عِمْرَانَ ، أَنَا مُحَمَّدُ بْنُ صَالِحٍ الْبَصْرِيُّ ، بِهَا ، نَا عُبَيْدُ بْنُ عَبْدِ الْوَاحِدِ بْنِ شَرِيكٍ ، نَا يَعْقُوبُ بْنُ كَعْبٍ الأَنْطَاكِيُّ ، نَا مُبَشِّرُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ ، عَنِ الأَوْزَاعِيِّ ، عَنِ الزُّهْرِيِّ ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لا يُبْدَأُ فِيهِ بِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ أَقْطَعُ.

Artinya: Al-Jami’ li Akhlaq Ar-Rawi wa Adab As-Sami’ lil Khatib nomor 1236: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ali bin Makhlad Al-Warraq dan Muhammad bin Abd al-Aziz bin Ja`far al-Bardha`i. Mereka berkata: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Muhammad bin Imran, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salih Al-Basri, di dalamnya, telah menceritakan kepada kami Ubayd bin Abd Al-Wahid bin Syarik, telah menceritakan kepada kami Ya`qub bin Ka`b al-Anthaki, telah menceritakan kepada kami Mubasysyir bin Isma`il, dari Al-Awza`i, dari Al-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Setiap pekerjaan penting yang tidak dimulai dengan menyebut Basmalah (Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) adalah buntung (kurang berkahnya).”

Keterangan: Rawi yang bernama Muhammad bin Shalih Al-Basri, ia dikomentari oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani: tidak diketahui keadaannya; Al-Khatib Al-Baghdadi berkata dalam sebuah hadisnya yang tidak sahih. Selain itu ada rawi yang bernama Ahmad bin Muhammad bin Imran, ia dikomentari Abu Al-Faraj bin Al-Jawzi: ia tertuduh meriwayatkan hadis tentang keutamaan Ali; Ahmad bin Muhammad Al-Atiqi: ia tertuduh menganut Syiah dan memiliki asal-usul yang baik; Al-Khatib Al-Baghdadi: riwayatnya lemah dan cacat mazhabnya; Abdul Hayy bin Al-Imad Al-Hanbali: ia seorang Syi'ah yang lemah; Ubaidullah bin Ahmad Al-Azhari: laisa bi syai’.

 

Orang Arab sebelum datang Islam mengerjakan sesuatu dengan menyebut Al-Lata dan Al-Uzza, nama-nama berhala mereka. Sebab itu, Allah mengajarkan kepada penganut-penganut agama Islam yang telah mengesakan-Nya, agar mereka mengerjakan sesuatu dengan menyebut nama Allah.

 

No comments:

Post a Comment